Permaisuri Masako
Owada Masako (小和田雅子 , lahir 9 Desember 1963) adalah Permaisuri Kaisar Jepang sebagai istri dari Naruhito, Kaisar Jepang ke-126.
Owada Masako 小和田雅子 | |
---|---|
Permaisuri Kaisar Jepang | |
Periode | 1 Mei 2019 - sekarang |
Kelahiran | Owada Masako (小和田雅子 ) 9 Desember 1963 Tokyo, Jepang |
Pasangan | Naruhito, Kaisar Jepang |
Keturunan | Aiko, Putri Toshi |
Ayah | Owada Hisashi |
Ibu | Egashira Yumiko |
Agama | Shinto |
Keluarga Kekaisaran Jepang |
---|
Baginda Sang Kaisar Emeritus |
Kehidupan awal dan pendidikan
Ia lahir dengan nama Owada Masako (小和田 雅子 ), sebagai anak perempuan tertua dari Owada Hisashi, seorang diplomat senior, yang saat ini adalah Presiden Mahkamah Internasional. Ia memiliki dua adik perempuan kembar bernama Setsuko dan Reiko.[1]
Masako tinggal di Moskwa bersama orang tuanya ketika ia berusia dua tahun, dan menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di sana. Setelah kembali ke Jepang, ia masuk sekolah putri swasta di Tokyo, Denenchofu Futaba, sejak sekolah dasar sampai tahun kedua sekolah menengah atas. Masako dan keluarganya pindah ke Amerika Serikat ketika ayahnya menjadi dosen tamu di Universitas Harvard dan wakil duta besar Jepang untuk Amerika Serikat. Pada tahun 1981, ia lulus dari Belmont High School. Masako juga menjadi presiden National Honor Society di sekolah menengah atas tersebut.[2]
Masako meraih gelar BA di bidang Ekonomi secara magna cum laude dari Universitas Harvard dan mengambil kuliah namun menyelesaikan pasca sarjana Hubungan Internasional di Balliol College, Universitas Oxford. Ia juga sempat belajar sebentar di Universitas Tokyo, dalam rangka persiapan ujian masuk ke Departemen Luar Negeri Jepang.[3]
Selain bahasa Jepang, ia juga fasih berbahasa Inggris dan Prancis, serta disebutkan menguasai percakapan standar dalam bahasa Jerman, Rusia, dan Spanyol.[4][5]
Karier
Sebelum menikah, Masako sempat bekerja di Departemen Luar Negeri Jepang, tempat ayahnya menjabat sebagai Direktur Jenderal dan Wakil Menteri.[6] Selama kariernya di sana, Masako bertemu dengan banyak pemimpin dunia, antara lain Presiden AS Bill Clinton dan Presiden Rusia Boris Yeltsin. Ia juga berperan sebagai penerjemah dalam perundingan Jepang dan Amerika Serikat mengenai superkonduktor.
Konstitusi Jepang tidak mengizinkan anggota keluarga kekaisaran untuk terlibat dalam kegiatan politik. Dalam hal ini, Naruhito pernah mengeluarkan komentar keprihatinannya atas ketidaknyamanan dan tekanan yang dialami oleh istrinya akibat pengaturan oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran, serta tentang keinginan istrinya untuk menjalani kehidupan sebagai seorang diplomat.[7]
Pernikahan dan keluarga
Naruhito pertama kali bertemu Owada Masako pada November 1986 di acara minum teh untuk Infanta Elena,[16][17] saat Masako masih menjadi mahasiswi Universitas Tokyo. Namun beberapa mengatakan bahwa mereka sebelumnya pernah bertemu ketika ayahnya bertugas sebagai pendamping untuk anggota keluarga kaisar. Naruhito segera tertarik dengannya[18] dan mengatur pertemuan mereka beberapa kali pada pekan-pekan selanjutnya. Masako dan Naruhito terlihat bersama-sama beberapa kali di depan umum sepanjang tahun 1987.[1]
Meski begitu, Masako dipandang tidak layak menjadi mempelai Naruhito lantaran kontroversi terkait kakek dari pihak ibu, Egashira Yukata, yang saat bekerja di Industrial Bank of Japan ditugaskan untuk mengambil alih manajemen salah satu kreditornya, Chisso Corporation (チッソ株式会社 Chisso kabushiki kaisha) dari kebangkrutan. Chisso membuang limbah merkuri di laut dekat Minamata dan kota-kota sekitarnya, menjadikan penduduk setempat yang sering mengonsumsi ikan dari laut tersebut mengalami keracunan dan kelainan fungsi syaraf yang dikenal dengan Penyakit Minamata.
