Gereja Kristus Tabernakel Di Indonesia
Gereja Kristus Tabernakel Di Indonesia, disingkat GKTDI adalah suatu sinode gereja Kristen beraliran Pantekosta. Gereja Kristus Tabernakel Di Indonesia sendiri berpusat di Jl. Tanah Abang III/2b, Jakarta Pusat, Indonesia. Gereja Kristus Tabernakel Di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan kemurnian Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel kepada seluruh dunia.
Berkas:Logo gktdipusat.png | |
Penggolongan | Gereja Pentakosta |
---|---|
Pemimpin | Pdt. Dave Jerry Williantono |
Wilayah | Indonesia |
Pendiri | Pdt. Peter Williantono |
Didirikan | 09 September 1999 |
Terpisah dari | Gereja Pantekosta Tabernakel |
Nama lain | GKTDI |
Sejarah Penginjilan
Pada abad 19 sebenarnya sudah ada publikasi mengenai Tabernakel kurang lebih tahun 1857 oleh Dr. Koolberg. Kemudian pada tahun 1907 disusul oleh buku yang dikarang oleh Yohanes D. Lepas dari pengajaran yang terpublikasikan, ada pengajaran Tabernakel yang disampaikan oleh Pdt. F. Goerge Van Gessel. Beliau dilahirkan pada tahun 1892 dan dipanggil Tuhan pada tahun 1958, makamnya ada di Jayapura.
Suatu ketika pada sekitar tahun 1935 seorang pelayan Tuhan yang bernama F.G. Van Gessel berkebangsaan Belanda membaca Alkitabnya. Beliau saat itu baru saja pulang dari Pacet, suatu daerah pegunungan di Provinsi Jawa Timur. Di sana beliau bergumul dalam doa puasa bersama hamba-hamba Tuhan lainnya selama tiga hari. Saat membaca Yohanes 1 Ayat 14 saat itu pula beliau menerima wahyu Tuhan. Tidak seperti yang biasanya ayat itu dibaca sebagai : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita“. Beliau membacanya seperti yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kata “berdiam” diganti dengan kata “Tabernakel”. Jadi ayat itu menjadi “Firman itu menjadi daging dan bertabernakel di antara kita”.
Pengertian tentang istilah asli Yunani “Skenoo” dan latar belakang pelajaran tabernakel memberikan beliau pengertian yang lebih luas tentang ayat tersebut. Hal ini membuat beliau berkeinginan untuk mengadakan pelayanan yang berpusat pada pengajaran Tabernakel. Ini merupakan cetusan pelayanan yang kemudian dinamakan Kabar Mempelai Internasional.
Tak terbayangkan bahwa F.G. Van Gessel akan dipakai Tuhan untuk melahirkan suatu pelayanan dalam gereja di Indonesia yang kemudian hari berkembang mencapai negara-negara lain di dunia.
F.G. Van Gessel lahir di Blitar, Jawa Timur pada 9 Desember 1892. Memulaikan kehidupannya sebagai pekerja di perusahaan minyak yang dikelola pemerintah Belanda. Tetapi pada tahun 1923 beliau berhenti dari kedudukannya yang tinggi di perusahaan itu untuk memenuhi panggilan Tuhan dalam suatu penglihatan tentang Anak Domba Allah, Yesus sebagai Mempelai Pria Surga. Ketika itu beliau membaca kitab Wahyu 19:7 dan Wahyu 21:9-10. Penglihatan itu diterima sebagai panggilan untuk melayani Tuhan.
Rev. F.G. Van Gessel dan istri Pelayanan 2 orang pengajar injil Amerika yang berasal dari Belanda, Cornelius Groesbeck dan Richard Van Klaveren, serta pengalaman istri beliau dalam baptisan Roh Kudus memegang peranan penting dalam pembaharuan kehidupan rohaninya.
Penglihatan beliau tentang Mempelai Pria Surga membangkitkan gairah yang besar terhadap Allah dan PengajaranNya. Hal inilah yang mendorong beliau bersama sekelompok hamba-hamba Tuhan Indonesia pergi ke desa Pacet di pegunungan Jawa Timur di mana mereka berdoa dan berpuasa selama 3 hari berturut-turut.
