Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan/Rumah panggung Betawi

Pengusul: Olobaho (b • k • l) · Status:    Dalam diskusi

Orang Betawi tinggal di habitat yang beragam mulai dari pesisir hingga daerah aliran sungai. Umumnya rumah darat yang lantainya menyatu dengan tanah, lebih dikenal sebagai rumah tradisional Betawi ketimbang rumah berkonsep panggung. Rumah panggung umumnya berada di wilayah Pesisir, Pinggir, dan Udik (atau disebut juga Ora). Keberadaannya tinggal sedikit, atau boleh dibilang menuju kepunahan. Sebagai tema perlombaan Wiki Jelajah tentu saja artikel ini pasti banyak kekurangannya. Untuk itu saya memohon agar artikel ini mendapatkan bimbingan dan masukan dari teman-teman.

Komentar dari Hanamanteo

Kamus Besar Bahasa Indonesia
  • Jika terdapat 3 objek atau lebih yang disebutkan bersamaan dan disambungkan dengan "dan" dan "atau", selalu diberi koma sebelum "dan" dan "atau", seperti "Tionghoa, Arab, India, dan Portugis".
      Sudah dikerjakan
  • Kata "Cina" di artikel ini mestinya diubah menjadi "Tionghoa", kecuali "petai cina" yang tidak bisa diubah menjadi "petai tionghoa".
      Sudah dikerjakan terimakasih Pak masukannya
  • Fondasi, bukan pondasi.
      Sudah dikerjakan
  • Rezeki, bukan rejeki.
      Sudah dikerjakan
  • Sub- tidak perlu menggunakan tanda hubung jika kata dasarnya tidak menggunakan huruf kapital, jadi yang tepat adalah "subetnis".
      Sudah dikerjakan
Sejarah
  • Pranalakan "bahasa Melayu Kreol" ke bahasa dagang dan kreol Melayu, bukan bahasa kreol.
      Sudah dikerjakan
  • "Suku Betawi sendiri merupakan hasil akulturasi antar etnis nusantara dan bangsa yang bermigrasi dan menetap di Batavia." Hilangkan salah satu di antaranya.
      Sudah dikerjakan
  • "Sebut saja Suku Sunda, Jawa, Makassar, Bugis, Malaka, Ambon, Sumbawa dan lain-lain." Gabung ke kalimat sebelumnya.
      Sudah dikerjakan
  • "Mereka terdiri dari: Betawi Pesisir, Tengah, Pinggir dan Betawi Udik (atau disebut juga dengan Betawi Ora)." Tidak perlu titik dua.
      Sudah dikerjakan
  • Hindari penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua seperti "kita", kecuali jika memang tertulis dalam pernyataan asli. Saya juga menemukan penggunaan "kita" di bagian lainnya, jadi mohon ditulis ulang.
      Sudah dikerjakan
Sumber
  • Selalu letak catatan kaki setelah titik, bukannya sebelum titik.
      Sudah dikerjakan
  • Banyak sekali paragraf yang tidak mengutip satupun rujukan.
    Sedang saya kerjakan Pak (tadinya saya pikir 2 paragraf atau lebih dalam halaman yang sama yang saya kutip, cukup satu saja)
    Sudah saya kerjakan Pak, mohon dicek :)
Disambiguasi

Komentar dari Mimihitam

Saya mau tinjau dari segi sumber dulu. Semua sumber yang berupa skripsi S1 (Listiyanti, Kusumawardhani, dan Adi) perlu diganti jadi sumber yang lebih ilmiah seperti buku, jurnal, atau minimal disertasi S3, karena skripsi S1 biasanua quality controlnya kurang, tidak seperti jurnal yang sudah melalui peninjauan sejawat. Laporan penelitian Abdullah, Rahmat Faiz sepertinya juga lebih mirip skripsi dan belum melalui peer review.

Terima kasih sebelumnya  Mimihitam  2 Mei 2019 07.04 (UTC)[balas]

  • Terimakasih Pak Mimihitam, mohon maaf saya baru tahu kalau thesis dan skripsi tidak dianjurkan, but saya pasti akan kerjakan masukan-masukannya
    Dear Pak Mimihitam, saya sudah kerjakan revisi/penggantian perihal literatur tesis dan skripsi yang tidak dianjurkan. Namun, akhirnya artikel yang saya revisi jadi berbeda. Bagaimana Pak? Mohon dicek :)

Komentar dari Dhio270599

Halo!

