PSPS Pekanbaru

klub sepak bola di Indonesia
Revisi sejak 4 Juni 2019 20.20 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (walikota → wali kota)

PSPS Riau singkatan dari Persatuan Sepak Bola Pekanbaru dan Sekitarnya (dulu dikenal dengan nama PSPS Pekanbaru) adalah klub sepak bola kebanggaan kota Pekanbaru, Riau. Pada musim kompetisi 2018, tim ini akan bermain di Liga 2 dan akan menggunakan Stadion Kaharuddin Nasution sebagai kandang. Pada awal musim 2018 Kursi pelatih PSPS dipegang oleh Hendri Susilo. Tim ini memiliki julukan Askar Bertuah dan Tapir Sumatra.

PSPS Riau
Nama lengkapPersatuan Sepak bola Pekanbaru dan Sekitarnya
JulukanAskar Bertuah
Tapir Sumatra
Berdiri1 Januari 1955
StadionStadion Kaharuddin Nasution Pekanbaru, Indonesia
(Kapasitas: 30000)
KetuaArsadianto Rahman
ManajerAri Nugroho Arsadianto
PelatihBona Simanjuntak
Dokter Timdr. Miftah
LigaLiga 2
Liga 2 2018Peringkat 6 wilayah barat
Kostum kandang
Kostum tandang

Sejarah PSPS Riau

Klub ini terbentuk pada 1 Januari 1955. Tidak gampang untuk mengangkat perserikatan Pekanbaru untuk menjadi bond perserikatan yang disegani di Kancah sepak bola nasional. Selama 44 Tahun hingga melangkah ke Divisi Utama PSSI tahun 1999. PSPS selalu menghitung hari dan menebar harapan.

Mulai dari periode kepengurusan pertama yang dipimpin mantan Kepala PLN PEKANBARU,Yubahar. Saat itu langkah PSPS hanyalah sebuah perserikatan kecil yang hanya didukung lima klub anggota yang terdiri dari PS IPP (Ikatan Pemuda Pekanbaru), PS Pelayaran, PS Caltex, PS PU (Pekerjaan Umum) dan PS Elektra (PLN).

Meski begitu diawal berdirinya, PSPS sudah menjadi bond yang sejajar dengan perserikatan lain yang ada di Sumatra, yang memiliki aset berupa pemain nasional. Tahun 1961 PSPS juga pernah ikut PON di Bandung maka tersebutlah beberapa pemain seperti Jayusman, Thamrin Manaf dan Hamid. Saat itu kondisi pendidikan dan sepak bola berbeda dengan kondisi sekarang. dr Thamrin Manaf yang dipanggil ke Timnas, tidak bisa bergabung karena tidak mendapat izin dari sekolah dan tempat ia bekerja. Meski begitu jatah Riau diisi oleh Hamid yang saat itu menjadi kiper nasional. Hamid kala itu sangat diidolakan masyarakat Pekanbaru, Hamid memperkuat Timnas Indonesia di Pyongyang, Korea Utara tahun 1963 dibawah pelatih EA Mangindaan.

Besarnya potensi sepak bola di Pekanbaru saat itu pulalah yang kemudian menggiring Gubernur Riau, Kaharudin Nasution untuk mendirikan sebuah stadion yang diberi nama Stadion Dwikora pada tahun 1963. Meski terbuat dari kayu, stadion ini menjadi pusat olahraga pertama di Pekanbaru. Pemain PSPS lain yang juga sempat terdaftar sebagai pemain timnas adalah Jayusman, Jayusman adalah pegawai di kantor pajak, tetapi sayang gelandang tangguh ini gagal memperkuat timnas yang sebelumnya telah berencana tampil di Aljazair, saat itu Aljazair sedang terjadi pergolakan.

Era dukungan dan gairah dari masyarakat Pekanbaru tidak berlanjut, era Hamid,Thamrin Manaf, Jayusman hanya menghasilkan kenangan yang indah untuk dikenang. Kepengurusan demi kepengurusan pun mulai berganti, tercatat beberapa nama sempat menjadi Ketua Umum PSPS diantaranya Farouq Alwi, yang saat itu menjadi Walikota Pekanbaru, hingga tradisi Ketua Umum PSPS dijabat oleh wali kota Pekanbaru.

