Kenanga
Kenanga | |
---|---|
Berkas:Kenangafruit.jpg | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | Cananga
|
Spesies: | C. odorata
|
Nama binomial | |
Cananga odorata |
Kenanga (bahasa Latin: Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang menghasilkannya. Ada 2 kelompok utama kenanga yang dibudidayakan yaitu kelompok Cananga (forma marcophylla Steeins) dan Ylang-ylang (forma genuina Steeins). Cananga memiliki cabang tegak lurus terhadap batang sedangkan Ylang-ylang memiliki cabang yang terkulai dan daun lebih kecil[1]. Selain itu, masih dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa), yang banyak ditanam sebagai hiasan di halaman rumah.
Cananga odorata fa. macrophylla tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 12 meter. Batang pohon kenanga lurus, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan. Daunnya hijau halus, mengkilap, runcing dengan margin bergelombang. Bunganya terkulai, panjang menguntit dengan 6 kelopak sempit berwarna kuning kehijauan (visualisasi bentuk seperti bintang laut) serta dapat menghasilkan minyak biang, cananga oil yang harum. Selain itu, kenanga memiliki banyak manfaat sebagai obat dan merupakan sumber kayu dan serat[2].
Ylang-ylang juga berupa pohon, tetapi tidak setinggi pohon kenanga biasa. Kenanga perdu yang biasa ditanam di halaman rumah, hanya bisa tumbuh paling tinggi tiga meter. Kenanga tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian di bawah 1.200 mdpl. Kenanga paling baik tumbuh di daerah di mana suhu di siang hari berada dalam kisaran 20-30oC dan dapat mentoleransi suhu 16-34oC, dengan pH tanah 5-6,5 dan curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.000 mm3[3]. Dalam budidaya kenanga, menabur langsung benih adalah hal biasa. Benih ditempatkan sedalam 5 cm di lubang tanam. Jarang tanam setidaknya 6 x 6 m[1].
Kenanga dapat mencapai produksi minyak atsiri penuh ketika berumur sekitar 10 tahun. Setiap pohon dapat menghasilkan sekitar 120 kg bunga per tahun dan menghasilkan 350 g minyak esensial. Minyak esensial ini dapat digunakan oleh industri makanan, terutama dalam rasa buah persik dan aprikot. Bunga dan minyak esensial yang diperoleh dari bunga kenanga memiliki aktivitas antijamur, antiseptik, antipruritik, penenang, dan dapat menurunkan tekanan darah serta menurunkan demam. Bunga keringnya, dapat digunakan dalam pengobatan malaria dan bunga segar dijadikan pasta untuk mengobati asma. Daun kenanga dapat digunakan dalam pengobatan diare pada bayi sera mengobati gatal dan bisul[1].
Produksi minyak atsiri dari kenanga masih terkendala karena kurangnya bahan baku bunga kenanga walaupun di beberapa daerah di Indonesia telah aktif memproduksi minyak atsiri. Permintaan ekspor minyak atsiri yang terus meningkat tidak disertai dengan pengadaan bahan baku yang mencukupi[4]. Luas areal kenanga di Jawa Barat tahun 2016 adalah 44 hektar namun hanya 21 hektar areal produktif dengan produk berupa 10 ton minyak atsiri[5]. Upaya peningkatan produktivitas minyak atsiri dilakukan dengan menambah tegakan kenanga atau dengan memperluas lahan yang ada dan mengadakan peremajaan tanaman kenanga yang telah tua[4].
Benih kenanga yang berkualitas harus memenuhi standar benih bermutu. Mutu benih meliputi mutu fisik, genetik, fisiologi, dan patologi. Mutu genetik berarti benih mempunyai identitas genetik murni dan mantap; apabila ditanam dapat menunjukan hasil yang homogen sesuai dengan deskripsi pemulianya. Mutu fisiologi adalah mutu benih yang ditentukan oleh viabilitas benih yang mampu menghasilkan tanaman yang normal. Penyediaan benih membutuhkan penelitian khusus. Permasalahannya adalah benih kenanga cukup sulit dikecambahkan karena lambatnya proses perkecambahan. Umumnya, kenanga akan mulai berkecambah dan tumbuh setelah disemaikan selama 4-6 minggu[4].
Kenanga biasa merupakan tumbuhan asli di Indonesia dan ylang-ylang tumbuhan asli Filipina. Kenanga lazim pula ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia, bunga kenanga banyak menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam upacara perkawinan. Kenanga adalah flora identitas Aceh dan Provinsi Sumatra Utara.
