Sejarah Bengkulu

Revisi sejak 15 Juni 2019 07.31 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetik tanda baca)

Sejarah di provinsi Bengkulu mungkin salah satu sejarah provinsi di Indonesia yang paling kabur karena sedikitnya sumber-sumber bersejarah baik lisan, benda, tulisan ataupun bangunan di provinsi Bengkulu. Sejarah provinsi Bengkulu secara umum adalah:

  • Masa Pra-Islam
  • Masa Masuknya Islam
  • Masa Kolonial
  • Masa Setelah Kemerdekaan

Asal Nama

Bemacam-macam versi yang dapat kita temukan mengenai asal muasal nama Bengkulu. Ada yang mengambil dari cerita dan legenda, dan adapula yang mengambilnya lewat kronologis waktu.

Pra-Islam

Zaman prasejarah Bengkulu sudah dihuni manusia. Para pendatang dari Asia berbaur dengan manusia purba sekitar 4000 – 2000 SM. Sebagian masuk ke pedalaman, sementara yang lain menghuni daerah pantai. Ini merupakan cikal bakal suku bangsa Neo-Malayan. Bagian suku bangsa itu antara lain: suku Rejang (Rejang Lebong dan Bengkulu Utara), Serawai / Pasemah (Bengkulu Selatan), Kaur (Bintuhan), Lembak di Kota Bengkulu dan sekitar Kepala Curup). Bengkulu (Kota Bengkulu) dan suku Katahun (Muko-muko).

Awal Kedatangan Islam

Islam masuk ke Bengkulu pada abad XV (dari jawa). Perang Bengkulu-Aceh terjadi dua kali pada abad XVI dan XVII. Kesultanan-kesultanan di Bengkulu ketika itu: Selebar, Sungai Limau, dan Anak Sungai. Armada Aceh membuka serangan ke Selebar. Kapal induk Aceh menunggu di laut bersama induk pasukan, sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil memasuki Sungai Serut. Pihak Selebar mampu menahan serangan itu karena menutup Sungai Serut dengan rintangan sehingga kapal induk Aceh tidak mampu memberi bantuan pada pasukannya yang lebih dahulu masuk.

Masuknya Kolonialisme

  • 1664 – VOC mendirikan perwakilan di Bengkulu, namun enam tahun kemudian Belanda menutup sementara kantornya dan dibuka kembali tahun 1824.
  • 24 Juni 1685 Inggris masuk ke Bengkulu, namun mereka mendarat di Pulau Tikus ( 1 km dari kota pusat kota Bengkulu) dan disambut oleh agen niaganya. Mereka tidak masuk ke pelabuhan Selebar (daerah Pulau Baai) karena kapal Sultan Banten dan kapal Belanda sedang bersandar di sana.
  • 16 Agustus 1695 Perjanjian Inggris – Bengkulu ditandatangani. Isinya monopoli lada, izin membangun loji, dan mengadili penduduk yang berbuat salah. Inggris terus memperluas wilayahnya sampai ke Muko-muko.
  • 1692 Inggris mendirikan pos di Triamang, Lais, Ketahun, Ipuh, Bantal, Seblat (1700), selanjutnya Pada tahun 1701 mereka memperluas daerah ke arah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui.
  • 1718 Inggris membangun benteng Marlborough, sebelumnya sudah didirikan benteng York. Rakyat Bengkulu merupakan ancaman bagi Inggris. Di Bantal, Muko-muko, pemberontakan rakyat dipimpin Sultan Mansyur dan Sultan Sulaiman. Itu sebabnya Inggris merasa perlu membangun benteng tersebut. Pemberontakan itu (1719) membuat Inggris kawatir dan akhirnya meninggalkan Bengkulu.
  • 1724 Inggris kembali lagi. Dengan perjanjian yang lebih lunak yang di tanda tangani pada 17 April 1724
  • 15 Desember 1793 Captain Hamilton, pimpinan Angkatan Laut Inggris dibunuh rakyat Bengkulu. Dan pada 1807 rakyat Bengkulu kembali membunuh Residen Thomas Parr.
  • 17 Maret 1824 Traktaat London (Perjanjian London) yang berisikan pertukaran daerah koloni antara Inggris dan Belanda. Tercantum, Bengkulu diserahkan kepada Belanda oleh Inggris dan Belanda menyerahkan Singapura kepada Inggris.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Provinsi Bengkulu juga mempunyai peranan yang menonjol. Menurut catatan Prof. DR. Haji Abdullah Siddik (Sejarah Bengkulu: 1500-1990, Balai Pustaka, 1996), di era penjajahan, Bengkulu sudah menyita perhatian negara-negara kolonilis Barat, terutama karena hasil buminya yang melimpah. Tahun 1511 para pedagang Eropa terutama Inggris dan Belanda mulai ramai melakukan pelayaran menyusuri pantai Barat Sumatera dari Aceh, melalui Selatan Sunda lalu ke Banten.