Pada tahun 1972 pusat pelatihan pemain PSPS yaitu Stadion Dwikora mengalami kebakaran, dan bangunan utama dari stadion tersebut mengalami kebakaran hebat sehingga tidak dapat digunakan kembali. Stadion yang telah menjadi pusat pembibitan pemain PSPS Pekanbaru ini sempat terbengkalai selama 6 tahun dan hanya menjadi lapangan ilalang. Hingga akhirnya dibangun kembali oleh PT. Caltex Pacific Indonesia dan diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu, Arifin Achmad pada tanggal 13 Maret 1977 dengan kapasitas penonton 3500 orang. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1980 Stadion ini berganti nama menjadi Stadion Hang Tuah dan pengantian namanya diresmikan oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga saat itu, Abdul Gafur.

Setelah Stadion Hang Tuah diresmikan, PSPS mulai aktif kembali dan PSPS kembali mampu menggairahkan pemain mudanya untuk memacu prestasi, maka lahirlah pemain seperti Sugiarto yang pernah mengikuti seleksi PSSI Pra Olimpiade tahun 1975. Sejumlah nama juga hadir, hingga sekarang namanya masih disebut kehebantannya antara lain Mahmud (mewakili Sumbagut ke PON di Makassar), Nantan Ibrahim, Nazwar Nurdin, Majid, Margono dan Ujang Jufri. Usaha PSPS Pekanbaru untuk tampil di kompetisi elite nasional pernah hampir berhasil pada tahun 1984, kala itu kompetisi terbagi antar Perserikatan dan Galatama. PSPS sebagai klub perserikatan tergabung dalam zona Sumbagut dan berhasil mewakili SUmatra mengikuti babak play off di Cimahi, Jawa Barat untuk ke Divisi Utama. Sayangnya pada salah satu pertandingan, PSPS tersingkir. PSPS mengalami kelelahan karena sebagian besar pemain PSPS berasal dari PS UNRI yang pada saat bersamaan juga sedang melakukan turnamen di Bandung, sehingga harus pulang pergi Bandung-Cimahi. Saat itu Peluang PSPS untuk lolos sangat besar sebab diperkuat sejumlah pemain nasional yang juga mereka semua adalah pemain handalan PS BPD RIAU (Bank Riau Kepri saat ini) diantaranya Ricky Darman, Dino Kardinal, Edu Mukhni dan kiper berdarah Tionghoa yang terkenal saat itu, Sutanto Ongso. Saat itu PS BPD merupakan salah satu klub elite yang tidak terkalahkan di Pekanbaru, berkat kepedulian Direktur Utama BPD Riau Syafii Yusuf yang saat itu juga menjadi Manajer PSPS Pekanbaru. Syafii Yusuf dinilai sebagai orang yang mempelopori masuknya pemain dari luar Riau ke Pekanbaru terutama dari Padang dan Medan.

MENAPAK DIVISI SATU PSSI

Hingga akhirnya pada tahun 1994, jabatan kepengurusan PSPS dipimpin Iskandar Husin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Transmigrasi Riau. Iskandar Husin juga sukses mempromosikan Persiraja Banda Aceh ke Divisi Utama PSSI, ia berusaha untuk mengembalikan bond perserikatan ini menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru dan Riau.

Iskandar Husin mendatangkan pemain baru, dibawah pelatih kepala Amrustian, mulailah PSPS Pekanbaru merintis jalan di Divisi Dua menuju Divisi Satu PSSI. Dan perjuangan itu akhirnya berhasil, pada Liga Indonesia tahun 1994/1995. Sejak saat itu PSPS bercokol di Divisi Satu PSSI. Tahun 1995/1996 PSPS berhasil meraih juara dua Piala Menpora di Bogor serta juga lolos ke PON yang sebelumnya harus melewati seleksi tingkat regional.

Berkat keberhasilan itu Iskandar Husin mendapat pujian masyarakat pecinta bola Pekanbaru. Lalu semakin besarlah harapan dibebankan dipundaknya untuk membawa PSPS ke jenjang paling bergengsi yaitu Divisi Utama PSSI, namun upaya ini dua kali gagal. Di Liga Indonesia II (LIGINA II) PSPS hanya bisa bertahan tidak terdegradasi, di Liga Indonesia III (LIGINA III) PSPS berhasil masuk 10 besar. Hanya angan-angan dan impian Iskandar Husin untuk mengangkat PSPS ke Divisi Utama tidak kesampaian, hingga akhirnya Iskandar Husin yang pernah membawa Persiraja ke Divisi Utama PSSI pindah tugas ke Kalimantan Barat.

