Dropadi

Tokoh wanita dari epos Hindu Mahabharata
Revisi sejak 15 November 2020 06.17 oleh M. Adiputra (bicara | kontrib)

Dropadi (Dewanagari: द्रौपद; ,IASTDraupadī,; ejaan alternatif: Drupadi) adalah salah satu tokoh dari wiracarita Mahabharata. Ia adalah putri Drupada, raja di kerajaan Panchala. Ia merupakan saudara Drestadyumna dan Srikandi. Menurut kitab Mahabharata dari India, Dropadi memiliki lima suami yang disebut Pandawa, dan memiliki seorang putra dari tiap suaminya, yang disebut "Pancakumara". Namun dalam tradisi pewayangan Jawa, ia hanya memiliki seorang suami, yaitu Yudistira, dan seorang putra bernama Pancawala.

Dropadi
द्रौपदी
Dewi Dropadi membawa kendi madu. Lukisan India karya Raja Ravi Varma.
Dewi Dropadi membawa kendi madu. Lukisan India karya Raja Ravi Varma.
Tokoh Mahabharata
NamaDropadi
Ejaan Dewanagariद्रौपदी
Ejaan IASTDraupadī
Nama lainKresna; Pancali; Yadnyaseni; Malini; Sairandri; Drupadakania; Parsati; Nityayuwani
Kitab referensiMahabharata, Bhagawatapurana
AsalKampilya, kerajaan Panchala
KediamanHastinapura, kerajaan Kuru
Kastakesatria
AyahDrupada
SaudaraDrestadyumna, Srikandi
SuamiPancapandawa
AnakPancakumara
  • Pratiwindya
  • Sutasoma
  • Satanika
  • Srutasena
  • Srutakarma

Dalam Mahabharata dikisahkan bahwa ia dan Drestadyumna tercipta dari api yadnya yang diselenggarakan Drupada. Arjuna, salah satu anggota Pandawa memenangkan sayembara memperebutkan Dropadi dan berhak menikahinya, tetapi akhirnya Dropadi menikahi lima Pandawa karena kesalahpahaman Kunti, ibu para Pandawa. Setelah melaksanakan upacara Rajasuya, Yudistira diundang untuk bermain judi di Hastinapura. Ia gagal memenangkan pertaruhan sehingga kehilangan seluruh hartanya, termasuk Dropadi. Akhirnya Dropadi dihina di balairung istana Hastinapura oleh para Korawa, Sangkuni, dan Karna. Saat Dursasana hendak menelanjanginya, Kresna turun tangan secara gaib dan berhasil menyelamatkannya.

Kitab Wanaparwa menceritakan kisah Dropadi yang hidup dalam masa pengasingan di hutan selama 12 tahun bersama para suaminya, setelah Yudistira kalah bermain judi. Dalam Wirataparwa, Dropadi menjalani masa penyamaran di kerajaan Matsya selama setahun bersama para suaminya, sebelum kembali ke Hastinapura. Di sana ia berperan sebagai seorang sairandri bernama Malini, yang melayani Ratu Sudesna. Setelah Dropadi dan Pandawa kembali ke Hastinapura, para Korawa tidak mau menyerahkan apa yang semula menjadi milik para Pandawa, sehingga meletuslah perang besar di Kurukshetra. Akibat perang tersebut, Dropadi kehilangan ayah, saudara, anak, dan iparnya, tetapi para suaminya hidup semua. Pada akhir kisah Mahabharata, diceritakan bahwa para Pandawa dan Dropadi bersuluk dan melakukan perjalanan ke berbagai tempat suci, dengan tujuan akhir Himalaya. Di perjalanan, Dropadi merupakan orang pertama yang meninggal dunia.[1][2][3][4]

Kisah Dropadi telah menjadi inspirasi bagi berbagai kesenian dan pertunjukan. Dalam bidang sastra, ada banyak buku yang diterbitkan berdasarkan kisahnya. Dalam agama Hindu, ia dihormati sebagai salah satu pancakanya ("lima gadis"), kumpulan lima wanita yang dipuji karena kesucian hatinya. Di beberapa tempat di subbenua India, Dropadi tidak hanya diyakini sebagai putri yang sangat jaya, tetapi juga merupakan seorang dewi.[5]

