Pante Makasar

kota di Timor Leste

Pante Makassar (juga dikenal dengan nama Pante Macassar) adalah sebuah kota di pantai utara Timor Leste, 281 km di sebelah barat Dili, ibu kota negara itu. Penduduknya 4.730 orang (tahun 2006). Kota ini adalah ibu kota eksklave Oecussi-Ambeno.

Peta Timor Leste memperlihatkan distrik Oecussi-Ambeno
Subdistrik Pante Makasar

Nama "Pante Makassar," menunjuk kepada perdagangan pada masa lampau yang terjadi dengan Makassar di Sulawesi Selatan. Suksesi Ekspedisi maritim raja Tallo Makassar Sultan Mudaffar Tumammaliang ri Timoroq pada tahun 1641 (Cummings 2007, hal 92). Dengan armada yang dilaporkan 150 kapal dan 6.000 orang dia kemudian berlayar ke Timor. Di kalangan masyarakat setempat, Pante Makasar juga dikenal sebagai "Oecussi," yang secara harfiah berarti "meriam air". Nama ini dulunya adalah nama salah satu dari dua kerajaan. Yang lainnya adalah Ambeno. Pada masa kolonial Portugis, kota ini juga dikenal dengan nama Vila Taveiro.

Lifau, di pinggiran kota yang sekarang, dulunya adalah tempat orang-orang Portugis pertama kali mendarat di Timor dan merupakan ibu kota pertama Timor Portugis. Kota ini tetap menjadi ibu kota hingga 1767, dan setelah itu dipindahkan ke Dili karena terus-menerus mendapat serangan Belanda.

Karena jaraknya jauh dari daerah-daerah lain di Timor Leste, Oecussi-Ambeno, dan khususnya Pante Makasar, menjadi wilayah pertama yang diduduki oleh Indonesia pada 29 November 1975.

Pada 1999, dalam kerusuhan yang terjadi setelah referendum kemerdekaan, Pante Makasar mengalami kehancuran dahsyat dari para milisi pro-integrasi, yang didukung oleh tentara Indonesia. Sejumlah 65 orang pendukung kemerdekaan digantung, dan 90% bangunan di sana dibakar habis.

Kini, kota itu hanya mempunyai beberapa puluh rumah di tepi pantai yang jernih airnya dan dikelilingi pohon-pohon kelapa. Televisi ataupun bank tidak ada, dan kejahatan praktis tidak dikenal. Satu-satunya stasiun radio yang ada di sana hanya sesekali mengadakan siaran karena pemancarnya sudah tua dan listrik dibatasi hanya lima jam setiap malamnya. Dua kali seminggu isolasi kota ini dipecahkan ketika sebuah feri dari Dili tiba, setelah menempuh perjalanan selama 12 jam.