SANG JUARA DIVISI I

Era kebangaan itu akhirnya datang juga. Setelah berkutat di di Divisi II Wilayah Riau, Divisi II PSSI, dan Divisi I PSSI, jalan panjang itu mulai menampakkan titik terangnya. Pergantian kepengurusan dari Iskandar Husin ke Tengku Lukman Jafaar pada tahun 1997/1998 membuat PSPS bergairah kembali.

Didukung staf yang memiliki kemampuan untuk memanage organisasi, didukung semangat yang bergelora dari semua pengurus terutama peran besar dari Syali Duyun Tanjung (Alm) yang menjabat sebagai Ketua Harian PSPS.

Dengan merangkul pengusaha muda Riau, Arsadianto Rahman (Anto Rahman, kakak kandung dari Plt. Gubernur Riau saat ini periode 2014 - 2019, Arsyadjuliandi Rachman) sebagai manajer PSPS di LIGINA IV, PSPS mulai mendatangkan pemain yang berkualitas untuk mengangkat prestasi sekaligus memotivasi pemain muda. Sayangnya gelora Divisi Utama sempat terhenti satu tahun karena Liga Indonesia IV dihentikan ditengah jalan karena pertukaran pemimpin di Tanah AIr.

Semangat itu terus muncul hingga akhirnya di Liga Indonesia v pada tahun 1998/1999 kembali diputar. PSPS melakukan persiapan yang benar-benar matang PSPS merekrut pelatih nasional, Sofyan Hadi serta mengontrak dua pemain asing yaitu Mourmada Marco dan Essama Raymond, keduanya menjadi idola baru publik Pekanbaru. Disamping itu PSPS juga memboyong 10 pemain terbaik di tanah jawa untuk bermain di Pekanbaru, makam muncullah nama Hasyim, Khairul Minan, Kamarudin Betay. Masuknya pemain luar daerah ini justru memberi dampak postitif bagi PSPS, karena dengan kehadiran mereka pemain lokal PSPS kembali bergairah untuk bersaing, maka muncullah pahlawan baru seperti Miskardi, Tharjaki Lubis, Agus Rianto.

JALAN MENUJU DIVISI UTAMA LIGA INDONESIA

Memasuki divisi utama untuk pertama kalinya setelah dalam penantian 43 tahun. PSPS promosi ke Divisi Utama untuk pertama kalinya dengan predikat juara Divisi Satu dengan mengalahkan PS Indocement Cirebon dengan skor 2-1 di final yang diselenggarakan di Stadion Sanggraha Lebak Bulus, Jakarta.

Para pemain yang memperkuat PSPS saat itu antara lain Miskardi, Mourmada Marco, Simon Tin Atangana, Essama Amougu Raymond, Aidil Desfi, Darwin, Dodi Cahyadi, Agus Rianto, Toyo Hariono, dan lainnya.

Setelah masuk ke Divisi Utama, PSPS sempat diperkuat oleh nama-nama tenar yang telah lama malang melintang di Liga Indonesia, seperti Sudirman, Adnan Mahing, Ritham Madubun, Rahmad M. Rivai, (alm) Chairul Minan, Rusdianto, Rino Yuska, Nova Zaenal, Gustavo Hernan Ortiz, I Komang Mariawan, Ebwelle Bertin, Felipe E. Cortez, Joe Nagbe, Moses Nyewan, M. Affan Lubis, Mbeng Jean, Joseph Lewono, Alejandro Castro dan beberapa nama lainnya.

PSPS pernah mengalami masa jayanya sewaktu berhasil merekrut pemain-pemain Timnas Indonesia, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Eko Purdjianto, Aples Gideon Tecuari, Hendro Kartiko, Sugiyantoro, Edu Juanda, dan Amir Yusuf Pohan. Ini berakhir pada musim 2004, saat PSPS mulai melakukan perombakan setelah gagal mewujudkan target juara dalam 2 musim. Ditambah lagi dengan insiden skorsing yang menimpa 3 orang pilar PSPS akibat sikap tidak profesional terhadap wasit.

Sejak saat itu, PSPS mengalami pasang surut dalam prestasi di Liga Indonesia dengan penggantian pelatih yang hampir setiap musimnya dilakukan, mulai dari pelatih nasional maupun lokal Riau seperti Syafrianto Rusli, Abdulrahman Gurning, Miskardi, Mundari Karya, hingga pelatih saat ini, Philep Hansen Maramis.

