Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

-- Kℇℵ℟ℑℭK 17 Maret 2019 03.35 (UTC)Balas

pesan satu

artikenya baru --Ruryrachmad (bicara) 17 Maret 2019 07.10 (UTC)Balas

sapa

Terima kasih... semangat kakak..--Winarno Ganteng (bicara) 17 Maret 2019 07.10 (UTC)Balas

ATTENTION DEFISIT HYPERACTIVE DISORDER

Attention defisit hyperactive disorder adalah pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi kacau. Gejala-gejala kelemahannya antara lain: 1. Ketidaksanggupan menyelesaikan sebuah masalah. 2. Penampilannya seperti orang yang tidak suka mendengarkan pendapat orang lain. 3. Kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. 4. Tidak mau diam di tempat duduk, selalu mengganggu temannya, dan selalu merasa kaget melihat benda-benda yang berada di sekelilingnya. 5. Tingkah lakunya sehendak dirinya. 6. Temperamennya hangat dan mengarah kepada agresivisme. 7. Kurang sanggup mengontrol tingkah laku yang salah. 8. Perubahan secara tiba-tiba dari sifat rajin ke sifat malas. 9. Tidak terbiasa menggunakan energi atau semangat yang membaja. 10. Suka meraba, meninju, mendorong, dan berkelahi. Para pakar psikologi berpendapat bahwa kurang perhatian individu terhadap lingkungan atau pelajaran-pelajaran yang disampaikan gurunya di sekolah menjadi penyebab kesulitan belajar siswa. Perhatian itu adalah sangat vital dalam meraih sukses belajar di sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat empat macam perhatian. 1. Perhatian menangkap isi pembicaraan orang lain, menjegalnya di tengah percakapan. 2. Perhatian terpusat pada satu pekerjaan. 3. Perhatian mendukung terhadap penyelesaian sebuah masalah. 4. Perhatian selektif, dalam arti menghilangkan pengaruh yang tidak relevan terhadap tugas-tugas yang dipikulnya. Ruryrachmad (bicara) 7 Maret 2020 02.44 (UTC)Balas

DYSLEXIA

Dislexia adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara. Gejala-gejalanya antara lain: 1. Ganjil dalam pembicaraan, dalam arti kekurangnyambungan (tidak memahami) isi pembicaraan dengan maksud yang sebenarnya. 2. Tulisannya tidak jelas. 3. Mengalami kekacauan di dalam melihat bentuk dan mendengar lafal huruf, seperti antara b dan d. 4. Mengalami kekacauan kata, seperti dalam kata pergi dan perigi. 5. Mengalami kekacauan pengertian seperti dalam hal saling dan silang. 6. Mengalami buta kata, seperti dalam hal ungkapan panjang tangan, kaki gajah, dan lain-lain. 7. Mengalami lemah persepsi visual dan auditif. Siswa lamban belajar lemah di bidang penglihatan dan pendengaran, membuat pengetahuan yang seharusnya dikuasai dengan baik tak dapat dilakukannya dengan sempurna.

Berdasarkan penelitian para pakar psikologi, siswa lamban belajar yang disebabkan oleh kerusakan dyslexia, 80% kebanyakan wanita. Penelitian lain mengemukakan bahwa penyebab kerusakan dyslexia adalah terlampau dininya siswa masuk sekolah, di samping faktor keturunan. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 07.48 (UTC)Balas

DYSCALCULIA

Dyscalculia adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika. Karena itu kerusakan-kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia, demikian pula sebaliknya. Gejala kesulitan-kesulitan belajar di bidang dyscalculia antara lain: 1. Kesulitan mengingat-ingat angka lebih dari satu yang dipelajarinya. 2. Kesulitan menulis angka dengan jelas. 3. Kesulitan membuat kolom-kolom angka yang lurus atau jumlah yang diharapkan. 4. Kesulitan menangkap pelajaran matematika terutama materi yang disajikan melalui kata atau tulisan. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 07.54 (UTC)Balas

