Batik Kawung
Batik Kawung adalah motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga ditafsirkan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar mahkota bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Asal kata
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal kata kawung, di antaranya sebagai berikut:
- Kawung dalam bahasa Jawa berarti buah pohon aren/kolang-kaling.[1]
- Kawung dalam bahasa Jawa berarti daun pohon aren, umumnya digunakan untuk melinting rokok.[2]
- Kawung berasal dari kata bahasa Jawa, kwangwung atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kumbang tanduk.[1]
- Salah satu pendapat kata kawung berasal pada kata bahasa Jawa suwung, yang artinya kosong.[3]
Jenis
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu dan/atau kombinasi dengan motif batik lain
Berdasarkan ukuran
Berdasarkan ukuran, beberapa motif kawung dinamai dengan nama-nama koin yang beredar di zaman penjajahan Belanda.[4] Urutan ini agaknya diragukan karena koin picis bernilai 10 sen menduduki ukuran motif terkecil, sementara bribil yang bernilai setengah sen berukuran lebih besar. Beberapa sumber tidak sepakat tentang nilai dan besar koin-koin yang digunakan untuk membagi ukuran batik motif kawung ini. Sementara, sumber lain tidak membaginya berdasarkan ukuran semata, melainkankan desainnya.[5]
Kawung Picis
Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai 10 sen yang bentuknya kecil. Meskipun disebut berasal dari bentuk uang koin bernilai 10 sen, sumber lain menyatakan bahwa kata picis dimaknai sebagai sesuatu yang kecil.[6]
Kawung Bribil atau Gidril
Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis. Bribil berarti setengah sen dalam kamus bahasa Jawa.[2] Sumber lain menyatakan motif bribil atau gidril adalah nama mata uang yang terbuat dari nekel, nilainya sama dengan lima sen.[5][7] Sumber lainnya lagi mengatakan bribil bernilai 25 sen.[8]
Kawung Sen
Kawung Sen adalah kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil, sesuai dengan koin satu sen yang zaman kolonial yang lebih besar dari bribil. Meskipun demikian, sumber lain menyatakan bahwa Kawung Sen, Kawung Bribil dan Kawung Gidril adalah motif kawung yang sama, dan disebut tirinspirasi dari koin sen, sementara motif kawung Picis tidak.[5][9]
Kawung Kemplong
Kawung Kemplong adalah jenis motif kawung yang terbesar.[10]
Kawung Geger
Kawung Geger adalah motif kawung yang besar-besar dan diisi dengan motif kawung yang lebih kecil di dalamnya. Batik dengan motif ini dianggap sakral dan hanya boleh dipakai oleh raja-raja beserta keluarga dekatnya. Ini ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, yaitu perjanjian Ponorogo tahun 1813 yang memecah kasultanan menjadi Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.[11]
Berdasarkan kombinasi
Kawung Cacah Gori
Batik bermotif kawung dengan isen-isen cacah gori.
Kawung Beton
Bentuk dari motif batik Kawung beton ini berhias dengan bentuk empat bulatan dengan dua buah titik segi empat. Di antara empat bulatan terdapat empat bagian yang seolah-olah dibatasi garis silang.[12] Pengertian Beton pada Motif Kawung Beton berasal dari nama biji buah nangka dalam bahasa Jawa, buah nangka yang berada di dalam memiliki makna simbol tentang perbuatan yang baik tidak selalu ditampilkan di luar.[13]
Kawung Semar
terdiri dari unsur ornamen utama yang berbentuk empat bulatan lonjong dengan ukuran besar seperti pada Kawung Beton, tetapi di dalam ornamen utamanya terdapat bentuk bulatan lonjong dengan ukuran yang lebih kecil. Isen motif pada Kawung Semar terdiri dari bentuk cecek (titik) yang terdapat pada lingkaran di dalam bulatan Kawungnya. Di tengah-tengah ornamen utama terdapat isen motif yang berbentuk belah ketupat yang diisi dengan cecekcecek (titik-titik) serta beberapa titik berbentuk sederetan yang melingkar.[14]
Ragam lain motif kawung meliputi Kawung Beton, Kawung Prabu, Kawung Putri, Kawung Putro, Kawung Ndil, dan lain-lain.
Rancangan
Bentuk kawung umumnya dianggap terinspirasi dari bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang dibelah menjadi dua sehingga tampak empat cekungan ke empat penjuru sudut.
Penggunaan
Batik bermotif kawung ini biasanya digunakan pada kegiatan tertentu.
Makna
Motif kawung bermakna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian.Dalam kaitannya dengan kata suwung yang berarti kosong, motif kawung menyimbolkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi, sehingga menghasilkan pengendalian diri yang sempurna. Kekosongan ini menjadikan seseorang netral, tidak berpihak, tidak ingin menonjolkan diri, mengikuti arus kehidupan, membiarkan segala yang ada disekitarnya berjalan sesuai kehendak alam. Semar, manusia titisan dewa yang berakhlak sangat baik dan bijaksana, selalu mengenakan motif kawung ini.[10]
Catatan kaki
- ^ a b Senin, Tim KAMERABUDAYA com; Juni 2018, 04. "Batik Kawung - Asal-Usul, Sejarah, Filosofi, Makna, dan Penjelasannya". Kamera Budaya. Diakses tanggal 2018-12-06.
- ^ a b "SEAlang Library Javanese Lexicography". sealang.net. Diakses tanggal 2018-12-04T16:55:12Z.
- ^ "Batik Kawung - Motif Untuk Yang Berhati Bersih". www.pemoeda.co.id. Diakses tanggal 2018-12-04T16:43:29Z.
- ^ "BATIK KAWUNG - Jurnal Online". indonesia.peradaban.web.id. Diakses tanggal 2018-12-04T17:56:47Z.
- ^ a b c indonesianbatik (2018-02-05). "Penggunaan Batik Indonesia Motif Kawung dalam Lingkup Keraton". Indonesian Batik (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-04T17:46:42Z.
- ^ Hargittai, I. (2016-02-25). Symmetry 2: Unifying Human Understanding (dalam bahasa Inggris). Elsevier. ISBN 9781483299495.
- ^ Sp, Soedarso (1998). Seni Lukis Batik Indonesia: Batik Klasik Sampai Kontemporer. Taman Budaya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. ISBN 9789799545404.
- ^ Umi, Latifah. "BATIK" (dalam bahasa Inggris).
- ^ Sarwono. Motif Kawung sebagai Simbolisme Busana Para Abdi dalam Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta. HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI. Vol. VI No. 2/Mei-Agustus 2005. [1]
- ^ a b Ramadhan, Iwet (2013-05-31). Cerita Batik. Literati. ISBN 9786028740326.
- ^ Parmono, Kartini. Nilai Kearifan Lokal dalam Batik Tradisional Kawung. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus 2013. Hal. 143. [2]
- ^ Petrus Andre (2017-07-03). "Legenda Batik Kawung dan Jenis Motif Batik Kawung yang Mendunia". Petrus Andre (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-06.
- ^ Batik Motif Kawung Beton. infobatik.id [3]
- ^ indonesianbatik (2018-02-05). "8 Motif Kawung Gaya Surakarta, Batik Indonesia dari Abad ke-9". Indonesian Batik (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-06.