Pengertian beliau tentang Yohanes 1:14 sesuah doa dan puasa di Pacet menjadi pusat pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai. Sejak itu beliau menerima pembukaan demi pembukaan rahasia Firman Allah. Ayat itu dipegangnya sebagai janji Allah bahwa pengajaran-pengajaran yang beliau terima dari Tuhan akan makin melimpah dengan berjalannya waktu.
Tahun-tahun berikutnya, Van Gessel berkobar-kobar dengan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini. Beliau mendirikan gereja dan sekolah Alkitab di Surabaya. Pengajaran ini menyebar cepat ke propinsi lain di Indonesia. Di antara murid beliau di sekolah Alkitab terdapat seorang suku Jawa bernama In Juwono. Di kemudian hari beliau menjadi hamba Tuhan yang terkenal dalam Kabar Mempelai Internasional di Indonesia.
Pdt. F.G Van Gessel meninggal pada umur 66 tahun (21 Juni 1958) di Hollandia, Niew Guinea (sekarang dinamakan Jayapura, Irian Jaya). Beliau meninggal setelah selesai menyusun semua buku dalam Alkitab menurut susunan dan pengajaran Tabernakel. Apa yang beliau kerjakan terbukti menjadi suatu karya yang penting karena telah menjadi rangka dasar dari penjelasan pada Alkitab. Ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang pesat di setiap tempat pengajaran itu diajarkan di kepulauan Indonesia yang luas ini.
Sepuluh hari sebelum meninggal Pdt.Van Gessel mewariskan pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini kepada menantu laki-lakinya, Pdt. Tjarl J.Totaijs yang dengan setia melayani bersama beliau dalam menyebarkan pengajaran ini di Niew Guinea. Tepat seperti dijanjikan Allah, pembukaan firman Allah yang beliau terima menyebar tidak hanya di Indonesia tapi juga di bagian lain di dunia. Pdt. Totaijs terus menyebarkan pengajaran ini di Belanda yang menjadi pusat pelayanan internasional. Tugas penyebaran kedua pengajaran tersebut di Indonesia dibebankan terutama kepada Pdt. In Juwono dan hamba-hamba Tuhan lainnya.
Pada tahun 1969 Pdt. Totaijs dan Pdt. In Juwono ikut dan bekerja sama dalam memajukan Kabar Mempelai. Pdt. Totaijs bersama anak sulungPdt. Van Gessel yaitu istrinya sendiri, ke Surabaya mengunjungi Pdt. In Juwono dan sidang jemaatnya. Mereka memperbaharui ikatan persekutuan dan kerja sama dalam memproklamasikan pembaruan yang diterima dari guru mereka, Pdt. Van Gessel. Dengan dukungan beberapa hamba Tuhan di Indonesia dan Belanda pelayanan Kabar Mempelai terus disebarkan. Sampai hari ini 15 dari 27 provinsi di Indonesia telah berhasil mencapai Tabernakel dan Kabar Mempelai. Dari Belanda, berita ini telah mencapai beberapa negara di Eropa, Afrika, Amerika dan Asia.
Tahun 1982 merupakan salah satu tonggak sejarah pelayanan Kabar Mempelai. Untuk pertama kalinya menyetujui ini, menyebarluaskan perbatasan Indonesia. Dari tempat asalnya di Jawa Timur menuju Manila, Filipina, tempat diadakannya kebangunan rohani besar-besaran. Kebaktian itu diadakan di Stadion Memorial Rizal dan menarik banyak hamba Tuhan dan anggota gereja dari daerah Metro Manila. Pada Kebangunan Rohani ini Kabar Mempelai diproklamasikan secara resmi dengan nama Kabar Mempelai Internasional.
Di bawah pimpinan Pdt. In Juwono, 425 anggota sidang di Surabaya pergi ke Manila. Mereka senang hangat oleh pemimpin-pemimpin gereja dari Metro Manila. Peserta lainnya adalah para anggota sidang dari Belanda dan Bimas Kristen Protestan dari 5 provinsi di Indonesia. Keikutsertaan resmi pemerintah Indonesia merupakan persetujuan penerimaan konkrit tentang pelayanan Kabar Mempelai bagi masyarakat Indonesia. Pengajaran yang kuat tentang pernikahan misalnya, memulihkan banyak keluarga yang rusak di Indonesia.