Tahun 1685, dengan alasan perluasan kebun lada Inggris mulai menetap di Bengkulu. Saat itulah dimulai era tanam paksa lada terhadap rakyat. Tercatat, Inggirs bertahan selama 139 tahun di Bengkulu. Penderitaan rakyat Bengkulu terus berlanjut dengan peralihan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda, tahun 1724, sebagai konsekwensi perjanjian mereka (Traktat London). Bahkan kekejaman penjajah memuncak saat Jepang menguasai Tanah Air.

Pendudukan tanpa rasa kemanusiaan itu tidak hanya melahirkan penderitaan bagi rakyat. Tapi juga membangkitkan perlawanan akibat telah diinjak-injaknya nilai luhur dan tradisi luhur masyarakat sekitar. Lebih seabad kemudian, aksi heroik menentang penjajahan masih terus bisa disaksikan. Sumbangsih rakyat Bengkulu terhadap kemerdekaan Indonesia tidak bisa begitu saja dihilangkan. Termasuk dalam periode mempertahankan kemerdekaan.

23 Februari 1942 Jepang masuk kota Curup dan terus ke kota Bengkulu dan banyak membantai rakyat.

Masa Setelah Kemerdekaan

Bengkulu yang ditetapkan sebagai provinsi pada 18 November 1968 itu, kini memiliki sepuluh kabupaten/kota, yakni Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma.

Bengkulu juga menjadi salah satu mata rantai yang selalu dicatat oleh sejarah. Salah satu alasannya karena di bumi Rafflesia ini pula, Soekarno presiden pertama Republik Indonesia pernah menjalani pengasingan oleh pemerintah kolonial, selama empat tahun, 1938-1942. Seokarno kemudian menemukan cintanya di sini. Dia terpikat hati dengan salah seorang putri warga Muahammadiyah bernama Fatmawati. Putri yang dilahirkan di Desa Malabero, Kota Bengkulu, 5 Februari 1923 ini merupakan anak tunggal dari pasangan Hasan Din (Tokoh Muhammadiyah Bengkulu) dan Siti Chadijah.

Seokarno menikahi Fatmawati tahun 1943, ketika itu Fatmawati tepat menginjak usia 20 tahun. Pasangan itu dikaruniai lima anak, yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.

Ketika Seokarno menjadi Presiden Republik Indonesia, Ibu Fatmawati menjadi seorang ibu negara. Bendera pusaka merah-putih yang dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945 tak lain adalah jahitan tangan Bu Fat.

Pada tanggal 18 November 1968, atas dasar UU No. 9/1967 Junkto Peraturan Pemerintah No. 20/1968, Keresidenan Bengkulu diresmikan menjadi salah satu Provinsi di Republik Indonesia yang ke-26 dengan Ali Amin sebagai Gubernur Bengkulu.

Referensi