Sebagai orang asal Cilincing, saya mau apresiasi dulu buat contoh rumahnya :)

Tapi memang, mengulangi yang dibahas Kak Hanamanteo, rujukan per paragraf itu penting banget (syarat wajib, malah) apalagi kalau mau masuk Artikel Pilihan. Seenggaknya, harus ada satu rujukan di akhir paragraf. Itu standar minimal buat peletakan rujukan. Nah, rujukan itu pun juga harus betul-betul cocok secara substansi dengan teks yang ditulis di artikel calon AP, dan nggak boleh bikin kesimpulan atau tafsiran baru dari rujukan itu. Kalau masuk calon AP, rujukan-rujukannya pasti bakal dicek, kayak yang mau dicek Bang Mimihitam di atas.

Itu buat pengantar aja. Dalam waktu dekat, saya bakal ngoreksi lebih detail. Semangat! Wah ada orang Cilincing juga hehehe... terimakasih Pak Dhio270599.

  • Dengan senang hati menerima masukannya, saya sedang mengerjakan masukan dari Pak Hanamanteo

Dhio270599 2 Mei 2019 12.41 (UTC)[balas]

Terima kasih kembali :) nah, ini periksaan dari saya:
Bagian pembuka
  • "Menyesuaikan kondisi lingkungan di mana rumah itu didirikan": hindari kata "di mana" karena frasa itu nggak baku. Sebaiknya diganti "tempat"
      Sudah dikerjakan
Latar belakang
  • "1960an": agar baku, ganti dengan "1960-an"
      Sudah dikerjakan
Arsitektur
  • "Ada yang menyerupai gaya bangunan Jawa, Sunda, Melayu bahkan bangunan Eropa namun dalam bentuk yang sederhana." Ganti dengan "tetapi" dan tambahkan koma sebelumnya, karena "namun" itu cuma dipakai di kalimat baru (misal "...bahkan bangunan Eropa. Namun, penerapannya tetap dalam bentuk yang sederhana.")
      Sudah dikerjakan
  • Pranalakan Ridwan Saidi (yang paling awal)
      Sudah dikerjakan bagian ini ada dalam literatur tesis, maka saya drop
  • "Hunian Betawi di pesisir tidak tampak adanya pola yang seragam dalam mengikuti arah mata angin atau orientasi tertentu". Biar efektif, ganti ke: "Hunian Betawi di pesisir tidak menampakkan adanya pola yang seragam"
      Sudah dikerjakan
Pembuatan
  • Pranalakan Kayu Nangka dengan artikel "Nangka"
      Sudah dikerjakan
  • "Lokasi paling ideal adalah berdekatan..." biar jelas berdekatan dengan siapa, tambah: "...adalah saling berdekatan..."
      Sudah dikerjakan

Dari saya itu dulu. Saat perubahan-perubahan yang mendasar (dari tinjauan teman-teman pengguna lain) udah selesai, saya bakal lanjut ninjau lagi.   Dhio270599 9 Mei 2019 09.09 (UTC)[balas]

  • Dear Pak Dhio, karena saran Pak Mimi Hitam soal Tesis dan Skripsi yang tidak dianjurkan, maka artikel saya jadi berubah, mohon tolong dicek kembali Pak jika berkenan :)

Komentar dari Masjawad99

Numpang lewat   Saya baru baca sekilas, ini ada beberapa saran:

Bagian pembuka
  • Menurut saya, sebaiknya hindari penggunaan catatan kaki di bagian pembuka, terutama catatan 1-6. Memang tidak wajib, tapi bagian pembuka semestinya menjadi ringkasan dari seluruh artikel, sehingga tidak perlu lagi diberi catatan kaki; kecuali memang ada klaim yang dapat diperdebatkan (seperti masalah "hampir punah" itu). Sebaliknya, pernyataaan di bagian isi harus didukung oleh sebanyak mungkin sumber yang te(r)percaya.
      Sudah dikerjakan Sudah saya drop Pak, apalagi sumber catatan kakinya dari skripsi atau tesis
  • "Rumah Panggung Betawi merupakan salah satu alternatif model rumah tinggal tradisional..." --> "merupakan sebuah model" lebih baik
    Sudah saya ganti Pak, mohon dicek:)
Sejarah
  • Kalau judul artikelnya "Rumah Panggung Betawi" bahas langsung sejarah rumah panggungnya, jangan menambahkan detail yang tidak perlu. Bagian tentang asal-usul suku Betawi dan subetnisnya bisa dipindahkan ke artikel suku Betawi. Jika ingin membahas, sentuh sedikit saja (mungkin satu atau dua paragraf), dan apa kaitannya dengan model bangunan ini.
  • Mungkin bisa ditambahkan kapan pertama kali ada catatan mengenai Rumah Panggung Betawi.
  • Hanya huruf pertama subjudul atau subbagian yang perlu dikapitalisasi (kecuali nama); pakai "Mulai punah" alih-alih "Mulai Punah".
      Sudah dikerjakan
    Saran Bapak soal sejarah saya ganti jadi Latar belakang Pak, bagaimana? mohon dicek:)
Arsitektur
  • Tambahkan catatan kaki di setiap pernyataan yang menambahkan informasi baru agar mudah mengeceknya.
      Sudah dikerjakan
  • Gunakan number list untuk bagian #Atap.
      Sudah dikerjakan
Pembuatan
  • Gunakan cetak miring untuk nama subbagian yang asing, seperti balaksuji dan zoning.
      Sudah dikerjakan
  • #Proses Pembangunan --> #Proses pembangunan
      Sudah dikerjakan

Mungkin itu saja dulu untuk saat ini, nanti kalau sempat saya periksa lebih detail lagi.  Masjawad99  (bicara) 2 Mei 2019 20.34 (UTC)[balas]

  • Terimakasih Pak Masjawad99 buat masukannya, saya akan revisi

Komentar dari HaEr48

Bagian pembuka
  • Kalimat pertama harusnya menuliskan definisi yang jelas. Yang sekarang ini sepertinya definisinya tautologis ("rumah Betawi.. yang tidak menggunakan panggung"). Coba dijelaskan dengan definisi yang positif, misal "rumah ... yang lantainya tidak berada di permukaan tanah", dan seterusnya, lalu di kalimat selanjutnya baru dijelaskan kontrasnya dengan rumah tradisional yang lain.
  • Seperti disebutkan penijau lain, bagian pembuka harusnya berisi rangkuman dari bagian-bagian lain.
    saya sudah ganti Pak, mohon dicek
Sejarah

Bagian ini menjelaskan latar belakang suku Betawi, lalu tau-tau lompat pada saat Rumah Panggung "mulai punah". Agar runut, seharusnya dibicarakan dulu asal-usul rumah panggung, kapan masa puncaknya, dan sejak kapan mulai punah.

  • saya sudah ganti Pak, mohon dicek
Gaya bahasa
  • Gaya bahasa yang dianjurkan di Wikipedia sedikit berbeda dengan yang banyak ditemu di media massa. Contohnya, kita lebih suka bahasa yang dingin dan netral, menggunakan istilah jelas/eksplisit (misal "termasuk X, Y" alih-alih "sebut saja X, Y", atau "Rumah tradisional Betawi yang lebih dikenal masyarakat adalah Rumah Darat" alih-alih "Banyak yang mengenali rumah tradisional Betawi sebagai Rumah Darat"), dan menyingkat embel-embel kata yang tidak perlu. Aku sudah ubah beberapa di sini, agar diperhatikan untuk selanjutnya.
    Baik Pak, terimakasih buat tutorialnya :)
  • Selain itu, seperti disebutkan peninjau lain, referensi itu bisa dibilang wajib. Tulisan artikel ini dasarnya harusnya bukanlah pengetahuan pribadi Bung sebagai penulis, tetapi dari buku-buku, jurnal, atau sumber tepercaya lainnya, sehingga bisa diverifikasi.
    saya sudah revisi Pak, memang telah diminta oleh Pak Mimi Hitam :)

-- Segitu dulu, nanti aku lanjutkan baca lagi dan kasih saran lagi. HaEr48 (bicara) 3 Mei 2019 14.09 (UTC)[balas]

  • Terimakasih Pak buat masukannya, saya akan revisi