Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri
Syekh Haji Raden Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki atau Tuan Mukhtar Bogor [1] atau Syekh Atharid [2], nama Sunda beliau adalah Raden Muhammad Mukhtar bin Raden Natanagara,[3] adalah satu dari Ulama Nusantara, sekaligus seorang Bangsawan dan juga seorang Umara’ [2], yang terkenal dan berpengaruh di Makkah pada zamannya. Dalam literatur Indonesia tidak tercatat biografi beliau, yang ada adalah dalam literatur Arab [4]. Di Makkah beliau dikenal dengan Syekh Atharid [2]. Dalam catatan sejarah Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang yang sangat giat belajar, mengajar, membaca dan sangat kuat beramal. Syekh Atharid termasuk Ulama Nusantara yang mempunyai banyak guru, setidaknya, jumlah gurunya mencapai 35 ulama [5].
Syekh Haji Muhammad Mukhtar al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama dan Gelar | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Semua Gelar | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gelar (Islam) | Syekh Haji | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gelar Bangsawan | Raden | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama | Muhammad Mukhtar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nisbah | al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama lainnya | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syekh 'Atharid | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kelahirannya | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tanggal lahir (H) | 14 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tanggal lahir (M) | 14 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Bulan lahir (H) | Sya'ban | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Bulan lahir (M) | Februari | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun lahir (H) | 1278 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun lahir (M) | 1862 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tempat lahir | Bogor | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Negara lahir (penguasa wilayah) | Hindia Belanda | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama ayah | Raden Aria Natanagara (Kiai 'Atharid) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama lahir | Raden Muhammad Mukhtar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Agama, Identitas, Kebangsaan | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Agama: Islam (Muslim) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Etnis (Suku bangsa) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Etnis (Suku bangsa) | Sunda | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Panduan Infobox |
Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang Syekh, Mudarris atau guru besar di Masjidil Haram Makkah, juga seorang Musnid dan Muhaddits [4]. Syekh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al-Fadani Al-Makki menyebutkan di dalam catatan kakinya untuk kitab Kifayah Al-Mustafid Lima ‘Ala Lada At-Tarmasi min Al-Asanid, mengatakan bahwa ada sekitar 130 ulama pakar hadits riwayah yang berasal dari Nusantara dan dari mereka, ada 7 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia dan Tuan Mukhtar Bogor adalah termasuk dari ke-7 ulama itu.[6].
Tuan Mukhtar Bogor menjadi salah satu konsultan dan poros utama jaringan intelektual Ulama Nusantara - Haramain pada awal abad ke-20, meneruskan jejak gurunya yang bernama Syekh Nawawi Banten (akhir abad ke 19) [4]. Di Makkah, Syekh Mukhtar Atharid Bogor segenerasi dengan beberapa ulama besar Nusantara lainnya yang juga berkiprah dan berkarier di sana, seperti Syekh Mahfuzh ibn Abdullah al-Tarmasi (Tremas), Syekh Baqir ibn Nur al-Jukjawi (Jogja), Syekh Muhammad Shalih ibn ‘Umar al-Samarani (Soleh Darat), dan lain-lain [3]. Beberapa Cendikiawan Sunda lainnya yang sezaman dengan Mukhtar 'Atharid, yang tercatat berkiprah dan berkarya di Haramain antara lain Hasan Mustapa (Garut), Abu Bakar Djayadiningrat, Muhammad Ahyad ibn Idris (Bogor), dan Tubagus Bakri (Mama Sempur).[3]
