Jakarta Eco Transport

sistem angkutan cepat di Indonesia

Jakarta Eco Transport (atau Jakarta Monorail) adalah sebuah sistem MassTransit dengan kereta rel tunggal (monorel) dengan jalur elevated di Jakarta, Indonesia. Pembangunan Jakarta Monorail telah dibatalkan pada tahun 2015.[1][2] Rencana rute yang dilayani terbagi menjadi 2: jalur hijau (green line) melayani Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi dan jalur biru (blue line) melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy.[3]

JET
Jakarta Eco Transport
Info
PemilikPemda DKI Jakarta
WilayahJakarta, Indonesia
JenisAngkutan cepat, Transportasi umum
Jumlah jalur2
Penumpang harian-
Kantor pusatGedung Victoria
lantai 3 Suite 304
Jalan Sultan Hasanudin Kav. 47-51
Jakarta Selatan
Situs webhttp://www.jakartamonorail.com/
Operasi
Dimulai2015
OperatorPT Jakarta Monorail
Peta Jalur monorel
Berkas:Jalur-monorel.jpg

Sejarah

 
Pilar penyangga proyek monorel Jakarta yang terbengkalai. Oktober 2008.

Pada tahun 2003, PT. Indonesia Transit Central (ITC), konsorsium yang terdiri dari PT. Adhi Karya, PT. Global Profex Sinergy, dan PT. Radiant Utama, memprakarsai pembangunan Jakarta Monorail.[3] Dalam pelaksanaannya, PT. ITC menggandeng MTrans Holding dari Malaysia. Tahun 2004, konstruksi mulai dikerjakan dengan membangun tiang-tiang pancang.[3]

Presiden RI pada saat itu, Megawati Soekarnoputri, meresmikan tiang pertama pada tanggal 14 Juni 2004. Pada 31 Juni 2004, proyek ini dialihkan ke konsorsium PT. Jakarta Monorail dan Omnico Singapura.[3] Tahun 2005, Omnico Singapura gagal memenuhi tenggat setoran modal sehingga skema pembiayaan monorel tersebut menjadi bermasalah.[3]

Pada Juli 2005, projek ini berganti tangan lagi dengan MoU baru. Proyek diberikan kepada sebuah konsorsium perusahaan Indonesia yang terdiri dari PT Bukaka Teknik Utama, PT INKA, dan Siemens Indonesia. Pihak Omnico menentang ini dan jadwal penyelesaian pembangunan pada tahun 2007 sepertinya tidak mungkin terjadi. Namun pada Oktober 2005 konstruksi terus berlangsung, dengan anggapan bahwa fondasi dasar "pile" dan pilar dapat digunakan oleh konsorsium dan teknologi yang memenangi tender.

Meski terdapat permasalahan dalam pembiayaan, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, bersikeras untuk melanjutkan pembangunan monorail tersebut setelah ada bantuan dana dari Dubai Islamic Bank[4], Uni Emirat Arab.[3] Dubai Islamic Bank mempersyaratkan ada jaminan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk proyek monorel tersebut. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Menteri Keuangan pada saat itu, Sri Mulyani Indrawati.[3] Penolakan ini menyebabkan pembangunan monorel menjadi tertunda.

Tahun 2010, saat Fauzi Bowo menjadi Gubernur DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta berusaha mengambil alih membangunan monorel. Sebagai kompensasi penggantian nilai investasi yang telah di keluarkan, PT. Jakarta Monorail meminta Pemprov DKI Jakarta membayar ganti rugi sebesar Rp600 miliar. Namun berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Pemprov DKI Jakarta cukup membayar maksimal Rp204 miliar.[3] Dalam keputusan tersebut, PT. Jakarta Monorail diberikan kebebasan untuk meneruskan proyek tersebut atau menyerahkannya ke Pemprov DKI Jakarta, juga diberikan kebebasan untuk menjualnya pada pihak swasta baru agar meneruskan proyek monorel tersebut.[3]

Tahun 2011, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo, menghentikan proyek pembangunan monorel dan mengganti nilai investasi milik PT. Jakarta Monorail.[3]

Tahun 2013, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo, menghidupkan kembali proyek monorel yang kerjakan oleh PT. Jakarta Monorail dengan 15 syarat. Syarat tersebut antara lain adalah PT. Jakarta Monorail memiliki modal senilai Rp 15 triliyun untuk membangun. Namun syarat tersebut tidak dapat dipenuhi oleh PT. Jakarta Monorail sehingga Gubernur Jakarta selanjutnya saat itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali membatalkan proyek pembangunan monorel tersebut.[2]

Rencana pengembangan

Pada rencana awal, proyek ini memiliki 3 fase, dengan mengutamakan penumpang Bekasi/Cikarang dan Tangerang/Karawaci yang menuju Pusat CBD Jakarta (Penumpang Bogor dan Depok telah dilayani dengan KRL, namun akan memanfaatkan monorel ke Pusat CBD Jakarta):

  • Fase I: Koridor Jakarta (27km)
    • Tahap I: Jalur hijau (14km)
    • Tahap II: Jalur biru (13km)
  • Fase II: Jakarta ke Bekasi dan Cikarang (18-30km)
  • Fase III: Jakarta ke Tangerang dan Karawaci (16-25km)

Setelah terhenti beberapa tahun, pada awal 2013 pemerintah DKI Jakarta akhirnya memastikan kelanjutan proyek monorel di DKI Jakarta. Proyek ini digarap oleh PT Jakarta Monorail. Rute yang digarap oleh PT Jakarta Monorail terdiri atas dua jalur, yaitu jalur hijau dan jalur biru. Jalur hijau terdiri dari Kampung Melayu-Tebet-Kuningan-Casablanca-Tanah Abang-Roxy-Taman Anggrek (Jakarta Barat) dengan extension ke timur dari Pondok Kelapa-Sentral Timur Jakarta dan ke Barat dari Puri Indah. Sementara jalur biru dimulai dari Kuningan-Kuningan Sentral-Gatot Subroto-Senayan-Asia Afrika-Pejompongan-Karet-Dukuh Atas-kembali ke Kuningan.

Untuk proyek kali ini, PT Jakarta Monorail menggandeng pihak Hadji Kalla Group. Nantinya, Hadji Kalla Grup akan memiliki saham dominan dalam konsorsium baru dengan Jakarta Monorail. Konsorsium baru tersebut menurutnya, akan membantu soal pendanaan dan kontruksi. Sementara untuk armada kereta, PT Jakarta Monorail akan menggunakan monorel buatan Jepang

Sebelumnya gubernur DKI Jakarta yaitu Joko Widodo, merencanakan PT Adhi Karya mau bergabung dengan PT Jakarta Monorail. Namun Pihak Adhi Karya menolaknya. Mereka justru menawarkan rute lain monorel di Jakarta dan akan mengajukan proposal ke Pemprov DKI Jakarta.

Referensi

  1. ^ Media, Kompas Cyber. "Monorel Hampir Dipastikan Batal Terealisasi di Jakarta". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-01-31. 
  2. ^ a b Media, Kompas Cyber. "Ahok: Kalau Dibatalkan, Monorel Sudah Dibatalkan sejak Zaman Foke". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-01-31. 
  3. ^ a b c d e f g h i j VIVA.co.id, PT. VIVA MEDIA BARU -. "Menelisik Kisah Kegagalan Monorel Jakarta". Diakses tanggal 2017-01-31. 
  4. ^ "Home | DUBAI ISLAMIC BANK". dib.ae. Diakses tanggal 2017-01-31. 

Pranala luar