Produk utama yang dimanfaatkan dari kenanga adalah minyak kenanga yang didistilasi dari bunga kenanga. Standardisasi kualitas fisik minyak kenanga berdasarkan dengan SNI 06-3949-1005. Perlakuan pra dan pasca panen seperti waktu dan cara panen, sortasi dan penyimpanan bunga sebelum penyulingan sangat berpengaruh terhadap mutu minyak yang dihasilkan. Pemanenan yang selektif dengan memanen bunga yang sudah mekar berwarna kuning atau hijau kekuningan (masak fisiologis) dapat menghasilkan rendemen dan mutu minyak yang tinggi. Selain standar nasional, minyak kenanga telah memiliki standar internasional, ISO 3036:2004. Komponen utama penyusun minyak kenanga adalah caryophyllene (36,44%)[6].
Karakterisasi metabolomik minyak kenanga sudah banyak dilakukan, salah satunya oleh Brokl dkk (2013). Karakterisasi yang dilakukan menggunakan GCxGC-TOFMS. Analisis fraksinasi yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat 161 senyawa penyusun minyak kenanga. Berikut adalah 5 fraksi terbesar yang terkandung dalam minyak kenanga[7].
Menurut Kristiawan dkk (2008), Metode isolasi konvensional minyak kenanga memiliki efisiensi rendah serta kemungkinan degradasi senyawa. Pemrosesan modern yang ada dapat meningkatkan kualitas ekstraksi namun dengan cost yang tinggi. Proses isolasi baru dikembanngkan dengan metode instantaneois controlled pressure drop (DIC). Proses ini berdasarkan dengan efek termo-mekanikal yang diinduksi dengan bahan mentah pada periode waktu yang singkat ke aliran jenuh[7].
Dibandingkan dengan distilasi uap, proses DIC lebih cepat dan menghasilkan rendemen minyak secara langsung yang mengandung fraksi teroksigenasi. Jumlah LOC dan HOC dalam minyak lebih besar dibanding ekstraksi kloroform. Proses DIC sangat efisien untuk isolasi dan dapat digunakan sebagai pre-treatment untuk pengembangan ekstraksi senyawa non volatil[7].
Bacaan lanjutan
- Elevitch, Craig (ed.) (2006): Traditional Trees of Pacific Islands: Their Culture, Environment and Use. Permanent Agricultural Resources Publishers, Honolulu.ISBN 0-9702544-5-8
- Frith, H.J.; Rome, F.H.J.C. & Wolfe, T.O. (1976): Food of fruit-pigeons in New Guinea. Emu 76(2): 49-58.HTML abstract
- Manner, Harley & Elevitch, Craig (ed.) (2006): Traditional Tree Initiative: Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agricultural Resources Publishers, Honolulu.
- Davis, Patricia (2000): "Aromatherapy An A-Z". Vermilion:Ebury Publishing, London.
- ^ a b c Athiyah, Zahroul. (2008). Studi Dormansi, Kadar Air Kritikal, dan Peningkatan Kecepatan Perkecambahan Benih Kenanga (Cananga odorata Lam. Hook. F. & Thoms.). Bogor: Institut Pertanian Bogor, pp. 1-13
- ^ Walker, JW. (1971). Pollen Morphology, Phytogeography, dan Phylogeny of the Annonaceae. Harvard: Grey Herbarium Universitas Harvard, pp. 1-130
- ^ Orwa. (2009). Cananga odorata. Agroforestry Database, pp. 1-5
- ^ a b c BPSS Jawa Barat. (2016). Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Jawa Barat, 2016. [online] diakses dari https://jabar.bps.go.id/statictable/2018/03/29/521/luas-areal-dan-produksi-perkebunan-rakyat-menurut-jenis-tanaman-di-jawa-barat-2016.html pada 28 Maret 2019 pukul 21.00 WIB
- ^ Pujiarti, Widowati, Kasmudjo dan Sunarta. (2015). Kualitas, Komposisi Kimia, dan Aktivitas Antioksidan Minyak Kenanga (Cananga odorata). Jurnal Ilmu Kesehatan, 9 : (1), pp. 1-4
- ^ Brokl, Fauconnier, Benini, Lognay. (2013). Improvement of Ylang-Ylang Essential Oil Characterization by GC×GC-TOFMS. Molecules, pp. 1783-1797
- ^ a b c Kristiawa, Cobolik, Allaf. (2008). Isolation of Indonesian Cananga Oil Using Multi-Cycle Pressure Drop Process. Journal of Chromatography A, pp. 4-12