Arti nama

Pada mulanya, Dropadi diberi nama "Kresna" (कृष्णा Kṛṣṇā), merujuk kepada warna kulitnya yang kehitam-hitaman. Dalam bahasa Sanskerta, kata Kṛṣṇa (कृष्ण) secara harfiah berarti gelap atau hitam. Lambat laun ia lebih dikenal sebagai "Dropadi" (द्रौपथी Draupadī), yang secara harfiah berarti "putri Drupada". Selain dua nama tersebut, Dropadi juga memiliki nama lain yang tercatat dalam kitab Mahabharata berbahasa Sanskerta, yakni:

  • Yadnyaseni (याज्ञसेनी Yajñasenī) atau Yadnyasenā (याज्ञसेना Yajñasenā): putri Yadnyasena, nama lain Drupada. Makna lainnya, yaitu "orang yang terlahir dari api kurban suci (yadnya)". Dari dua varian nama ini, yang pertama lebih sering disebut dalam Mahabharata, sedangkan yang kedua lebih sering muncul dalam naskah-naskah Purana klasik.
  • Pancali (पाञ्चाली Panchalī): orang yang berasal dari kerajaan Pancala.
  • Drupadakania (द्रुपदकन्या Drupadakanyā): anak perempuan Drupada.
  • Sairandri (सैरन्ध्री Sairandhrī): pelayan profesional (peran yang dilakoninya dalam masa penyamaran di kerajaan Matsya, yaitu penata rambut Ratu Sudesna).
  • Malini (मालिनी Mālinī): pembuat rangkaian bunga (nama samarannya ketika menyamar sebagai pelayan Ratu Sudesna).
  • Parsati (पर्षती Parṣatī): cucu Persata (पृषत Pṛṣata), atau keturunan Persata.
  • Nityayuwani (नित्ययुवनी Nityayuvanī): yang tidak pernah menua, atau awet muda.

Kelahiran

Menurut naskah Mahabharata dari India, tempat kelahiran Dropadi adalah kerajaan Panchala, yang kini merupakan wilayah Bareilly, Uttar Pradesh, India Utara.[6] Dropadi adalah anak yang tercipta dari hasil Putrakamesti, yaitu ritual suci (yadnya) untuk memohon anak, sebagaimana yang disebutkan dalam Itihasa dan Purana (susastra Hindu). Dalam Mahabharata diceritakan bahwa kelahirannya dilatarbelakangi oleh dendam pribadi ayahnya (Drupada) terhadap Drona, guru militer Dinasti Kuru. Setelah dipermalukan oleh Drona, Drupada pergi ke dalam hutan untuk merencanakan balas dendam. Dia memutuskan untuk mempunyai putra yang akan membunuh Drona, dan seorang putri yang akan menikah dengan Arjuna. Dibantu oleh resi Jaya dan Upajaya, Drupada melaksanakan Putrakamesti dengan sarana api suci. Akhirnya seorang pemuda gagah muncul dari api suci tersebut (yang diberi nama Drestadyumna), disusul oleh seorang gadis cantik yang kemudian diberi nama Dropadi.[7]

Perkawinan dengan Pandawa

 
Ilustrasi sayembara memperebutkan Dropadi, lukisan tahun 1920-an.

Dalam kitab Mahabharata versi India dan dalam tradisi pewayangan di Bali, Dropadi bersuamikan lima orang, yaitu Pancapandawa (lima putra Pandu) dari Hastinapura, kerajaan Kuru. Pernikahan tersebut terjadi setelah para Pandawa mengunjungi Kerajaan Pancala dan mengikuti sayembara memperebutkan Dropadi yang diselenggarakan oleh Drupada. Sebelum berada di Pancala, para Pandawa dan ibu mereka (Kunti) melarikan diri dari rencana pembunuhan yang dilakukan orang suruhan Korawa di Waranawata. Akhirnya mereka berkelana dengan menyamar sebagai kaum brahmana (kaum pendeta dan rohaniwan), dan bertahan hidup dengan cara meminta sedekah.

