Ketimpiring Rebana
Satu jenis rebana yang memiliki krecek dipasang pada badanya, terbuat dari kayu, sering disebut sebagai kelongkongan . Merupakan jenis rebana yang paling kecil. Jenis rebana ini biasanya terdiri dari tiga buah rebana berukuran sama, dengan garis tengah kurang lebih 20-25 cm. Tiga rebana itu ada yang didebut rebana tiga, reban emepat, dan rebana lima. Rebana lima biasanya diletakkan di tengah, berfungsi sebagai 'pembawa' atau komando. Sebagaikomando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana ketimpring ada dua macam yakni Rebana Ngarak dan Rebana Maulid.
Disamping itu Rebana Ketimpring merupakan nama salah satu kesenian yang ada di Tomang-Jati Pulo yang dimainkan saat mengarak pengantin perempuan. Asal mula munculnya Rebana Ketimpring mempunyai dua versi. Pendapat pertama menyebutkan bahwa, kesenian, ini muncul dari bocah pengembala sapi yang memukul tudung cetok-nya sambil bernyanyi. Pendapat kedua mengatakan bahwa kesenian rebana muncul dari seorang tukang yang membuat karton bernama Samarda. Bersama pembantunya setiap hari menumbuk kardus sehingga tercipta sebuah irama. Lama kelamaan suara tumbukan tersebut dipelajari. Bekerja sama dengan Sa'dan dari Sumur Batu dan seorang ahli agama bernama Mu'min dari Gandrong Kelurahan Rawa Buaya (melengkapi dengan tepukan Hadra) sehingga menghasilkan Rebana Ketimpring. Irama dalam ketimpring meliputi delapan macam tepukan, dengan perpindahan tepukan yang disebut "tokse". Nama tepukanya meliputi pincang satu, pincang dua, seramba, pincang siir, pincang gambus, pincang serong, pincang kwitang, dan pincang empat. Dalam penampilanya Rebana Ketimpring mempunyai fungsi sebagai Rebana Ngarak dan Rebana Maulid.[1]
Refrensi
- ^ Yayasan Untuk Indonesia (2005). Ensklopedia Jakarta:culture& heritage (budaya & warisan sejarah). Jakarta: Yayasan Untuk Indonesia. ISBN 979-8682-49-1.