Di era kendali pelatih Syafrianto Rusli, PSPS memperlihatkan kemajuan yang cukup mengesankan, sebelumnya keadaan PSPS di Liga Divisi Satu terlihat timbul-tenggelam karena ketidakseriusan pemain dan manajemen tim. Semenjak ditangani oleh Syafrianto Rusli, frekuensi kemenangan baik di kandang maupun tandang mengalami perkembangan yang signifikan. Itu juga berlaku pada 'saudara mudanya', Persih Indragiri Hilir. Kedua 'kakak-beradik' ini berpacu untuk mendapatkan tempat di Divisi Utama Liga Indonesia pada musim yang akan datang.

Mulai musim kompetisi 2008, PSPS naik ke Liga Divisi Utama. Kursi pelatih dipercayakan kepada Mundari Karya. Namun, karena belum jelasnya kesepakatan dengan manajemen, Mundari Karya menangani tim PSPS[butuh rujukan], dan ditunjuklah mantan pelatih kepala Persitara Jakarta Utara Abdurrahman Gurning sebagai pengganti Mundari Karya.

Semenjak putaran ke II musim kompetisi Liga Indonesia 2007, Manajemen Tim PSPS telah diganti. sebagai Manager Drs. Destrayani Bibra, Ass. Manager Ir. Dityo Pramono dan sekretaris Tim Drs. Fardiyansyah Akt. Dengan Manajemen baru Tim PSPS berhasil menggeliat dalam percaturan Liga Divisi Utama. Pada musim kompetisi Liga Indonesia 2008, PSPS Pekanbaru mempercayakan Tim dilatih oleh A.R. Gurning, yang biasa di panggil "Bang Haji". Dan di awal musim kompetisi PSPS telah menunjukan kemajuan yang sangat baik, dengan menduduki posisi teratas sementara dengan 6 kemenangan dan 2 kali seri serta tidak terkalahkan. Hasilnya PSPS Pekanbaru langsung dipromosikan ke Liga Super Indonesia 2009-10 setelah meduduki peringkat ketiga Divisi Utama.

INDONESIAN SUPER LEAGUE

Menjajal ISL bersama tim papan atas Indonesia, di musim pertamanya PSPS berhasil tampil gemilang dengan menempati peringkat 7. Hal ini termasuk istimewa karena saat itu PSPS tampil hampir tanpa pemain bintang dan mengandalkan pemain lokal Riau yang akhirnya pada musim itu mencuat menjadi pemain yang diperhitungkan seperti Herman Dzumafo, Dedi Gusmawan, Danil Junaedi, Banaken Bassoken, Agus Cima, April Hadi dll. Semakin istimewa karena pada musim 2009-2010 ini PSPS hanya kalah sekali di kandang dari juara musim tersebut yaitu Persipura Jayapura.

Di musim berikutnya PSPS mengalami penurunan dan akhirnya kemudian kembali terdegradasi ke Divisi Utama pada akhir musim 2013.

ISC

Indonesia Soccer Championship adalah kompetisi tidak resmi yang diakibatkan oleh sanksi yang dijatuhkan FIFA kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. PSPS bermain di ISC B yang merupakan kompetisi kasta kedua itu sebelum akhirnya terhenti pada babak 8 besar.

Liga 2 2017

Setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sudah lepas dari sanksi yang diberikan FIFA, maka kompetisi sepak bola indonesia kembali bergulir dengan nama baru. Liga 1 untuk kasta pertama, Liga 2 untuk kasta kedua, dan Liga 3 untuk kasta paling rendah. Pada Liga 2 Musim 2017 PSPS kembali berhasil menembus babak 8 besar. namun kembali gagal untuk melangkah ke babak 4 besar setelah bermain imbang pada pertandingan terakhir melawan PSIS Semarang. PSIS unggul produktifitas 1 gol dari PSPS, sehingga PSPS harus puas finish di posisi 3 grup Y 8 Besar Liga Musim 2018.

Stadion

PSPS akan menggunakan Stadion Kaharuddin Nasution yang berkapasitas 25.000 tempat duduk untuk menghadapi musim kompetisi 2018. Stadion ini pernah digunakan untuk menghelat PON Riau tahun 2012 dan kualifikasi AFC U-22 tahun 2012.

Julukan Askar Bertuah

Askar Bertuah berarti Pasukan Beruntung. Sesuai dengan julukan Kota Pekanbaru sebagai Kota Bertuah maka PSPS Pekanbaru diberi julukan Askar Bertuah, yang diartikan agar PSPS Pekanbaru selalu beruntung dengan memenangi setiap pertandingan baik kandang maupun tandang.