Dalam kitab Mahabharata terjemahan Kisari Mohan Ganguli, sayembara memperebutkan Dropadi tercatat dalam Adiparwa bagian Svayamvara Parva. Dikisahkan bahwa sayembara tersebut diikuti oleh para kesatria terkemuka di seluruh penjuru daratan Bharatawarsha (India Kuno), termasuk Duryodana dari Hastinapura, Karna dari Angga, dan Salya dari Madra. Para Pandawa berkumpul bersama para kesatria lain di arena, tetapi mereka tidak diketahui oleh orang-orang yang mereka kenal karena menyamar sebagai brahmana. Di tengah-tengah arena ditempatkan sebuah sasaran yang harus dipanah secara tepat oleh para peserta; yang berhasil melakukannya akan menjadi suami Dropadi.

Para peserta mencoba untuk memanah sasaran di arena, tetapi hampir semuanya gagal. Karna berhasil melakukannya, tetapi Dropadi menolaknya dengan alasan bahwa ia tidak mau menikah dengan kaum sūta (golongan kusir), sebab Karna adalah anak angkat seorang kusir.[8] Versi lain menceritakan bahwa tidak ada penolakan dari Dropadi, sebab panah Karna meleset sehingga ia gagal memenangkan sayembara.[9][10] Setelah giliran Karna, Arjuna tampil ke muka dan mencoba memanah sasaran. Panah yang dilepaskannya mampu mengenai sasaran dengan tepat, sehingga Dropadi berhak menjadi miliknya, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Namun para peserta lain menggerutu karena seorang brahmana diberi hak untuk mengikuti sayembara, sedangkan mereka ingin agar sayembara tersebut hanya diikuti oleh golongan kesatria. Akhirnya keributan tak dapat dihindari lagi. Arjuna dan Bima bertarung dengan kesatria yang melawannya sedangkan Yudistira, Nakula, dan Sadewa pulang menjaga Kunti, ibu mereka. Kresna yang turut hadir dalam sayembara tersebut tahu siapa sebenarnya para brahmana yang telah mendapatkan Dropadi dan ia berkata kepada para peserta bahwa sudah selayaknya para brahmana tersebut mendapatkan Dropadi sebab mereka telah berhasil memenangkan sayembara dengan baik.

Arjuna dan Bima pulang ke pondok kediaman mereka dengan membawa serta Dropadi. Sesampainya di sana, mereka datang menghadap Kunti dan mengatakan bahwa mereka membawa biksa (sedekah; hasil meminta-minta).[10] Kunti menyuruh agar mereka membagi rata biksa yang telah diperoleh. Namun ia terkejut ketika tahu bahwa putra-putranya tidak hanya membawa hasil meminta-minta saja, tetapi juga seorang wanita. Kunti tidak mau berdusta maka Dropadi pun menjadi istri Panca Pandawa.[9][10] Perkawinan Dropadi dengan lima Pandawa merupakan contoh langka dari praktik poliandri yang ditemukan dalam kesusastraan Sanskerta.[11][12] Lima Pandawa bersepakat bahwa mereka akan menjadi suami Dropadi secara bergiliran dengan jangka waktu satu tahun untuk satu Pandawa; hukuman bagi yang melanggar perjanjian tersebut adalah pengasingan selama setahun.[11][13]

Upacara Rajasuya

Berkas:Duryodfhana fall into water.jpg
Duryodana terjatuh ke kolam di istana para Pandawa. Ilustrasi dari Mahabharata, terbitan Gorakhpur Geeta Press, India.

Dalam naskah Sabhaparwa, bagian kedua Mahabharata diceritakan bahwa para Pandawa, yang dipimpin Yudistira membangun sebuah istana megah di daerah Kandhawaprastha (akhirnya diberi nama Indraprastha dan Sakraprastha) lalu menyelenggarakan Rajasuya di sana. Pada saat upacara Rajasuya diselenggarakan, seluruh kesatria di penjuru Bharatawarsha diundang, termasuk Duryodana dan para korawa. Setelah upacara Rajasuya usai, Duryodana dan Sangkuni terkagum-kagum dengan isi Istana Indraprastha. Pada suatu ruangan, Duryodana mengira lantai yang terbuat dari kristal adalah sebuah kolam. Di ruangan yang lain, ia mengira suatu kolam sebagai lantai. Duryodana tidak mengetahuinya sehingga ia tercebur. Hal itu membuat para Pandawa (kecuali Yudistira) tertawa terbahak-bahak.[14]

