Nyi Bei Mardusari
Nyi Bei Mardusari atau Nyai Bei Mardusari, Nyi Tumenggung Mardusari, Nyi Ageng Mardusari (lahir di Wonogiri, 30 April 1909) adalah seorang seniwati serbabisa di lingkungan Mangkunegaran. Bidang kesenian yang ia tekuni meliputi kesenian tari, sinden, batik, dan tata rias pengantin gaya Surakarta. Keperigelannya ini menjadikannya legenda yang masyhur dalam lingkungan keraton bahkan hingga mancanegara.[1]
Nyi Bei Mardusari adalah selir dari Sri Mangkunegara VII (1916-1944).
Masa kanak-kanak
Mardusari lahir dengan nama kecil Jaikem pada 30 April 1909 di desa Kentheng, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Wonogiri, Surakarta. Ayahnya bernama Singodimedjo, seorang petani dan juru supit di desanya, sedangkan ibunya bernama Mariyem. Jaikem merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara.
Sejak kecil Jaikem sering bergaul dengan lingkungan budaya sehingga minatnya untuk belajar menari sangat besar. Ketertarikannya bermula ketika Jaikem menonton wayang kulit dan menirukan gerakan-gerakannya di rumah. Melihat itu, ayahnya mengiringinya dengan irama dari mulut.
Di Usia 10 tahun, Jaikem sudah menghapal 20 gendhing srambanan dan tari gambyong.
Karya
Sebagian kain koleksi Pura Mangkunegaran merupakan karya Nyi Ageng Mardusari, seperti batik Bogas Pakis.[2] Karya batik lainnya yang terkenal adalah motif Babon Angrem.[3]
Catatan kaki
- ^ Darmasti - (2016-01-28). "NYI BEI MARDUSARI DALAM LANGENDRIYAN MANGKUNEGARAN: SEBUAH TINJAUAN MENGENAI KUALITAS KEPENARIAN SILANG KARAKTER". Dewa Ruci. 6 (2).
- ^ Saka, Aji (2014-12-05). "Museum Danarhadi, Menjaga Batik Indonesia". Javanist.com. Diakses tanggal 2018-12-06.
- ^ admin (2009-10-13). "Nomination of Indonesian Batik as Intagible Cultural Heritage of Humanity". The President Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-06.