Kebangunan rohani BTI (Bride Tidings International) di Manila sangat berarti dalam beberapa hal. Kebangunan rohani ini mendapat dukungan tambahan dalam pelayanan hamba Tuhan berkebangsaan Filipina. Dia dan yang berbicara tentang pengalaman luar biasa, sedang mencoba, memperbaharui, Tabernakel dan Kabar Mempelai di bawah pimpinan Pdt. In Juwono sendiri di Surabaya. Dia merupakan pilihan yang tepat untuk diterjemahkan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. In Juwono selama kebangunan rohani di Manila. Hanya dengan berani dan nikmat dari Allah, Pdt. Nene Ramientos dapat menerjemahkan Firman Allah kepada orang-orang Manila di kebaktian itu, sedangkan dia hanya belajar bahasa Indonesia selama 3 bulan. Sejak itu Pdt. Nene Ramientos dan diminta bertindak sebagai pengawas injil BTI untuk dunia. Diterbitkan saat bekerja sebagai pengabar injil BTI di USA selama 7 tahun.
Dalam pelayanan Kabar Mempelai Internasional ada tiga serangkai, yaitu: Pdt. Totaijs, Pdt. In Juwono dan Pdt. Nene Ramientos, masing-masing didampingi disampaikan. Kecuali pada tanggal 12 Mei 1989, Pdt. In Juwono dipanggil Tuhan. Dia berada di puncak pelayanannya sebagai ketua BTI Indonesia dan dalam pelayanan internasional secara intensif. Tidak tampak adanya tanda-tanda sakit. Sebelumnya sekitar dua jam sebelumnya. Saat ini juga dia menyatakan terima kasih yang sangat mendalam kepada Tuhan.
Bagi keluarga BTI, Pdt. In Juwono bagaikan Rasul Paulus yang mengatakan “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah untung. Namun, jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku berhasil memberi buah. ”
Buah-buah pekerjaan beliau antara lain Kebangunan Rohani Kabar Mempelai di Medan, Sumatera Utara tahun 1987 dan Konferensi BTI pertama di Surabaya pada tanggal 23-30 Oktober 1988 yang dihadiri oleh lebih dari 1000 gembala dan penginjil dari Indonesia dan 23 negara lainnya. Saat disiapkan konferensi BTI ke 2 yang dijadwalkan di Medan, Sumatera Utara pada bulan November 1989.
Tanpa beliau sebagai pemimpin BTI Indonesia, Persiapan-persiapan untuk Konferensi Internasional Bride Tidings) ke 2 hampir tidak dapat berjalan. Menunggu iblis menunggu kesempatan. Dengan berpulangnya hamba Tuhan yang ujung tombak BTI Indonesia itu masalah-masalah datang bagai air bah yang siap pakai semua persiapan BTIC itu. Namun penglihatan yang diterima Pdt. Van Gessel tentang penerimaan Tabernakel dan Kabar Mempelai tidak sia-sia. Dia juga melihat bahwa proklamasi dua bagian ini akan mencapai ujung dunia dan BTIC ke 2 merupakan mata rantai yang penting.
Setan menyerang dengan gencar tetapi Allah mengangkat seorang hamba Tuhan dari Manado yang bernama Pdt. Pong Dongalemba. Dia yang memimpin kedudukan ketua BTI dan menjadi pembicara utama yang mengadakan pertemuan di Tabernakel. Dia diteguhkan dengan khotbah Pdt. Paulus Jedidjah dari Ujung Pandang pada kebaktian petang hari di konferensi.
Mengatasi BTIC ke 2 Mengatasi masalah-masalah berat. Karena konferensi hamba-hamba Tuhan di Baguio, Filipina telah membahas 10 hari setelah Bapak In Juwono meninggal. Tidak perlu ragu-ragu tentang keluarga Iman mereka teguh kepada Tuhan yang menganugerahkan pembukaan bertemu Tabernakel dan Kabar Mempelai pada Pdt. Van Gessel yang kemudian diteruskan oleh Pdt. In Juwono tanpa kenal lelah sampai akhir hayat beliau.
