Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi

pendiri tarekat Naqsyabandiyah
Revisi sejak 10 September 2019 03.39 oleh Me iwan (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetika)

Muhammad Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhari an-Naqsyabandi atau singkatnya Bahauddin an-Naqsyabandi (1318 – 1389), adalah pendiri tariqat Naqsyabandi, yang merupakan salah satu tariqat yang cukup besar dan berpengaruh dalam gerakan tasawuf.

Muhammad Bahauddin Naqsyabandi al-Bukhari

Masa Awal

Syeikh Baha-ud-Din dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat di mana ia wafat pada tahun 1389. Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di dekatnya, Transoxiana. Ini dilakukan untuk menjaga prinsip "melakukan perjalanan di dalam negeri", yang merupakan salah satu bentuk "laku" seperti yang ditulis oleh Omar Ali-Shah dalam bukunya "Ajaran atau Rahasia dari Tariqat Naqsyabandi". Perjalanan jauh yang dilakukannya hanya pada waktu ia menjalankan ibadah haji dua kali.

Mempelajari Tarekat

Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya dalam jalur ini, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Kulal, yang merupakan rantai terakhir dalam silsilah sebelum Baha-ud-Din. Baha-ud-Din mendapat latihan dasar dalam jalur ini dari Amir Kulal, yang juga merupakan sahabat dekatnya selama bertahun-tahun.

Pada suatu saat, Baha-ud-Din mendapat instruksi secara "ruhani" oleh Abdul Khaliq Gajadwani (yang telah meninggal secara jasmani) untuk melakukan dzikir secara hening (tanpa suara). Meskipun Amir Kulal adalah keturunan spiritual dari Abdul Khaliq, Amir Kulal mempraktikkan dzikir yang dilakukan dengan bersuara. Setelah mendapat petunjuk mengenai dzikir diam tersebut, Baha-ud-Din lantas absen dari kelompok ketika mereka mengadakan dzikir bersuara.

Tarekat Naqsyabandiyah

Syekh Baha-ud-Din q.s merupakan penerus Syekh Amir Kulal q.s ini mungkin bisa dianggap sebagai penanda pengikutnya kelak disebut pejalan thoriqoh Naqsyabandiyah, yang ajarannya didapat dari Abdul Khaliq Ghajdawani, yang ujungnya berasal dari Khalifah Abu Bakar diperoleh dari Nabi Muhammad.

Wafat

Syeikh Baha-ud-Din Naqshband wafat dan dimakamkan di desa asalnya pada tahun 1389. Makamnya merupakan tempat yang banyak dikunjungi peziarah di Bukhara.