Kabupaten Bima

kabupaten di Indonesia


Kabupaten Bima adalah sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kotanya ialah Woha.

Kabupaten Bima
Daerah tingkat II
Motto: 
Maja Labo Dahu
Peta
Kabupaten Bima di Indonesia
Kabupaten Bima
Kabupaten Bima
Peta
Kabupaten Bima di Indonesia
Kabupaten Bima
Kabupaten Bima
Kabupaten Bima (Indonesia)
Koordinat: 8°34′28″S 119°02′15″E / 8.5744°S 119.0375°E / -8.5744; 119.0375
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Barat
Dasar hukumPP Nomor 41 Tahun 2007, Pemindahan ibukota PP No. 31/2008
Ibu kotaWoha
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiHj. Indah Dhamayanti Putri
 • Wakil Bupati-
Luas
 • Total3,405,63 km²[2] km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total473.890 jiwa[1]
Demografi
 • IPM64,15 (2016)[3]
Zona waktu[[UTC]] (UTC +8 WITA)
Kode BPS
5206 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0374
Kode Kemendagri52.06 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp.1.778.713.865.742,-[4]
PADRp. 195.312.168.175,-
DAURp. 880.920.216.000,-
Situs webhttp://www.bimakab.go.id/

Geografi

Batas wilayah

Kabupaten Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa dengan batas wilayah sebagai berikut:

Utara Laut Flores
Timur Selat Sape
Selatan Samudera Indonesia
Barat Kabupaten Dompu

Letak

Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima (pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan.[5]

Topografi

Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14% dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat dari ketinggian dari permukaàn laut, Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.

Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni:

  • Gunung Tambora di Kecamatan Tambora
  • Gunung Sangiang di Kecamatan Wera
  • Gunung Maria di Kecarnatan Wawo
  • Gunung Lambitu di Kecamatan Lambitu
  • Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo, merupakan gunung tertinggi di wilayah ini dengan ketinggian 4.775 m.

Luas wilayah

Luas wilayah setelah pembentukan Daerah Kota Bima berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 2002 adalah seluas 437.465 Ha atau 4.394,38 Km² (sebelum pemekaran 459.690 Ha atau 4.596,90 Km²) dengan jumlah penduduk 473,890 jiwa dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km².

Iklim dan Cuaca

Wilayah Kabupaten Bima beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan relatif pendek. Keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58.75 mm, maka dapat disimpulkan Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai. Curah hujan tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan musim kering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September di mana tidak tejadi hujan. Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang tergenang dan tidak tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 Ha atau 0,02% dengan lokasi terbesar di wilayah pesisir pantai. Sedangkan luas lokasi yang tergenang terus menerus adalah seluas 194 Ha, yaitu wilayah Dam Roka, Dam Sumi dan Dam Pelaparado, sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima adalah seluas 457.989 Ha.

Sejarah

Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir (La Kai) dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun. Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Kerajaan Bima

Kerajaan Bima dahulu terpecah–pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah, yaitu:

  1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
  2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan
  3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
  4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
  5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur

Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara. Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Bima, cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja Pandu Dewata yang mempunyai 5 orang putra, yaitu:

  • Darmawangsa
  • Sang Bima
  • Sang Arjuna
  • Sang Kula
  • Sang Dewa

Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang Bima berlayar ke arah timur dan mendarat di sebuah pulau kecil di sebelah utara Kecamatan Sanggar yang bernama Satonda. Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan, yakni Kerajaan Bima dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar Sangaji. Sejak saat itulah Bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan Hadat dan saat itu pulalah Hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami perubahan pada masa pemerintahan raja Ma Wa’a Bilmana. Setelah menanamkan sendi-sendi dasar pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima meninggalkan Kerajaan Bima menuju timur, tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara hingga putra Sang Bima yang bernama Indra Zamrud sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/XV.

Hubungan darah antara Bima, Bugis dan Makassar

Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kurun waktu 1625–1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar di kawasan Timur Indonesia, yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada turunan yang ke VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai turunan ke VI, sedangkan yang ke VII adalah pernikahan Putri Mahkota Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa.

Ada beberapa catatan yang ditemukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa, sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai yang dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17.[butuh rujukan]

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Bupati
1
  Sultan Abdul Kahir II
1950
1967
1
 