Ibu Annie, pendamping setia Pdt. In Juwono, meskipun masih diliputi rasa duka bergabung dengan keluarga BTI ikut konferensi di Baguio. Bersama Bapak Pdt. C.J. Totaijs yang memimpin BTI Belanda serta Dr. Nene Ramientos dan istri sebagai pimpinan BTI di Amerika, tim BTI Indonesia ke Baguio City untuk mencapai misi memberitakan Kabar Mempelai untuk lebih dari 400 hamba-hamba Tuhan dan penginjil dari gereja penginjilan Methodist Filipina yang datang dari seluruh negara itu. Ini adalah peristiwa bersejarah sebab merupakan peristiwa pertama hamba-hamba Tuhan Methodist di Filipina mendengarkan diskusi Tabernakel dan Kabar Mempelai. Firman Allah disampaikan oleh hamba Tuhan yang ditetapkan yaitu Bapak Pdt. Totaijs, Pdt. Dr. Nene Ramientos, Bapak Pdt. Pong Dongalemba dan Bapak Pdt. Paulus Jedidjah.
Panitia lokal konferensi Baguio menikmati acara hari ini yang menyenangkan dalam kalender mereka. Pertama kali dalam sejarah gereja mereka di mana grup asing seperti BTI mengambil alih seluruh pemberitaan Firman Tuhan pada pertemuan nasional yang diadakan 4 tahun sekali.
BTIC ke 2 berjalan sesuai jadwal yaitu tanggal 7 - 17 November 1989 di Surabaya, bukan di Medan. Pimpinan BTI memandang pemindahan tempat penyelenggaraan BTIC ke 2 ini sebagai persetujuan positif dari Allah. Hubungi Allah menghendaki Surabaya sebagai tempat permanen bagi penyelenggaraan BTIC. Tempat pelayanan 2 hamba Tuhan yang dipilih Allah yaitu Pdt. Van Gessel dan Pdt. In Juwono. Hal ini diteguhkan oleh Bapak Totaijs sebagai pembicara utama Kabar Mempelai di kebaktian pemilihan. Surabaya merupakan tempat permanen penyelenggaraan BTIC.
Sementara itu BTI Indonesia giat mengembangkan pengabaran Mempelai di bagian timur, BTI Belanda di bagian barat. Dari Amsterdam dan Den Haag, Bapak Totaijs memimpin tim BTI ke negara-negara Afrika, Amerika Selatan dan India. Mereka mengadakan seminar dengan para gembala dan penginjil. Salah satu hasil adalah Sekolah Alkitab di India. Beberapa hamba Tuhan di Belanda juga mengadakan kebaktian di negara-negara Eropa lainnya.
Pelayanan keluarnya menyebabkan terwujudnya kongres di kota Noordwijkerhout, 30 Km dari Amsterdam. Kongres yang didukung BTI Belanda dihadiri oleh hamba-hamba Tuhan dari beberapa negara.
Setelah kongres ini, tiga tahun sebelumnya, 200 hamba-hamba Tuhan mendengar dibahas Mempelai di gereja BTI di Amsterdam. Mereka terdiri dari 4000 peserta konferensi internasional para penginjil keliling yang diadakan di kota itu. Mereka juga sangat terkesan dan mendapat berkat dari Dr. Nene Ramientos yang pelayanannya telah diperkaya dengan persetujuan Mempelai setelah 30 tahun dalam pelayanan lain. Nene Ramientos mengundang beberapa peserta konferensi untuk datang ke gereja Bapak Pdt. Totaijs. Beberapa dari mereka merupakan teman-teman yang dikenalnya sebagai pemimpin gereja di Filipina yang memiliki banyak hubungan dengan negara-negara di dunia. Selain dari pelayanan beliau di Amerika dan di Filipina, Beliau ikut serta seminar-seminar BTI yang dipimpin oleh Bapak Totaijs dan Bapak Dongalemba masing-masing dengan istri mereka masing-masing negara di dunia. Bapak Ramientos dan istri juga mendapat undangan untuk mengunjungi Israel, Eropa dan Rusia.
