Kumis sikat gigi
Kumis sikat gigi adalah gaya kumis yang dicukur di bagian tepi, kecuali sepanjang tiga sampai lima sentimeter di atas bibir bagian tengah. Tepi kumis ini berbentuk vertikal, bukannya meruncing. Gaya ini pertama kali populer di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, dan kemudian menyebar ke Jerman dan tempat lain. Gaya kumis ini mencapai puncak ketenaran pada masa antarperang sebelum akhirnya diabaikan dan dianggap tidak modis lagi setelah Perang Dunia II karena keterkaitannya dengan Adolf Hitler. Nama lain untuk kumis ini adalah kumis Hitler, kumis Charlie Chaplin, kumis 1/3, kumis filtrum, kartu pos, dan soul stache.
Di Amerika Serikat
Gaya kumis sikat gigi mulai populer di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19.[1] Gaya ini dianggap rapi, seragam, mudah dipelihara, dan standardisasi yang dibawa oleh industrialisasi, berbeda dengan gaya kumis orang Inggris yang lebih flamboyan pada era Victoria pada abad ke-19, seperti gaya Imperial, Walrus, Handlebar, Horseshoe, dan Pensil[1]
Charlie Chaplin adalah salah seorang tokoh terkenal yang berkumis sikat gigi. Ia pertama kali memakainya sekitar tahun 1931 dalam film komedi bisu Mack Sennett.[1] Dalam wawancara tahun 1933, Chaplin berkata ia menambahkan kumis pada penampilannya karena memiliki penampilan jenaka dan tidak terlalu menyembunyikan ekspresinya.[2] Adolf Hitler adalah seorang penggemar Chaplin, tetapi "tidak ada bukti bahwa Hitler meniru kumis Chaplin", meskipun ada spekulasi mengenai ini.[3] Chaplin mengambil keuntungan dari kemiripan penampilannya di layar lebar dengan Hitler, seperti dalam film The Great Dictator (1940), di mana ia memakai kumis sebagai bagian dari peran yang memarodikan Hitler.[4]
Di Jerman
Kumis sikat gigi diperkenalkan di Jerman pada akhir abad ke-19 oleh warga Amerika yang berkunjung.[1] Sebelum gaya sikat gigi, gaya kumis yang paling populer di Jerman adalah kumis Kaiser, yang bentuknya runcing di ujung dan disemprot wewangian, seperti yang dipakai oleh Wilhelm II, Kaisar Jerman.[1][4] Pada tahun 1907, cukup banyak warga Jerman yang berkumis terpangkas dan sederhana menyerupai sikat, yang diberitakan oleh The New York Times dengan judul: "'TOOTHBRUSH' MUSTACHE; German Women Resent Its Usurpation of the 'Kaiserbart'".[1][5] Kumis sikat gigi juga dikenakan oleh pahlawan rakyat Jerman Hans Koeppen dalam 1908 New York to Paris Race, yang semakin memperkuat popularitas gaya kumis tersebut di kalangan anak muda.[1][6] Koeppen digambarkan "Enam kaki tingginya, ramping, dan atletis, dengan ciri khas kumis sikat giginya, ia terlihat seperti tipe ideal bagi pengawal Prusia."[6] Pada akhir Perang Dunia I, beberapa bangsawan Jerman bahkan berkumis sikat gigi; Putra Mahkota Wilhelm diketahui memakai kumis sikat gigi dalam foto tahun 1918 saat ia akan dikirim ke pengasingan.[1]
Hitler awalnya memakai kumis Kaiser, yang dibuktikan melalui foto-foto dirinya sebagai seorang prajurit saat Perang Dunia I.[7] Tidak ada kesepakatan mengenai kapan Hitler pertama kali berkumis sikat gigi.[1] Alexander Moritz Frey, yang bertugas bersama Hitler saat Perang Dunia I, menyatakan Hitler mulai berkumis sikat gigi setelah diperintahkan untuk mencukur kumisnya demi memudahkannya dalam memakai topeng gas.[1][8] Ron Rosenbaum, seorang sejarawan budaya, mengatakan "Hitler tidak memakai kumis sikat gigi sampai akhir 1919", atau setelah Perang Dunia I.[1][3][9]
Pasca Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, kepopuleran gaya kumis sikat gigi di Dunia Barat jatuh karena keidentikannya dengan Adolf Hitler, menyebabkannya dijuluki "kumis Hitler".[1]
Di Tiongkok, gaya kumis ini dipandang sebagai stereotip bagi orang Jepang, khususnya tentara Jepang dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua.