Namun terlepas dari kontroversi tersebut dan Masako sendiri melanjutkan kuliah di Balliol College, Universitas Oxford, Naruhito masih menyukainya. Masako sendiri awalnya menolak menjadi istri Naruhito karena khawatir harus meninggalkan karirnya dalam diplomasi dan kebebasannya akan dibatasi. Namun Masako akhirnya menerima lamaran Naruhito pada 9 Desember 1992. Ini adalah lamaran ketiga dari Naruhito. Dikatakan bahwa Naruhito menyatakan bahwa menjadi istri putra mahkota adalah salah satu bentuk lain dari diplomasi. Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi mengumumkan pertunangan mereka pada tanggal 19 Januari 1993 di Istana Kekaisaran.
Pada tanggal 9 Juni 1993, mereka menikah dalam sebuah upacara pernikahan tradisional Jepang di Gedung Kekaisaran Shinto di Tokyo.[8] Acara tersebut dihadiri sekitar 800 tamu undangan, termasuk kepala negara dan keluarga istana Eropa, dan penonton media diperkirakan mencapai 500 juta orang di seluruh dunia.
Naruhito dan Masako mempunyai seorang anak yang lahir pada tanggal 1 Desember 2001, Putri Aiko (愛子内親王, Aiko naishin'nō), yang kemudian dianugerahi gelar Putri Toshi (敬宮, toshi-no-miya).[9][10]
Peran
Pernikahan Masako dengan Putra Mahkota Naruhito menjadikannya secara resmi tergabung menjadi anggota keluarga kaisar. Sebagai istri Naruhito, Masako menerima gelar kōtaishihi (皇太子妃) dan Putri Naruhito (徳仁親王妃, Naruhito-shinnōhi). Kōtaishihi adalah gelar bagi istri putra mahkota. Shinnōhi adalah gelar bagi istri shinnō, pangeran yang merupakan kerabat dekat kaisar, didahului dengan nama suami. Saat Naruhito naik takhta pada 1 Mei 2019 sebagai kaisar, Masako menjadi permaisuri (皇后, kōgō).
Sebagai anggota keluarga kaisar, Masako juga turut serta menjadi perwakilan Jepang. Mendampingi Naruhito, Masako melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Bahrain pada 1994; Kuwait, Persatuan Emirat Arab, dan Yordania pada 1995. Pada tahun 1999, selain kembali mengunjungi Yordania, Naruhito dan Masako juga menghadiri pernikahan Pangeran Philippe (menjadi Raja Belgia pada tahun 2013). Pada tahun 2002, mereka mengunjungi Selandia Baru dan Australia. Pada tahun 2006, Naruhito beserta Masako dan Putri Aiko mengunjungi Beatrix, Ratu Belanda, dalam kunjungan pribadi.
Setelah sebelas tahun menarik diri dari peran publik, Masako kembali mendampingi Naruhito di penobatan Willem-Alexander sebagai Raja Belanda pada 30 April 2013. Pada Oktober 2014, dia menghadiri jamuan di Istana Kekaisaran Tokyo untuk menghormati Raja Willem-Alexander dan Permaisuri Máxima. Dia menyambut pasangan tersebut pada upacara resmi di istana. Pada Juli 2015, Masako mendampingi Naruhito mengunjungi Tonga dan menghadiri penobatan Raja Tupou IV. November 2015, Masako menghadiri Pesta Taman Kekaisaran Musim Gugur di Taman Akasaka.
Konstitusi Jepang tidak mengizinkan anggota keluarga kaisar untuk terlibat dalam kegiatan politik. Namun Naruhito membuat komentar kontroversial tentang kekecewaan dan tekanan yang diberikan pada istrinya oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran dan keinginan istrinya untuk mengejar kehidupan sebagai seorang diplomat.