Biografi Syekh Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki banyak dimuat dalam kitab-kitab biografi (tarâjim) Ulama besar dunia Islam yang mengajar di Masjidil Haram pada abad ke-14 H (20 M), seperti Nats al-Jawâhir wa al-Durar (karangan Yûsuf al-Mar’ashlî), Tasynîf al-Asmâ’ (karangan Mahmud Mamduh al-Syâfi’î), al-Jawâhir al-Hisân (karangan Zakariyyâ Billâ), dan lain-lain.[3]
Silsilah dan kelahiran
Raden Muhammad Mukhtar lahir pada hari Kamis 14 Sya'aban 1278 H bersamaan 14 Februari 1862 M [7], di Bogor, Jawa Barat[7]. Adalah seorang putra dari Raden Aria Natanagara [2][8] atau bernama Kiai Atharid [8]. Raden Aria Natanagara adalah putra dari Raden Wira Tanu Datar VI dan termasuk keturunan dari ulama-ulama besar yang menyambung ke Walisongo dan juga umara turunan Eyang Dalem Cikundul, Bupati pertama Cianjur.[2]
Pendidikan
Pendidikan awal
Raden Muhammad Mukhtar memperoleh pendidikan awal dari orang tuanya sendiri, terutama tentang Al-Qur'an sekaligus beliau Hafiz kitab suci Islam itu [1]. Selain kepada orangtuanya, Raden Muhammad Mukhtar juga belajar kepada Ulama yang ada disekitar kediamannya. Kecerdasannya sejak kecil tercermin dengan banyaknya hafalan kitab-kitab salaf dari berbagai disiplin ilmu seperti Nadzam al—Jurumiyyah, Nadzam al-Fiyah Ibnu Malik juga beberapa kitab syarah lainnya seperti Fath al—Qarib al-Mujib dan Syarah Fath al-Muin, dengan bekal itu Raden Muhammad Mukhtar mampu menggali ilmu agama Islam dalam kitan-kitab yang lain [8].
Merantau ke Tanah Betawi
Dalam tahun 1299 H/1881 M [1] Raden Muhammad Mukhtar melanjutkan belajarnya kepada para Ulama di Tanah Betawi / (sekarang Jakarta). Di Tanah Betawi, beliau mengkhatamkan berbagai kitab dalam berbagai bidang keilmuan, selama belajar di Tanah Betawi juga, Raden Muhammad Mukhtar telah mahir dalam riwayat-riwayat ilmu Qiraat [1].
Ketika berada di Tanah Betawi, Raden Muhammad Mukhtar pernah belajar kepada al-Allamah al-Habib Utsman bin Aqil bin Yahya, Mufti Betawi,[1][9][10] Beliau hafal berbagai macam matan-matan ilmu Melalui ulama Arab keturunan Rasulallah ﷺ tersebut [1]., dalam ilmu nahwu diantaranya:
- Matn al-Milhah;
- Matn al-Alfiyah; dan
- Matn al-Qathar
Sedangkan didalam bidang Akidah termasuk Fikih, diantaranya:
- Matn al- Ghayah wa at-Taqrib;
- Matn al-Irsyad;
- Matn az-Zubad.
Merantau ke Haramain
Sayyid Usman Betawi seorang Mufti di Batavia adalah guru Syekh Mukhtar, dan juga salah satu guru Habib Ali Kwitang
Tuan Mukhtar Bogor selanjutnya berangkat menunakan ibadah haji dan selanjutnya belajar di Hijaz. Di Haramain Tuan Mukhtar Bogor menimba ilmu pada banyak Ulama. Tabiat Tuan Mukhtar Bogor adalah cerdas, tekun, rajin, sopan dan menghormati para gurunya, yang dengan modal tersebut Tuan Mukhtar Bogor mampu menyerap ilmu yang diberikan guru-gurunya dengan mudah [8]. Dalam pandangan guru-gurunya Tuan Mukhtar Bogor lebih menojol dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, sehingga Tuan Mukhtar Bogor mempunyai karier dan prestasi selama belajar di Haramain [8]. Tuan Mukhtar Bogor menyebutkan daftar nama para guru beliau di dalam tsabt-nya yang berjudul Al-Manhal Al-Warid fi Asanid Ibn ‘Atharid.
Guru-gurunya
Daftar guru-guru Syekh Mukhtar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Dakwah, ketokohan & pengaruh
Mengajar di Masjidil Haram
Andai saja tidak ada ilmu thabaqat, tidak ada ilmu sanad, kita tidak akan pernah kenal siapa Syekh Mukhtar. Di Indonesia yang mempunyai tradisi ini ya Santri NU.
