Demam babi klasik

Penyakit menular pada babi
Revisi sejak 11 November 2019 19.07 oleh RianHS (bicara | kontrib)

Demam babi klasik (bahasa Inggris: classical swine fever) atau kolera babi (hog cholera) adalah penyakit menular pada babi yang disebabkan oleh virus classical swine fever. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, kejang, dan pendarahan pada permukaan kulit serta organ dalam (limpa, ginjal, dan usus), dan seringkali berakhir pada kematian.

Demam babi klasik
Pendarahan pada ginjal merupakan salah satu perubahan histopatologi pada infeksi demam babi klasik.
Informasi umum
Nama lainClassical swine fever (CSF), hog cholera, kolera babi
SpesialisasiKedokteran hewan
PenyebabClassical swine fever virus
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam tinggi, konjungtivitis, sianosis, pendarahan kulit, ataksia, paresis, dan konvulsi, diikuti kematian dalam beberapa pekan.[1]
Awal muncul2-14 hari[1]
DiagnosisIsolasi virus, PCR, ELISA
Kondisi serupaDemam babi Afrika (ASF)
Tata laksana
PencegahanVaksinasi

Penyebab

Demam babi klasik disebabkan oleh classical swine fever virus (CSFV) yang berada dalam famili Flaviviridae dan genus Pestivirus. Virus ini dikelompokkan dalam grup IV dalam sistem klasifikasi Baltimore, yaitu virus RNA untai tunggal dengan sense-positif. Genus Pestivirus terdiri atas 11 spesies, yang diberi nama Pestivirus A sampai Pestivirus K.[2] Virus CSF sendiri merupakan nama lain dari Pestivirus C.[3]

Virus CSF memiliki kemiripan antigenik dengan bovine viral diarrhea virus (BVDV) yang digolongkan dalam Pestivirus A dan Pestivirus B,[4][5] serta border disease virus (BDV) yang merupakan sinonim dari Pestivirus D.[6] Virus BVDV dan BDV sering disebut Pestivirus ruminansia karena menginfeksi hewan ruminansia seperti sapi, kambing, domba, dan rusa; sedangkan CSFV disebut Pestivirus babi. Walaupun demikian, Pestivirus ruminansia juga dapat menginfeksi babi meskipun tidak diikuti dengan munculnya tanda klinis.[7] Infeksi Pestivirus ruminansia dapat memicu produksi antibodi dalam tubuh babi sehingga perlu pengujian yang membedakan infeksi CSFV dengan infeksi yang disebabkan oleh BVDV atau BDV.[7]

Resistansi virus CSF terhadap perlakuan fisik dan kimiawi yaitu:[8]

  • Temperatur: Terinaktivasi setelah dipanaskan pada 65,5 °C selama 30 menit atau 71 °C selama 1 menit, tetapi dapat bertahan berbulan-bulan pada daging beku.
  • pH: Stabil pada pH 5-10; terinaktivasi dengan cepat pada pH<3 dan pH>11.
  • Disinfektan: Rentan terhadap eter, kloroform, dan ß-propiolactone (0,4%). Terinaktivasi dengan disinfektan berbasis klorin, kresol (5%), natrium hidroksida (2%), formalin (1%), natrium karbonat (anhidrat 4% atau kristal 10%, dengan detergen 0,1%), detergen ionik dan nonionik, serta iodophor kuat (1%) dalam asam fosfat.
  • Kelangsungan hidup: Cukup rapuh dan tidak bertahan di lingkungan. Rentan terhadap kondisi kering dan sinar ultraviolet. Bertahan dengan baik di kandang selama kondisi dingin (hingga 4 pekan di musim dingin). Bertahan 3 hari pada suhu 50 °C dan 7-15 hari pada suhu 37 °C. Bertahan dalam daging garaman dan daging asap selama 17 hingga >180 hari bergantung pada prosesnya. Virus bertahan 3-4 hari pada organ yang membusuk dan 15 hari pada darah dan sumsum tulang yang membusuk.

Hewan peka

 
Babi domestik (Sus scrofa domesticus), hewan rentan terhadap virus CSF.

Babi domestik dan babi hutan (keduanya merupakan subspesies dari Sus scrofa) merupakan reservoir alami virus CSF.[8] Secara umum, anggota famili Suidae rentan terhadap demam babi klasik. Virus CSF telah dideteksi pada peccary berbibir putih (Tayassu pecari), dan infeksi eksperimental telah dilakukan pada babi warthog (Phacochoerus africanus), bushpig (Potamochoerus larvatus), dan peccary berkerah (Tayassu tajacu).[9] Belum ada bukti bahwa virus CSF dapat menginfeksi manusia.

Penularan

Cara penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung antara babi terinfeksi dengan babi sehat. Cairan tubuh dari babi terinfeksi (air liur, leleran dari hidung dan mata, darah, urin, serta tinja) merupakan sumber virus.[10] Hewan yang terinfeksi secara persisten (kronis) seringkali tidak menunjukkan tanda klinis, tetapi menyebarkan partikel virus ke lingkungan melalui tinjanya.[7][10] Virus juga dapat menempel pada benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaraan[10] sehingga orang yang bepergian antarpeternakan babi memiliki peran penting dalam penyebaran penyakit.