Pada ulang tahunnya yang ke-55, Masako menyatakan bahwa dirinya merasa kurang percaya diri akan perannya di masa mendatang sebagai permaisuri kaisar, tetapi menambahkan bahwa dia akan berusaha untuk kebahagiaan masyarakat.
Kontroversi
Masako secara umum tidak tampil di muka publik sejak tahun 2002. Ia diperkirakan mengalami tekanan emosional yang menurut banyak pihak disebabkan oleh tuntutan untuk memiliki anak laki-laki, serta dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai anggota keluarga kekaisaran.[11][12] Ia didiagnosis menderita gangguan penyesuaian (adjustment disorder) pada bulan Juli 2004, dan dilaporkan sedang menjalani pengobatan.[13][14][15]
Pada 11 Juli 2008, Naruhito meminta publik untuk memahami keadaan istrinya yang menderita sakit tersebut. Ia membuat pernyataan dalam kunjungan selama 8-hari di Spanyol, tanpa Masako:[16]
Saya ingin publik mengerti bahwa Masako terus berupaya secara maksimal dengan bantuan dari orang-orang di sekelilingnya. Mohon terus mengawasinya secara baik dan dalam jangka panjang.
Pada ulang tahunnya ke-49 pada Desember 2012, Masako mengeluarkan pernyataan berupa ucapan terima kasih kepada masyarakat Jepang atas dukungan mereka dan menyatakan bahwa dia masih menjalani perawatan.
Rujukan
- ^ a b "The Princess Bride". People Magazine. June 21, 1993.
- ^ "Oft Rejected, Japan's Crown Prince Gets a 'Yes' from a Harvard Grad" People Magazine. 25 Januari 1993. Diakses 4 November 2009.
- ^ "Weight of Imperial world on Princess Masako" The Japan Times. 19 Mei 2009. Diakses 4 November 2009.
- ^ Hills, Ben (2006). Princess Masako: Prisoner of the Chrysanthemum Throne. VNU Business Media, Inc. hlm. 336. ISBN 1585425680.
- ^ Ruoff, Kenneth (2003). The People's Emperor: Democracy and the Japanese Monarchy, 1945-1995. VNU Business Media, Inc. hlm. 331. ISBN 0674008405.
- ^ "The Imperial Family". Japan Zone.
- ^ Airing wife's troubles a turning point: prince The Age. 24 Februari 2005. Diakses 4 November 2009.
- ^ Hills, Ben (2006). Princess Masako: Prisoner of the Chrysanthemum Throne. VNU Business Media, Inc. hlm. 336. ISBN 1585425680.
- ^ Girl Born to Japan's Princess New York Times. 1 Desember 2001. Diakses 4 November 2009.
- ^ Asia: Japan: A Name For The Royal Baby New York Times. 8 Desember 2001. Diakses 4 November 2009.
- ^ "Japan princess makes rare solo public visit" AFP. 2 Maret 2009. Diakses 4 November 2009.
- ^ "Tabloids turn against the Crown Princess Masako" The Times. 5 Februari 2008. Diakses 4 November 2009.
- ^ Royal wives seek new role in monarchies 13 Juli 2004. China Daily. Diakses 4 Oktober 2009.
- ^ Princess trapped by palace guard 3 Februari 2006. BBC News. Diakses 4 Oktober 2009.
- ^ Mie SAKAMOTO. "'Imperial diplomacy' proves elusive dream". The Japan Times Online. The Japan Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 2008-06-16.
- ^ Japan's crown prince seeks public understanding for ailing princess GMA News and Public Affairs. 11 Juli 2008. Diakses 4 November 2009.
Lihat pula
Pranala luar
- Profil Apa dan Siapa
- Profil di kjeld.com |Masako
- Pengarang Australia yang menulis biografi Putri Masako menerima ancaman pembunuhan
- Hello! Magazine |japan's Masako
- Kunaicho |their Imperial Highnesses Crown Prince Naruhito and Crown Princess Masako
- Rumah Tangga Kekaisaran Menolak Tuduhan Memberikan Tekanan Terhadap Buku Masako 19 Februari 2007
- Situs Ben Hills, Pengarang buku "Prisoner of the Chrysanthemum Throne"
- The Sunday Times |land of the rising daughter 4 Juni 2006