Tokoh terkenal dengan kumis sikat gigi
- Alexander Vasilyevich Alexandrov (foto)
- Hovhannes Bagramyan (foto)
- Siad Barre (foto)
- Abdalá Bucaram (foto)
- Charlie Chaplin (artificial) (foto)
- Karl-Maria Demelhuber (foto)
- Sepp Dietrich (foto)
- Eliyahu Dobkin (foto)
- Irmfried Eberl (foto)
- August Eigruber (foto)
- Levi Eshkol (foto)
- Hermann Esser (foto)
- Gottfried Feder (foto)
- Max Fleischer (foto)
- Nikolajs Galdins (foto)
- Oliver Hardy (foto)
- Sadegh Hedayat (foto)
- Heinrich Himmler (foto)
- Adolf Hitler (foto)
- Karl Holz (Gauleiter) (foto)
- Paolo Iashvili (foto)
- Vladimir Karpov (foto)
- Friedrich Kellner (foto)
- Erich Koch (foto)
- Fumimaro Konoe (foto)
- Semyon Krivoshein (foto)
- Hinrich Lohse (foto)
- Ron Mael (foto)
- Emil Maurice (foto)
- Robert Mugabe (foto)
- Julius Kambarage Nyerere (foto)
- Hermann Obrecht (foto)
- George Orwell (foto)
- Waldemar Pabst (foto)
- Artur Phleps (foto)
- Marcel Pilet-Golaz (foto)
- Julius Raab (foto)
- Ramakrishna Ranga Rao of Bobbili (foto)
- Lothar Rendulic (foto)
- Franz Ritter von Epp (foto)
- Ernst Röhm (foto)
- Fritz Sauckel (foto)
- Ferdinand Sauerbruch (foto)
- Julius Schreck (foto)
- Yitzhak Shamir (foto)
- Julius Streicher (foto)
- Gerd von Rundstedt (foto)
- Christian Wirth (foto)
- Genrikh Yagoda (foto)
- Georgy Zhukov (foto)
- Jojon
- Gogon
Lihat juga
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l Rich Cohen. "Becoming Adolf", Vanity Fair, November 2007. Reprinted in The Best American Essays 2008.
- ^ Chaplin, Charlie; Hayes, Kevin (2005). Charlie Chaplin: interviews. Univ. Press of Mississippi. p. 15.
- ^ a b Ron Rosenbaum. The secret parts of fortune: three decades of intense investigations and edgy enthusiasms. Random House, 2000. ISBN 978-0-375-50338-2
- ^ a b "Is wearing a 'Hitler' moustache a good idea?". BBC News. August 25, 2009.
- ^ "'TOOTHBRUSH' MUSTACHE.; German Women Resent Its Usurpation of the 'Kaiserbart'", The New York Times, Oct. 20, 1907.
- ^ a b "Germany Awaits Lieut. Hans Koeppen; From Emperor to Subaltern His Running of the Protos Car Has Aroused Enthusiasm". The New York Times, July 18, 1908.
- ^ The rise of Hitler. Historyplace.com.
- ^ Paterson, Tony (May 6, 2007). "Hitler was ordered to trim his moustache". The Daily Telegraph. This is not supported by any photographic evidence of Hitler during the period 1914-18.
- ^ Brigitte Hamann, Hans Mommsen, Hitler's Vienna: A Portrait of the Tyrant As a Young Man, 2010, Tauris Parke, p.198.