Babi sehat menjadi terinfeksi akibat menelan partikel virus, termasuk memakan daging babi atau olahannya yang mengandung virus CSF. Konsumsi sampah sisa makanan yang dikenal dengan istilah swill feeding juga dapat membuat babi terinfeksi.[11] Penularan juga dapat terjadi secara vertikal selama kebuntingan. Janin dapat terinfeksi sejak berada dalam rahim induk yang menderita demam babi klasik. Keberadaan babi liar di sekitar peternakan babi juga perlu diwaspadai.

Tanda klinis

Penyakit ini memiliki bentuk akut dan kronis, dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Babi dapat menunjukkan tanda klinis yang berat dengan angka kematian yang tinggi, hingga tanda klinis yang ringan atau bahkan tidak terlihat. Perbedaan ini dipengaruhi oleh strain virus, umur dan tingkat kekebalan babi, serta adanya infeksi campuran. Masa inkubasi berlangsung antara 2-14 hari[1] atau 3-7 hari pada bentuk akut.[12]

Demam babi klasik bentuk akut disebabkan oleh strain virus ganas dan seringkali ditemukan pada babi berusia muda. Tanda klinis yang dijumpai yaitu demam tinggi; lemah dan tidak nafsu makan; konjungtivitis; sianosis terutama pada telinga, moncong, kaki, dan ekor; hiperemi atau pendarahan multifokal pada kulit; konstipasi yang diikuti diare, pembengkakan kelenjar getah bening; ataksia, paresis, dan kejang; inkoordinasi dan cara berjalan yang aneh; leukopenia berat; dan perilaku berkerumun bersama-sama.[11][1] Beberapa babi akan muntah atau menunjukkan gangguan sistem pernapasan.[12] Kematian biasanya terjadi setelah 1-2 pekan[11] di mana angka kematian pada babi muda bisa mencapai 100%.[1] Kematian mendadak tanpa adanya tanda klinis bukanlah karakter penyakit ini.[13]

Penyakit bentuk kronis disebabkan oleh strain virus yang lebih jinak atau pada peternakan yang sebagian babinya telah memiliki kekebalan terhadap virus CSF. Babi yang sakit kronis menunjukkan perilaku bodoh, nafsu makan yang berubah-ubah, demam, dan diare hingga satu bulan, rambut acak-acakan, dan pertumbuhan terhambat.[1] Babi yang sakit akan terlihat pulih dalam beberapa pekan, tetapi tanda klinis penyakit dapat muncul kembali.[12]

Pada penularan kongenital, janin dapat mengalami kematian atau abortus, kelemahan umum, tremor, kekerdilan pertumbuhan, dan berujung pada kematian dalam beberapa pekan atau bulan.[1] Infeksi kongenital juga dapat terjadi secara persisten tanpa tanda klinis. Walaupun demikian, babi hanya mampu bertahan hidup beberapa bulan dan akan mati dalam satu tahun.[13]

Diagnosis

Dengan tanda klinis yang bervariasi, pengujian laboratorium dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Untuk mengonfirmasi kasus klinis, isolasi virus pada kultur sel dan uji reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan metode pengujian yang sesuai, diikuti dengan uji netralisasi virus.[14] Spesimen yang sesuai untuk pengujian yaitu tonsil, kelenjar getah bening (mandibular, retrofaringeal, gastrohepatik, dan mesenterik), limpa, ginjal, ileum, darah tanpa antikoagulan, dan swab hidung atau tonsil.[7]

Uji ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh babi. Namun, perlu diingat bahwa virus CSF bersifat imunosupresif sehingga antibodi tidak bisa dideteksi dengan jelas hingga minimum 21 hari pascainfeksi.[15] Pemeriksaan antibodi lebih tepat digunakan untuk mendeteksi sisa-sisa infeksi dalam suatu peternakan, mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit, mengetahui prevalensi penyakit, memastikan individu hewan bebas penyakit sebelum dilalulintaskan, serta mengetahui status kekebalan tubuh pascavaksinasi.[13][15]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g OIE Disease Cards (2009), hlm. 2.
  2. ^ "International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)". talk.ictvonline.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-11. 
  3. ^ "Pestivirus C". species.wikimedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-09. 
  4. ^ "Pestivirus A". species.wikimedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-09. 
  5. ^ "Pestivirus B". species.wikimedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-09. 
  6. ^ "Pestivirus D". species.wikimedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-09. 
  7. ^ a b c d Risatti, Guillermo, R.; Borca, Manuel. "Overview of Classical Swine Fever (Hog Cholera, Swine Fever)". www.msdvetmanual.com (dalam bahasa Inggris). MSD Veterinary Manual. 
  8. ^ a b OIE Disease Cards (2009), hlm. 1.
  9. ^ Spickler (2019), hlm. 1.
  10. ^ a b c OIE GDIS (2013), hlm. 2.
  11. ^ a b c Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan. "Classical Swine Fever (CSF)". www.oie.int (dalam bahasa Inggris). World Organisation for Animal Health. 
  12. ^ a b c Spickler (2019), hlm. 2.
  13. ^ a b c OIE Manual (2019), hlm. 2.
  14. ^ OIE Manual (2019), hlm. 3.
  15. ^ a b OIE Manual (2019), hlm. 10.

Daftar pustaka

Pranala luar