Skadron Udara 4

Revisi sejak 12 Juli 2019 09.32 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Skadron Udara 4 adalah satuan udara angkut ringan yang berada di bawah jajaran Wing Udara 2, Komando Operasi Angkatan Udara II yang bernaung di bawah Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur, dimana dalam kesehariannya mengoperasikan pesawat C-212 Casa seri 200. Tugas Skadron Udara 4 adalah menyiapkan dan mengoperasikan pesawat angkut ringan untuk Operasi Dukungan Udara, Operasi SAR Terbatas, mendukung Sekolah Navigator dan Kursus Pengenalan Terbang Pesawat Angkut Militer.[1][2]

Skadron Udara 4
Lanud Abdulrachman Saleh
Lambang Skadud 4
Dibentuk9 April 1951
NegaraIndonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitSatuan Angkut Ringan
Moto“Apnute Kriya Hayu Uliha”
Situs webwww.abdsaleh.blogspot.com

Pada awal terbentuknya Skadron Udara 4 dilengkapi dengan kekuatan pesawat-pesawat ringan Auster, Piper Cup, Cesna-180 dan AT-6G Harvard. Pada awal 1960-an, Skadron 4 di non aktifkan namun secara resmi belum dibubarkan. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/02/I/1985 tanggal 17 Januari 1985, Skadron Udara 4 Pengintai Darat diaktifkan kembali dengan nama Skadron Udara 4 Angkut Ringan yang bermarkas di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang dengan kekuatan Cassa 212 seri 100 dan 200, Cessna 401/402, SC-7 Skyvan, dan C-47 Dakota serta pesawat terbang lain yang digolongkan sebagai pesawat angkut ringan, termasuk yang berstatus titipan dari departemen diluar TNI AU.[3]

Sejarah

Skadron Udara 4 lahir pada tahun 1950-an dan dikenal dengan nama Eskadron IV Pengintai Darat. Nama “Eskadron IV” ini kemudian berubah menjadi “Skadron IV” setelah masa konsolidasi dalam tubuh Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat (AURIS) yang merupakan Skadron Bantuan bagi pasukan di darat untuk pengintaian dan penuntun penembakan senjata artileri, sesuai pengumuman Kasau Nomor: 28/11/Peng/KS/51 tanggal 21 Maret 1951. Komandan pertama yaitu Letnan Udara I Suhodo resmi diangkat pada tanggal 9 April 1951 yang sekaligus ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Skadron Udara 4. Pada awalnya Skadron ini terdiri dari pesawat-pesawat Auster Mark motor tunggal X 130 dk Gipsy Major (Inggris), warisan dari 6e ARVA (Artillery Verkenning Afdeling), yang diterima pemerintah Indonesia dari Luchtvaart Militaire Nederland pada tanggal 20 Maret 1950 di Pangkalan Udara Semplak (sekarang Lanud Atang Senjaya) Bogor, Jawa Barat.

Semua anggota “6e ARVA” adalah orang Belanda, sehingga pada saat penyerahan tidak ada yang berkeinginan masuk AURI, sebagai konsekuensinya Skadron Pengintai ini dibangun dengan kekuatan dari mantan anggota Pangkalan Udara Gorda, terutama dari anggota teknik. Sedangkan kekuatan penerbang yang ada pada waktu itu hanya dua orang dan pertama kali di tempatkan di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdana Kusuma. Pada pertengahan bulan Juni 1950 Letnan Udara I Suhodo mendapat perintah untuk mengikuti latihan ulangan Advance Training di Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara). Atas kepergiannya maka Skadron Pengintai menerima Komandan baru yaitu Letnan Udara I Suharnoko Harbani. Pada waktu itu Skadron pengintai merupakan Flight yang terdiri dari penerbang-penerbang:

  • Letnan Udara I Arjono.
  • Letnan Udara I Koesoemo Soejanto.
  • Letnan Udara II Noerprapto.
  • Letnan Muda Udara I Soemarsono.

Beberapa Operasi Yang Dilaksanakan

Skadron Udara 4 pengintai darat bertugas mengadakan pengintaian udara taktis. Selain mampu melaksanakan operasi-operasi militer, dan pemotretan udara. Operasi-operasi yang dilaksanakan antara lain:

  1. Membantu pasukan TNI AD dalam rangka penumpasan gerombolan DI/TII pimpinan S.M Kartosuwiryo.
  2. Pada November 1951 berhasil menemukan tempat pusat gerombolan yang berjumlah kurang lebih seribu orang di gunung Klotok di lereng Gunung Malabar sebelah timur.
  3. SAR (search And Rescue), dan penyebaran pamplet.
  4. Sebagai Leason untuk pengangkutan VIP.

Masa Peralihan

Mengingat sifat maupun tugas khusus yang di tuntut dalam penyelenggaraan penerbangan untuk pejabat-pejabat VIP/VVIP dan disesuaikan dengan perkembangan AURI pada saat itu, maka pada tanggal 11 April 1963 diputuskan bahwa Skadron 4 ditunjuk untuk melaksanakan tugas penerbangan VIP/VVIP. Adapun kekuatan pesawat pada saat itu terdiri dari C-140 Jet Star, C-47 Dakota, IL-14 Avia, DHC-3 Otter dan C-180 Cessna. Berdasarkan hal tersebut, maka Menteri/Panglima Angkatan Udara dengan Surat Keputusan No.34 tahun 1963 tangal 1 Agustus 1963 mencabut Skep Menteri/Panglima Angkatan Udara no.11 tahun 1963 dan menetapkan bahwa Kesatuan Udara yang bertugas menyelenggarakan pengangkutan udara untuk para pejabat VIP/VVIP yang semula disebut Skadron 4 diubah menjadi Skadron No.17/Linud Khusus.

