Keumamah
Keumamah adalah salah satu kuliner tradisional masyarakat Aceh yang dibuat dari bahan baku ikan, yaitu tongkol dan cakalang. Keumamah terkenal juga dengan nama ikan kayu, karena keras seperti kayu. Ikan ini diawetkan dengan beberapa proses pembuatan. Mulai dari pembersihan ikan, perebusan, pengeringan dan penyimpanan. Karena itu keumamah bisa disimpan hingga bertahun-tahun dengan syarat harus tetap dalam keadaan kering atau tidak lembab.
Bumbu-bumbu yang digunakan untuk mengolah keumamah adalah : asam sunti, salam koja, cabai rawit dan cabai hijau.
Keumamah hadir sebagai salah satu penganan utama yang dihidangkan saat berlangsungnya pesta adat atau kenduri. Selain memiliki peran penting dalam budaya masyarakat Aceh, keumamah juga memiliki nilai historis. Dahulu keumamah dijadikan sebagai salah satu logistik para pejuang Aceh saat perang melawan pemerintah Kolonial Belanda.[1][2]
RUJUKAN
- ^ Buku Penetapan Warisan Buaya Takbenda Indonesia Tahun 2018 oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 1
- ^ "'Keumamah': Dulu Makanan Pejuang Gerilya, Kini Bekal Jemaah Haji Aceh". kumparan. Diakses tanggal 2019-09-22.