Dalam adaptasi Mahabharata diceritakan bahwa Dropadi juga turut melihat kejadian tersebut, dan berkelakar: andhasyaputra andhaha, artinya 'putra orang buta juga buta'. Kisah ini tidak terdapat dalam naskah Mahabharatha berbahasa Sanskerta, tetapi sisipan oleh para penulis skenario. Contoh adegan yang menampilkan kisah tersebut ada dalam seri Mahabharata karya B.R. Chopra (1988) dan film berbahasa Telugu Daana Veera Soora Karna, dibintangi Nandamuri Taraka Rama Rao sebagai Duryodana, menampilkan adegan Dropadi tertawa yang didramatisasi.[15]

Dalam naskah Sabhaparwa berbahasa Sanskerta, Dropadi tidak disebutkan ada saat Duryodana tercebur di istana para Pandawa.[14] Meskipun demikian, Duryodana tetap merasa terhina atas reaksi para Pandawa saat ia tercebur ke kolam. Saat kembali ke Hastinapura, ia menceritakan isi hatinya kepada Dretarastra setelah menyaksikan kekayaan dan kemewahan yang diperoleh para Pandawa, yang akhirnya memicu rencana perebutan kekayaan Pandawa melalui permainan dadu.

Permainan dadu

 
Adegan Dropadi hendak ditelanjangi oleh Dursasana, dalam sebuah lukisan karya R. G. Chonker.

Dalam naskah Sabhaparwa, setelah menghadiri upacara Rajasuya, Duryodana berdiskusi dengan Sangkuni tentang cara untuk merebut kekayaan Pandawa. Sangkuni menyuruh Duryodana agar mengundang Yudistira main dadu dengan taruhan harta, istana, dan kerajaan. Duryodana menerima usul tersebut karena yakin bahwa pamannya tersebut merupakan ahli permainan dadu. Duryodana kemudian menghasut Dretarastra agar mengizinkannya bermain dadu. Yudistira yang juga suka main dadu, tidak menolak untuk diundang.

Yudistira mempertaruhkan harta, istana, dan kerajaannya setelah dihasut oleh Duryodana dan Sangkuni. Karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, maka ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, termasuk dirinya sendiri. Setelah semua taruhan dimenangkan Duryodana, atas hasutan Sengkuni, maka Yudistira mempertaruhkan Dropadi. Akhirnya Yudistira kalah dan Dropadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryodana. Duryodana mengutus bawahannya yang bernama Pratikami untuk menjemput Dropadi, tetapi Dropadi menolak. Setelah gagal, Duryodana menyuruh adiknya yang bernama Dursasana untuk menjemput Dropadi. Dropadi yang menolak untuk datang, akhirnya diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul.

Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya, termasuk Dropadi diminta untuk menanggalkan baju, tetapi Dropadi menolak. Dursasana yang berwatak kasar akhirnya menarik kain yang dipakai Dropadi. Namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Kresna yang melihat Dropadi dalam bahaya. Perlakuan kasar Dursasana ini kemudian memunculkan sumpah Dropadi, bahwa kelak dia tidak akan menggelung rambutnya sebelum dibasuh dengan darah Duhsasana.

Kematian

Dalam kitab Mahaprasthanikaparwa diceritakan, setelah Dinasti Yadu musnah, para Pandawa beserta Dropadi memutuskan untuk melakukan perjalanan suci mengelilingi Bharatawarsha. Sebagai tujuan akhir perjalanan, mereka menuju pegunungan Himalaya setelah melewati gurun yang terbentang di utara Bharatawarsha. Dalam perjalanan menuju ke sana, Dropadi meninggal dunia.

Suami dan keturunan

Dalam kitab Mahabharata versi aslinya, dan dalam tradisi pewayangan di Bali, suami Dropadi berjumlah lima orang yang disebut lima Pandawa. Dari hasil hubungannya dengan kelima Pandawa ia memiliki lima putra, yakni:

  1. Pratiwindya (dari hubungannya dengan Yudistira)
  2. Sutasoma (dari hubungannya dengan Bima)
  3. Srutakarma (dari hubungannya dengan Arjuna)
  4. Satanika (dari hubungannya dengan Nakula)
  5. Srutasena (dari hubungannya dengan Sadewa)

Kelima putra Pandawa disebut Pancakumara.