SPATIAL, MOTOR, DAN PERCEPTUAL DEFISITS

Spatial, motor, dan perceptual defisits adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya menurut ukuran ruang dan waktu. Gejala-gejalanya antara lain: 1. Sangat lemah dalam melakukan koordinasi motorik dan tidak seimbang, seperti dalam meloncat, berterjun, melompat, dan lain-lain. 2. Sangat lemah mengontrol gerakan otot-ototnya seperti dalam memegang pensil, menggambar, menggunakan sisir dan lain-lain. 3. Gagap saat berbicara. 4. Sulit mengukur jarak, kecepatan, dan arah gerakan benda-benda di sekitarnya. 5. Dapat dikagetkan dengan mudah, apalagi jika diperkuat oleh rangsangan yang tiba-tiba. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 08.01 (UTC)Balas

SOCIAL DEFISITS

Social defisits adalah kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah: 1. Sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial, seperti dalam mencurahkan idea melalui raut muka dan gerakan-gerakan motorik lainnya. 2. Sering memotong pembicaraan orang lain. 3. Berbicara dengan keras. 4. Sulit berteman. 5. Ketidaksadaran terhadap cara-cara orang lain mengamati perilakunya.

Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikologi bahwa siswa yang tidak sanggup mengembangkan keterampilan sosial dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya. Ukuran kepercayaan yang tumbuh pada dirinya dapat menjadi alat untuk mengembangkan keterampilan bergaul dalam lingkungannya. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 08.07 (UTC)Balas

BERPIKIR KREATIF

Berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru. Seseorang yang kreatif adalah seseorang yang penuh inisiatif dalam merakit dan memperbaiki sesuatu dari bentuk lama ke dalam bentuk baru sehingga diperoleh kesan yang lebih baik dan memuaskan. Ciri-ciri berpikir kreatif adalah sebagai berikut: 1. Sangat lancar dalam menjabarkan ide umum ke dalam ide yang spesifik. 2. Sangat lentur (fleksibel) dalam mengkaji ide dari berbagai sudut pandang. 3. Terampil melakukan elaborasi, menambah, dan memperkaya ide menjadi lebih menarik. 4. Bersifat original dalam menjabarkan ide yang unik. 5. Menggunakan cara-cara brainstorming dalam memecahkan masalah. 6. Suka mempertimbngkan banyak faktor. 7. Terjamin kekonsekwenannya. 8. Menggunakan kiasan (metapor) atau analog dalam mencurahkan pikirannya, seperti dalam hal karang-mengarang. 9. Suka membuat daftar atribut dari sebuah pernyataan melalui gambar-gambar tertentu. 10. Suka membuat alat yang berfungsi mengecek ide yang disampaikannya. 11. Suka mempertajam hubungan pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya. 12. Suka mengambil resiko dari tanggung jawab yang dipikulnya. 13. Bayangannya kuat, subur ide dan kaya konsep. 14. Sangat kuat dalam membandingkan sesuatu terhadap yang lainnya. 15. Subur dalam meramalkan aktivitas. 16. Penggambarannya lengkap dan konstruktif. 17. Jenis kata (morphologis) yang digunakannya tajam. 18. Mudah menurunkan pertanyaan-pertanyaan. 19. Pertanyaan dan aktifitasnya bersifat terbuka. 20. Suka melebih-lebihkan pernyataan. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 08.20 (UTC)Balas

BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut: 1. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan. 2. Pandai mendeteksi permasalahan. 3 Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan. 4. Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat. 5. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi. 6. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis. 7. Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data. 8. Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual. 9. Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak. 10. Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data. 11. Mampu mengetes asumsi dengan cermat. 12. Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan. 13. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain. 14. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi. 15. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya. 16. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan. 17. Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia. 18. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia. 19. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya. 20. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi. 21. Mampu membuat interpretasi pengertian, definisi, reasoning dan isu yang kontroversial. 22. Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif. 23. Mampu mengklasifikasi informasi dan ide. 24. Mampu menginterpretasi dan menjabarkan informasi ke dalam pola atau bagan-bagan tertentu. 25. Mampu menginterpretasi dan membuat flow charts. 26. Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola, hubungan, prinsip, promosi, dan bias. 27. Sanggup membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan (analog). 28. Mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras. 29. Sanggup mendeteksi bias dan penyimpangan-penyimpangan. 30. Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dipercaya. 31. Mampu menginterpretasi gambar atau kartun. 32. Mampu menentukan hubungan sebab akibat. 33. Mampu membuat konklusi yang valid. Ruryrachmad (bicara) 11 Maret 2020 08.40 (UTC)Balas