Topeng Tunggal adalah salah satu bentuk tari tradisional Betawi. Tari ini ditarikan seorang penari perempuan dengan memakai tiga kedok atau topeng secara bergantian yang mengekspresikan karakter masing-masing kedok. Tiga topeng ini adalah topeng panji (karakter yang lemah lembut serta gemulai dengan warna putih sebagi simbolnya), topeng samba (karakter yang gesit, lincah, serta periang dengan warna merah jambu sebagai simbolnya), dan topeng kelana (karakter yang kuat, kasar, dan gagah dengan warna merah sebagai simbol kemarahan).

Karya yang mengilhami tari ini adalah lukisan E. Hardouin yang terdapat pada buku berjudul Java, Tooneelen Uit Het Leven, karakterschetcen en Kleederdragten van Java's Bewoners (W.L. Ritter, 1955: 125-132), maka tari topeng tunggal sudah hadir paling tidak seja abad ke-19. SSejak abad itu, tari nini sudah dipentaskan dalam hajatan orang Betawi. Akan tetapi, karena langkanya sumber data yang memuat informasi sejarah tari ini, hingga saat ini kapan tari topeng tunggal diciptakan belum dapat diketahui pasti. Pada mulanya tari ini diipertunjukkan dari kampung, kota ke kota, tergantung permintaan pananggapnya. Selain untuk keperluan hajatan, di kalangan tertentu tari ini dianggap memiliki makna magis untuk menolak bala, bayar kaulan antar pelepasan nazar.[1]

Referensi

  1. ^ Ratnawati, Lien (2017). Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.