Masjid Al-Atiiq
Sejarah Masjid
Masjid ini oleh masyarakat disebut dengan nama Masjid Kauman Salatiga atau Masjid Al-Atiiq Kauman Salatiga. Masjid tertua kedua di Kota Salatiga memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan sejarah Perang Jawa atau Perang Diponegoro pada Tahun 1825-1830. Masjid dibangun sekitar tahun 1247 H/1832 M oleh Kyai Rono Sentiko/ Ki Rono Sentiko yang merupakan Abdi Ndalem Kraton Surakarta dan sekaligus Laskar Prajurit Pangeran Diponegoro ( hal ini berdasarkan dari tulisan di Mihrab Masjid). Masjid ini dulunya oleh Dinas Terkait akan dimasukkan dalam Situs Cagar Budaya sekitar tahun 2004-an. Namun, karena lamanya proses tersebut dan kurangnya edukasi terkait akan pentingnya sebuah sejarah, oleh pengurus Ta'mir dilakukan pembongkaran total bangunan masjid.
Dalam sejarahnya Majid ini dahulu digunakan sebagai pusat keagamaan dan sebagai tempat untuk mengatur siasat perang.
Perang Jawa (1825-1830)
Pangeran Diponegoro
Sisi Religius Pangeran Diponegoro
Terjadinya Perang Jawa
Laskar Prajurit Diponegoro di Salatiga
Kyai Sirojudin / Kyai Damarjati
Kyai Rono Sentiko/ Ki Rono Sentiko
Kyai Condro
Arsitektur Bangunan Masjid
Sebelum Renovasi
Tipologi Bangunan
Sisa Peninggalan
Setelah Renovasi
Struktur Denah
Masjid Utama
Bangunan induk yang merupakan ruang utama Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga ditandai deng-an denah bujur sang-kar, memiliki empat soko guru/pilar di tengah bangunan, din-ding bata pada tiap sisi-sisinya, pintu dan jendela, dan beratap tajug berjenjang lima yang meliputi tajuk dasar beratapkan genting, tajug kedua sampai empat beratapkan beton dengan kubah/ mustoko di tajug bagian pucuknya. Menurut maknanya memuat filosofi adanya Rukun Islam yang lima.
Selain itu, yang dulunya di masjid utama di sebelah kiri dan kanan ada emperan atau teras, sekarang sudah digabung masuk menjadi ruang utama masjid dengan empat jendela, dua di sebelah kiri dan dua lagi disebelah kanan. Kemudian terdapat tiga daun pintu masuk ruang masjid utama. Dengan dua jendela di sebelah kiri dan kanan.
Kemudian, di sisi sebelah barat terdapat empat ruangan, dari selatan terdapat ruang pertama digunakan sebagai gudang, ruang kedua dan ketiga digunakan untuk shalat imam (mihrab) dan khutbat (mimbar), dan yang satunya digunakan sebagai tempat menyimpan bandoso/kerenda mayat. Disisi kanan dan kiri ruangan mihrab dan mimbar ada ruang kecil digunakan sebagai tempat sound system (kanan) dan jam (kiri). Selain itu juga terdapat geber/pembatas antara pria dan wanita.
Serambi Masjid
Serambi masjid terdiri dari dua lantai yang ditopang dengan empat pilar beton. Pada lantai dasar digunakan sebagai tempat shalat, musyawarah, dan pengajian. Sedangkan lantai dua digunakan sebagai tempat shalat ketika di lantai dasar sudah penuh.
Menara al-Anbiya
menara ini berada di depan bagian utara masjid yang dibangun pada tahun 2015 yang menelan biaya Rp. 200.605.000 selama 9 bulan. Menara ini di resmikan pada tanggal 18 Oktober 2015 oleh Walikota Salatiga Yuliyanto, SE., MM. keberadaan menara ini digunakan sebagai tempat toa/ speaker, sebagai keamaan dan kemegahan serta setetika masjid. Menara ini dinamakan dengan Menara al-Anbiya dikarenakan tinggi menaran kurang lebih 25 meter dan disesuaikan dengan 25 jumlah Nabi dan Rasul.
Fasilitas Masjid
Terdapat fasilitas pendukung yang berada di masjid antara lain tempat wudhu (WC dan Toilet) pria dan wanita, parkir mobil dan sepeda motor, TPQ dan PAUD, Pondok Tahfidhul Qur'an, Mess Musafir, Menara Masjid, Gudang, Tempat Penitipan, Sound System, Multimedia, Sekretariat, Genset, Sekretariat.