Pendukung

Pendukung PSPS datang dari kota Pekanbaru terutama daerah Rumbai, Rumbai Pesisir, Senapelan, Sukajadi, Pekanbaru Kota, Simpang Tiga, Marpoyan Damai, Panam dll. Beberapa Universitas di Pekanbaru jadi basis pendukung diantaranya UNRI, UIR, UNILAK dan UIN Sultan Syarief Qasim II. Konsentrasi pendukung juga terdapat di luar kota Pekanbaru yaitu Minas, Kampar, Taluk kuantan, Duri, Perawang, Siak dan Pelalawan. Namun secara menyeluruh masyarakat Riau umumnya adalah pendukung PSPS.

Pendukung PSPS memiliki 2 kelompok besar suporter yakni Asykar Theking' dan Curva Nord 1955 termasuk salah satu distrik terbaru yakni SERAM Nord Famiglia. Juga terdapat kelompok firm lain diantaranya Hang Tuah Mania dan Casual Bertuah 1955.

Manajemen & Staf

Manajemen

Jabatan Staf
Direktur Utama Arsadianto Rahman
Manajer Ari Nugroho Arsadianto
Asisten Manajer I Alsitra
Asisten Manajer II Ryan Adi Putra
Bendahara Dian Eka Putra
Sekretaris Dian Eka Putra
Media & Humas Muhammad Teza Taufik

Staf Kepelatihan

Jabatan Staf
Pelatih Kepala Hendri Susilo
Asisten Pelatih Gusnedi Adang
Pelatih Kiper Lufti Yasin
Dokter Tim Dr. Miftah
Pembantu Umum I Yarmel
Pembantu Umum II Haris Hami Meagalky

Prestasi

Divisi I Liga Indonesia

  • Juara (1): 1998-1999

Indonesia Super League

  • Juara 1 (1): 2008-2009

Kiprah di liga nasional

Musim Liga
Komp. Pos Keterangan
1996/1997 Divisi I 3 Putaran 2
1997/1998 Musim tidak selesai
1998/1999 Divisi I 1 Juara, Promosi ke Divisi Utama
1999/2000 Divisi Utama 5 Wilayah Barat
2001 Divisi Utama 6 Wilayah Barat
2002 Divisi Utama 5 Wilayah Barat
2003 Divisi Utama 9
2004 Divisi Utama 16
2005 Divisi Utama 14 Wilayah Barat. Degradasi ke Divisi I
2006 Divisi I 4
2007 Divisi Utama 4 Promosi ke Divisi Utama
2008/2009 Divisi Utama 3 Promosi ke ISL
2009/2010 ISL 7
2010/2011 ISL 11
2011/2012 ISL 13
2013 ISL 18 Degradasi ke Divisi Utama
2014 Divisi Utama Babak 16 besar
2015 Tidak ada kompetisi (Banned FIFA)
2016 ISC B Babak 8 besar
2017 Liga 2 5 Babak 8 besar

Sponsors

Apparel

  • Lotto (2009–2011)
  • Pluso (2012)
  • Joma (2012–2014)
  • Calcetto (2015-2016)
  • Classico (2017)
  • Kelme (2018 - Sekarang)

Skuat

Berikut skuat yang diturunkan untuk ajang Liga 2 Indonesia 2018.[1]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
23 GK   IDN Leonardo
78 GK   IDN Ismail Hanafi
98 GK   IDN Ivan Fadillah
3 DF   IDN Eriyanto
4 DF   IDN Syaiful Ramadhan
99 DF   IDN Tri Rahmad Priadi
14 DF   IDN Ponda Dwi Saputra
2 DF   IDN Wahyu Kristanto
29 DF   IDN Muhammad Mukhlis
27 DF   IDN Aliyah Alfuad
6 DF   IDN Dendi Sembiring
37 MF   IDN Ruud Gullit
No. Pos. Negara Pemain
12 MF   IDN Efraim Wandik
16 MF   IDN Fadau
30 MF   IDN M. Yoga Pratama
97 MF   IDN Ilham Fathoni
94 MF   IDN Redo Rinaldi
21 MF   IDN Firman Septian
22 MF   IDN Fachri Alhayani
87 FW   IDN Dani Marvelous
19 FW   IDN Yudhi Adytia
11 FW   IDN Ifrawadi
9 FW   IDN Rendi Saputra
17 FW   IDN Riki Dwi Saputro

Pemain Terkenal

Referensi

  1. ^ "Squad List". liga-indonesia.co.id. Diakses tanggal 2013-01-05. 

Pranala luar