Adanya penambahan pesawat baru (Boeing 707, F-28, F-27, C-130 Hercules, dan Heli Super Puma), Skadron Udara 17 Linud Khusus kemudian berubah nama menjadi Skadron udara 17 VIP. Langkah selanjutnya yang diambil oleh pimpinan TNI AU saat itu adalah dengan memindahkan keberadaan pesawat Cessna, Sky Van dan C-212 Casa, untuk memperkuat Skadron 2 yang pada saat itu sudah diperkuat olah pesawat Dakota dan Fokker F-27. Bertambahnya kekuatan pesawat di Skadron 2 mengakibatkan kapasitas hanggar yang ada tidak cukup untuk menampung pesawat yang begitu banyak. Atas pertimbangan dari kondisi tersebut, maka Pimpinan TNI AU waktu itu memutuskan untuk mengaktifkan kembali Skadron Udara 4 yang berkedudukan di Lanud Abdulrachman Saleh Malang melalui Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor: Skep/02/I/1985 tanggal 17 Januari 1985. Sejak itulah Lanud Abdulrachman Saleh menjadi home base Skadron Udara 4 Angkut Ringan dengan kekuatan sebagai berikut:

  1. Pesawat C-212 Casa Serie 100/200 sebanyak 10 buah.
  2. Pesawat Cessna 401/402 sebanyak 6 buah.
  3. Pesawat C-47 Dakota sebanyak 4 buah.
  4. Pesawat SC-7 SKY VAN sebanyak 1 buah.

Kemampuan

Adapun kemampuan yang dimiliki oleh Skadron udara 4 antara lain:

  1. Operasi Pengintaian Udara Taktis, Operasi yang dilakukan untuk mencari informasi tentang kekuatan musuh yang ada di daerah operasi dengan cara melakukan pengintaian udara.
  2. Angkutan Udara Ringan, Pesawat C-212-200 adalah pesawat yang dapat digunakan untuk mengangkut logistik serta personel yang akan digunakan untuk mendukung tugas operasi baik pada Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
  3. SAR (Search And Rescue) Terbatas, Tugas penerbangan yang dilaksanakan oleh pesawat C-212-200 Skadron Udara 4 lebih mengutamakan pencarian karena kemampuannya yang terbatas (dengan mencari koordinat crash point), sedangkan pertolongan yang dilaksanakan adalah pertolongan terbatas seperti dropping perahu karet, bahan makanan via helly box dan survival kits.
  4. Pemotretan Udara, Pemotretan udara yang dilaksanakan Skadron Udara 4 adalah pemotretan udara vertical (areal), oblique (spotting) dan mapping untuk kepentingan Operasi Militer dan Pembangunan Nasional secara real time.
  5. Evakuasi Medis Terbatas, Sesuai dengan kemampuan pesawat C-212-200 dan perlengkapannya yang terpasang, maka pesawat ini dapat berfungsi sebagai ambulance udara yang dapat melakukan evakuasi korban dari satu tempat ke tempat yang lain melalui udara.
  6. Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca, Observation, Seeding, Weather plan, adalah penerbangan yang dilaksanakan pada pesawat C-212 untuk melakukan modifikasi cuaca sehingga dapat menghasilkan/menurunkan hujan pada suatu daerah tertentu guna penanggulangan bahaya kebakaran hutan dan Operasi Hujan Buatan pada suatu wilayah.
  7. Mendukung Sekolah Navigator, Pesawat C-212 dapat digunakan sebagai flying classroom dalam mendidik siswa navigator dan siswa instruktur navigator pada masa pendidikan. Skadron Udara 4 memiliki satu pesawat C-212-200 khusus digunakan untuk flying classroom dengan tail number A-2109.

Komandan

  1. Letkol Pnb Suharso (1985-1987)
  2. Letkol Pnb Bambang R (1987-1990)
  3. Letkol Pnb Tumiyo (1990-1992)
  4. Letkol Pnb Yushan Sayuti (1992-1995)
  5. Letkol Pnb Tony Susanto (1995-1997)
  6. Letkol Pnb Sudipo Handoyo (1997-1999)
  7. Letkol Pnb Bambang Sumarto (1999-2001)
  8. Letkol Pnb Gatot Purwanto (2001-2002)
  9. Letkol Pnb R. Ismet S (2002-2004)
  10. Letkol Pnb Yuddy Hartanto (2004-2008)
  11. Letkol Pnb Elianto Susetio (2006-2007)
  12. Letkol Pnb Novyanto (2007-2008)
  13. Letkol Pnb Zulfahmi (2008-2010)
  14. Letkol Pnb Eka Yudanto (2010-2012)
  15. Letkol Pnb Tiopan Hutapea (2012-2013)
  16. Letkol Pnb Yose Ridha, ST (2013-2015)
  17. Letkol Pnb Agus Mulyadi, S.Sos (2015-2017)[4]
  18. Letkol Pnb Agung Perwira, S.T., M.A.P. (2017-2018)
  19. Letkol Pnb Wisnu Aji Prabowo, S.Sos., M.A.P., (2018-Sekarang)

Referensi