Di dalam wadah BTI Indonesia termasuk seorang hamba Tuhan yang memiliki banyak pengalaman dalam pelayanan Kabar Mempelai, beliau adalah Bapak Pdt. Pong Dongalemba yang menjadi gembala dua sidang yang menjadi pusat pelayanan BTI Indonesia. Dia adalah anak didik dari Bapak Pdt. In Juwono.
Dia berketetapan alihan mandat dari Tuhan kompilasi membaca Matius 24:27 "sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat demikian pulahlah kelak membuka anak manusia". Dia melihat ayat ini sebagai perintah Allah untuk mengabarkan berita kedatangan Yesus yang kedua kalinya, mulai dari timur dengan Indonesia-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Filipina yang dia harapkan dapat bersekutu dalam pelayanan menuju barat sampai ke Yerusalem.
Urutan perjalanan ini merupakan tahap akhir dari perintah Allah untuk memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia. Mulai dari Yerusalem. Sekarang tiba saatnya putaran itu kembali ke Yerusalem. Sekalipun sampai detik ini, bangsa Yahudi masih menjadi seteru Injil, mereka yang menunggu Mesias akan menerima berita tentang Memperkuat berita pembangunan Tubuh Kristus.
Sejarah membahas Mempelai masih dalam perjalanannya bergerak menuju ke seluruh penjuru dunia. Pelayanan Kabar Mempelai ini menyingkapkan sejarah Mempelai Laki-Laki dan Mempelai Perempuan yang diwahyukan kepada hambaNya, F.G Van Gessel lebih dari 60 tahun yang lalu.
Sejarah Berdirinya
GKTDI berdiri sebagai hasil pekabaran Injil dari Bethel Pentecostal Temple di Seattle, Washington, Amerika Serikat, yang mengutus dua orang misionarisnya, Rev. Van Klaveren dan Rev. Groesbeek ke Indonesia. Groesbeek memberitakan Injil di Bali kemudian di Cepu dan bertemu dengan Pdt. F.G. Van Gessel. Mereka bersama-sama bergabung pada persekutuan De Bond Voor Evangelisatie. Pada tahun 1923, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1923 di Cepu berdiri Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie (Jemaat Pentakosta di Hindia Timur Belanda). Pada tahun 1937 jemaat tersebut berganti nama menjadi De Pinksterkerk in Nederlands Oost Indie (Gereja Pentakosta di Hindia Timur Belanda). Seiring dengan kemajuan organisasi tersebut, ketidakcocokan di antara pengurus mulai tampak.[1]
Maka Pdt. F.G. Van Gessel dan Pdt. H.C. Senduk pada tahun 1952 keluar dan mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), dengan studi Tabernakel nya. Dia mendirikan gereja dan sekolah Alkitab di Surabaya. Pengajaran ini menyebar cepat ke propinsi lain di Indonesia. Di antara muridnya di sekolah Alkitab terdapat seorang suku Jawa bernama In Juwono.
Pada tahun 1957 GBIS pecah, Pdt. G. Sutupo dan Pdt. In Juwono (Anak didik Pdt. F.G. Van Gessel) mendirikan Gereja Bethel Tabernakel (GBT). Pada tahun 1970 Gereja Bethel Tabernakel memisahkan diri dan menyatakan diri ingin berdikari, dan Pdt. In Juwono mendirikan Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT). Pdt. In Juwono berperan besar dalam meneruskan pelayanan Pdt. F.G. Van Gessel dalam menyampaikan Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel di Indonesia, memiliki anak didik seperti Pdt. Pong Dongalemba, Pdt. Paulus Budiono, Pdt. Peter Williantono, Pdt. Daud Palimbunga, Pdt. Harry Edward Lumare, dan masih banyak lagi Hamba Tuhan lainnya. Dan yang terakhir pada tahun 1999, Pdt. Peter Williantono mengundurkan diri dari Gereja Pantekosta Tabernakel, dan mendirikan Gereja Kristus Tabernakel Di Indonesia (GKTDI), yang masih tetap mempertahankan kemurnian dari Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel). Hingga kini, dari Sabang sampai Merauke ada ratusan Gereja Pantekosta Tabernakel yang berjuang menyuarakan Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.