2
  Letkol H.
Suharmadji
1967
1974
2
 
3
  Letkol H. M.
Thohir
1974
1979
3
 
4
  Letkol H.
Umar Haroen
1979
1984
4
 
1984
1989
5
 
5
  Letkol H.
Halim Djafar
1989
1994
6
 
6
  Letkol H.
Adi Haryanto
1994
1999
7
 
7
  Drs. H.
Zainul Arifin
2000
2005
8
 
8
  H.
Ferry Zulkarnain
S.T.
8 Agustus 2005
8 Agustus 2010
9
 
Drs. H.
Usman A. K.
9 Agustus 2010
26 Desember 2013
10
[Ket. 1]
Drs. H.
Syafrudin H. M. Nur
M.Pd.
9
  Drs. H.
Syafrudin H. M. Nur
M.Pd.
27 Desember 2013
18 Februari 2014
[Ket. 2]
19 Februari 2014
9 Agustus 2015
[6]
-
  Drs. H.
Bachrudin
M.Pd.
10 Agustus 2015
16 Februari 2016
-
[Ket. 3]
[7]
10
  Hj.
Indah Dhamayanti Putri
S.E.
17 Februari 2016
26 September 2020
11
[Ket. 4]
[8]
Drs.
Dahlan M. Noer
M.Pd.
-
  Ir.
Muhammad Husni
M.Si.
26 September 2020
5 Desember 2020
[Ket. 5]
(10)
  Hj.
Indah Dhamayanti Putri
S.E.
5 Desember 2020
17 Februari 2021
 
Drs.
Dahlan M. Noer
M.Pd.
-
  Drs. H. M.
Taufik Hak
M.Si.
17 Februari 2021
26 Februari 2021
-
[Ket. 6]
(10)
  Hj.
Indah Dhamayanti Putri
S.E.
26 Februari 2021
Petahana
12
[9]
Drs.
Dahlan M. Noer
M.Pd.
Catatan
  1. ^ Meninggal dunia saat menjabat.
  2. ^ Pelaksana Tugas Bupati Bima.
  3. ^ Penjabat Bupati Bima.
  4. ^ Cuti kampanye Pilbup Bima 2020.
  5. ^ Penjabat Sementara Bupati Bima.
  6. ^ Pelaksana Harian Bupati Bima.


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bima dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[10][11][12] 2019–2024[13] 2024–2029
PKB 3   2   2
Gerindra 4   5   4
PDI-P 3   2   4
Golkar 6   9   9
NasDem 3   4   4
Gelora (baru) 1
PKS 4   4   4
Hanura 4   3   1
PAN 7   6   5
PBB 2   1   1
Demokrat 5   4   4
PPP 4   5   6
Jumlah Anggota 45   45   45
Jumlah Partai 11   11   12

Kecamatan

Kabupaten Bima terdiri dari 18 Kecamatan, yaitu;

  1. Ambalawi
  2. Belo
  3. Bolo
  4. Donggo
  5. Lambitu
  6. Lambu
  7. Langgudu
  8. Madapangga
  9. Monta
  10. Palibelo
  11. Parado
  12. Sanggar
  13. Sape
  14. Soromandi
  15. Tambora
  16. Wawo
  17. Wera
  18. Woha

Pemekaran 2007

Pada tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kecamatan baru, yaitu:

  1. Parado
  2. Lambitu
  3. Soromandi
  4. Palibelo

Dengan adanya pemekaran ini, sekarang Kabupaten Bima memiliki jumlah kecamatan sebanyak 18 wilayah.

Referensi

  1. ^ https://bimakab.bps.go.id/publication/2017/08/11/ed57a4b39615b0177993b089/kabupaten-bima-dalam-angka-2017.html. Diakses tanggal 2019-01-21.  Teks "Kabupaten Bima dalam angka 2017" akan diabaikan (bantuan); Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  2. ^ a b c "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 05-12-2018. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2016". Diakses tanggal 2018-07-06. 
  4. ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  5. ^ Potensi Daerah Kabupaten Bima. Situs Pemkab Bima
  6. ^ "Wakil Bupati Bima Dilantik Jadi Bupati". gardaasakota.com. 21-02-2014. Diakses tanggal 03-05-2022. 
  7. ^ "Gubernur NTB Lantik Penjabat Bupati Bima". kahaba.net. 10-08-2015. Diakses tanggal 03-05-2022. 
  8. ^ Khafid, Supriyantho (17-02-2016). "Indah Damayanti, Kepala Daerah Perempuan Pertama di NTB". Tempo.co. Diakses tanggal 03-05-2022.  [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Yusuf Riaman, ed. (26-02-2021). "Gubernur NTB Lantik Enam Bupati/Wali Kota Terpilih". Medcom.id. Diakses tanggal 27-02-2021. 
  10. ^ Ahyar R, 5 Mei 2014, Inilah "Anggota DPRD Kabupaten Bima Terpilih" Periode 2014-2019, RONAMASA, dikunjungi pada 7 Februari 2019.
  11. ^ Kahaba: Kabar Harian Bima, 25 September 2014, 45 Anggota DPRD Kabupaten Bima Resmi Dilantik, dikunjungi pada 7 Februari 2019.
  12. ^ Koran Stabilitas, 29 September 2014, 45 Anggota DPRD Kabupaten Bima, Dilantik, dikunjungi pada 7 Februari 2019.
  13. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Bima 2019-2024

Lihat pula

Pranala luar