Pembicaraan:Delusi

Revisi sejak 1 Juli 2019 13.12 oleh Anta Samsara (bicara | kontrib) (Deskripsi alasan mengapa kata "waham" harus dijadikan istilah yang utama, alih-alih "delusi". Meskipun keduanya adalah kata yang benar bentuk maupun maknanya.)

Komentar terbaru: 5 tahun yang lalu oleh Anta Samsara

Saya membuat penjelasan yang cukup komprehensif pada lema Waham. Pilihan me-redirect-kan kata delusi kepada kata waham didasarkan pada terminologi bahwa kata waham adalah istilah yang lebih baku dalam ranah psikiatri dan psikologi klinis. Anta Samsara 2.0 (bicara) 25 Juni 2019 19.26 (UTC)Balas

Sebaiknya mulai digunakan istilah "waham" sebagai yang utama alih-alih "delusi". Karena di dunia kesehatan jiwa adalah sangat umum menggunakan istilah berbentuk frase dengan kata pertama "waham ...", misalnya "waham siar" atau "waham kejar" (frase "delusi siar" atau "delusi kejar" sangatlah tidak umum jika tak dikatakan rancu. Saya kira Bahasa Indonesia punya perkembangannya sendiri yang kadang-kadang tidak bergantung kepada bahasa asal istilahnya. Transliterasi (pengalihan aksara) untuk membuat istilah tidak selalu berlaku (lagi) dalam Bahasa Indonesia. Sebaliknya pengguna Bahasa Indonesia mencari kata yang mungkin telah hidup lebih lama (atau mungkin neologisme dari unsur-unsur kata yang sudah ada) dalam Bahasa Indonesia dan menggunakannya. Sebagai contoh adalah kata "pranala" untuk "hyperlink" serta "sasmita" untuk "omen." Anta Samsara (bicara) 1 Juli 2019 13.12 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Delusi".