Pewayangan Jawa

Dalam budaya pewayangan Jawa, khususnya setelah mendapat pengaruh Islam, Dropadi diceritakan agak berbeda dengan kisah dalam kitab Mahabharata versi aslinya. Dalam cerita pewayangan, Dropadi dinikahi oleh Yudistira saja dan bukan milik kelima Pandawa. Cerita tersebut dapat disimak dalam lakon Sayembara Gandamana. Dalam lakon tersebut dikisahkan bahwa Yudistira mengikuti sayembara mengalahkan Gandamana yang diselenggarakan Raja Drupada. Orang yang berhasil memenangkan sayembara tersebut berhak memiliki Dropadi. Yudistira ikut serta tetapi ia tidak terjun ke arena secara pribadi, melainkan diwakili oleh Bima. Bima berhasil mengalahkan Gandamana dan akhirnya Dropadi berhasil didapatkan. Karena Bima mewakili Yudistira, maka Yudistiralah yang menjadi suami Dropadi. Dalam tradisi pewayangan Jawa, putra Dropadi dengan Yudistira bernama Raden Pancawala.

Referensi

  1. ^ Mahasweta Devi (6 December 2012). "Draupadi". Dalam Gayatri Chakravorty Spivak. In Other Worlds: Essays In Cultural Politics. Routledge. hlm. 251. ISBN 978-1-135-07081-6. 
  2. ^ - Wendy Doniger (March 2014). On Hinduism. Oxford University Press. hlm. 533. ISBN 978-0-19-936007-9. 
  3. ^ - Devdutt Pattanaik (1 September 2000). The Goddess in India: The Five Faces of the Eternal Feminine. Inner Traditions / Bear & Co. hlm. 98. ISBN 978-1-59477-537-6. 
  4. ^ Das, Gurcharan (2010-10-04). The Difficulty of Being Good: On the Subtle Art of Dharma (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-978147-8. 
  5. ^ Alf Hiltebeitel (1 January 1991). The cult of Draupadī: Mythologies : from Gingee to Kurukserta. Motilal Banarsidass. hlm. ii. ISBN 978-81-208-1000-6. 
  6. ^ Experts, Arihant (2019-07-22). Know Your State Uttar Pradesh (dalam bahasa Inggris). Arihant Publications India limited. ISBN 978-93-131-9643-3. 
  7. ^ Jones, Constance (2007). Encyclopedia of Hinduism. New York: Infobase Publishing. hlm. 136. ISBN 978-0-8160-5458-9. 
  8. ^ Kisari Mohan Ganguli, "Svayamvara Parva. Section CLXXXIX", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 1: Adi Parva, hlm. 374 
  9. ^ a b C. Rajagopalachari (1950), Mahabharata, Bharatiya Vidya Bhavan 
  10. ^ a b c Kamala Subramaniam (2007), Mahabharata, Bharatiya Vidya Bhavan 
  11. ^ a b Williams, George M. (2008). "Arjuna". Handbook of Hindu Mythology. Oxford University Press. hlm. 61. ISBN 978-0-19533-261-2. 
  12. ^ Johnson, W. J. (2009). "Draupadi". A Dictionary of Hinduism. Oxford University Press. doi:10.1093/acref/9780198610250.001.0001. ISBN 978-0-19861-025-0. 
  13. ^ Johnson, W. J. (2009). "Arjuna". A Dictionary of Hinduism. Oxford University Press. doi:10.1093/acref/9780198610250.001.0001. ISBN 978-0-19861-025-0. 
  14. ^ a b Kisari Mohan Ganguli (1883–1896), "Sishupala-badha Parva. Section XLVI", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 2: Sabha Parva, Internet Sacred Text Archive 
  15. ^ "Did Draupadi Insult Duryodhana during Rajasuya, Karna in Swayamvara?". myIndiamyGlory (dalam bahasa Inggris). 2020-05-19. Diakses tanggal 2020-09-09. 

Pranala luar