Fenitoin

senyawa kimia
Revisi sejak 17 Desember 2019 05.47 oleh Devi 4340 (bicara | kontrib) (menulis "efek samping".)

Fenitoin atau adalah obat untuk mengatasi kejang atau antikonvulsan, yang umumnya terjadi pada penderita epilepsi.[1] Nama kimia dari obat ini adalah 5,5-diphenyl-2,4-imidazolidinedione.[2] Obat ini dapat juga digunakan untuk mengobati trigeminal neuralgia, sejenis nyeri saraf yang berpengaruh pada wajah.[3] Fenitoin termasuk dalam kategori obat resep, jadi tidak dijual bebas. Bentuk obat ini berupa kapsul dan suntik. Obat ini dapat digunakan pada orang dewasa maupun anak-anak. Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui harus berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu.[1]

Struktur kimia fenitoin

Sejarah obat

Fenitoin pertama kali disintesis pada tahun 1908 oleh Heinrich Biltz—seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman.[4] Fenitoin dikenal sebagai antikonvulsan setelah Merritt & Putnam menerbitkan data penting mereka—mengenai penggunaan obat tersebut—pada tahun 1938. Sejak saat itu, fenitoin telah terbukti sebagai antikonvulsan yang sangat efektif. Beberapa dekade kemudian, obat ini terus menjadi obat antikonvulsan dan antiaritmia yang banyak diresepkan dalam pengobatan epilepsi (grand mal) dan psikomotor.[5]

Merek dagang

Beberapa merek dagang fenitoin antara lain: Kutoin, Phenytoin Sodium, Decatona, Dilantin, Curelepz, Phenitin, Ikaphen, Zentropil.[1]

Cara kerja

Epilepsi

Di dalam otak, terdapat sel-sel yang "berbicara" satu sama lain dengan menggunakan sinyal listrik dan bahan kimia. Kejang-kejang dapat terjadi ketika sel-sel otak tidak bekerja dengan benar atau bekerja lebih cepat dari biasanya. Di sini, fenitoin berfungsi untuk memperlambat sinyal listrik dalam otak sehingga kejang-kejang dapat berhenti.[3]

Sakit saraf

Pada awalnya, fenitoin tidak dirancang untuk mengobati rasa sakit. Namun, ia dapat meringankan rasa sakit saraf, seperti trigeminal neuralgia. Fenitoin memperlambat impuls-impuls listrik di saraf dan mengurangi kemampuan mereka untuk mengirimkan rasa sakit.[3]

Efek samping

Seperti obat-obatan yang lain, fenitoin juga memiliki efek samping, walaupun tidak semua orang mengalaminya. Efek samping umum yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:

  • sakit kepala
  • mengantuk
  • merasa gugup, tidak stabil atau goyah
  • mual atau muntah
  • sembelit
  • gusi sakit atau bengkak
  • ruam kulit ringan[3]

Referensi

  1. ^ a b c "Phenytoin". Alodokter. 2015-02-06. Diakses tanggal 2019-12-13. 
  2. ^ general_alomedika (2017-11-08). "Phenytoin - indikasi, dosis, interaksi dan efek samping". Alomedika. Diakses tanggal 2019-12-16. 
  3. ^ a b c d "Phenytoin: medicine to treat epilepsy and trigeminal neuralgia". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2019-03-15. Diakses tanggal 2019-12-13. 
  4. ^ Wolfson, Allan B. (2010). Harwood-Nuss' clinical practice of emergency medicine (edisi ke-5th). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 1415. ISBN 9780781789431. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  5. ^ Scheinfeld, Noah (2003). "Phenytoin in cutaneous medicine: Its uses and side effects". Dermatology Online Journal. 9 (3).