Rumah Kalang (bahasa Jawa: Omah kalang) adalah bangunan tempat tinggal orang Kalang, bagian dari masyarakat Jawa yang tinggal di lingkungan Keraton Mataram dan hidup terpisah-pisah. Rumah Kalang dibentuk melalui pengembangan rumah tradisional suku Jawa. Kata "kalang" dalam bahasa Jawa berarti pagar atau batas karena orang Kalang dikumpulkan di satu tempat dan dipagari pada masa pemerintahan Sultan Agung.[1][2]

Sejarah

Menurut legenda setempat, orang Kalang awalnya merupakan tawanan perang yang dibawa oleh Sultan Agung setelah gagal melakukan ekspedisi ke Bali pada awal abad ke-17. Mereka tinggal di sekitar Tegalgendu di tepi barat Sungai Gajahwong sampai tahun 1920-an dan tidak diizinkan tinggal di dalam wilayah Kotagede.

Kehidupan orang Kalang

Orang Kalang mempraktikkan endogami. Sebagian dari mereka menikah dengan sepupu sedarah. Suku Kalang yang tinggal di Tegalgendu diketahui bertukar pasangan dengan suku-suku lain yang tinggal di permukiman tertutup di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Contoh rumah

 
Sisi kanan toko Ansor's Silver.

Beriktu ini adalah daftar rumah kalang yang terletak di Kotagede dan Surakarta.

  • Anshor's Silver, Kotagede
  • Rumah Kalang di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta (1915)[3]
  • Rumah Pesik, Kotagede (1920)
  • Rumah Kalang di Jalan Urip Sumoharjo, Surakarta (1927 direnovasi)[3]
  • Rumah Kalang B.H. Noeriah, atau Omah Tembong (1862)
  • Omah Dhuwur, Kotagede
  • Omah Prayadranan, atau Ndalem Natan, Kotagede (1857, 1927 direnovasi)

Referensi

  1. ^ "Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta". kebudayaan.jogjakota.go.id. Diakses tanggal 2020-03-01. 
  2. ^ Santosa, Revianto Budi (2007). Kotagede: Life Between Walls. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789792225471. 
  3. ^ a b Santoso 2012, hlm. 21.