Di Makkah, Syekh Atharid mengajar di Masjidil Haram selama 28 tahun, mulai dari tahun 1903 M hingga tahun 1930 M, sehingga beliau mempunyai murid-murid yang banyak. Selain di Masjidil Haram, Syekh Atharid juga melaksanakan aktivitas mengajar di rumah beliau sendiri. Pengajaran di Masjidil Haram dilaksanakan pada waktu antara Maghrib dan Isya', dan kemudian disambung lagi ba'da isya. Ketika beliau mengajar di dalam Masjidil Haram, dikabarkan selalu dihadiri oleh sekitar 400 orang, terdiri dari para masyayikh atau santri senior.
Beberapa bidang ilmu yang diajarkan Syekh Atharid setiap hari setiap selesai shalat shubuh adalah seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf dan balaghah. Adapun apabila setelah selesai shalat ashr, beliau mengajar kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali. Sedangkan pelajaran yang singkat tentang ilmu falak atau astronomi dan juga metrologi dilaksanakan pada hari selasa, yaitu mengajar kitab susunan beliau sendiri. Setiap malam jum’at membuka majelis dzikir dan setiap selesai majelis selalu membagikan makanan.
Murid-muridnya
Syekh Muhammad Mukhtar ibn 'Atharid adalah sosok seorang guru yang memiliki murid-murid yang tersebar di berbagai wilayah, khususnya di Nusantara. Jika diperhatikan daripada daftar nama-nama yang menjadi murid-muridnya, Tuan Mukhtar adalah termasuk seorang Maha Guru yang begitu berpengaruh kepada para Ulama generasi selanjutnya, khususnya di Nusantara.
Di antara murid-murid Tuan Mukhtar Bogor yang menjadi ulama besar yang mendapat tempat dalam masyarakat adalah sebagaimana disebutkan dibawah ini secara berurutan sesuai dengan tahun wafatnya, yaitu :
Daftar murid-murid Syekh Mukhtar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Pemikiran dan karya tulis
Sungguh pun Tuan Mukhtar Bogor menguasai banyak bidang disiplin ilmu termasuk ilmu-ilmu hadis, yang sering dibicarakan terutama oleh golongan tajdid, namun beliau tetap berpegang dengan Mazhab Syafie, pengikut setia Mazhab Ahlis Sunnah wal Jamaah aliran Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam tasawuf tetap berpegang kukuh dengan imam-imam kaum sufi yang muktabar seperti Imam Abu Qasim Juneid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali, dan lain-lain
Syekh Muhammad Mukhtar Bogor semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya [12].[13][14][15], antara lain kitab Aqaid Ahl As-Sunnah wal-Jamaah, sebuah kitab teologis yang ditulis menggunakan bahasa Sunda yang uniknya diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo, pada bulan Jumadil Ula tahun 1341 H yang bertepatan dengan Desember 1922 [12].
Karya Tulis
Daftar Karya Tulis Syekh Mukhtar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Kitab tentang hukum makan belut
Kitab belut karya Syekh Mukhtar Atharid al-Bughuri ini menjadi saksi akan prestasi yang ditorehkan oleh ulama Nusantara dalam kencah keilmuannya secara global melalui media Haramain. Dari kelihaian dan kealiman al-Bughuri dalam menyanggah pendapat ulama yang mengharamankan belut, maka tidak mengherankan jika halaqahnya di Masjidil Haram terbilang paling ramai dikunjungi thalabah dibandingkan dengan ulama Nusantara lainnya yang mengajar di sana. Murid-muridnya banyak yang menjadi ulama berpengaruh di Nusantara_Melayu di antaranya adalah Tok Kemuning (Malaysia), Haji Abdullah Fahim (Mufti Pulau Pinang), Sayyid Muhsin ibn Ali al-Musawa (Mudir Dar al-Ulum Makkah asal Palembang), Syekh Muhammad Ahyad al-Bughuri (pengajar di Masjidil Haram asal Bogor), Kiai Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama), Syekh Zubair al-Filfulani (pengajar di Masjidil Haram asal Demak), Syekh Muhaimin al-Lasemi (pengajar di Dar al-Ulum asal Lasem, Rembang), Syekh Husein ibn Abdul Ghani al-Palimbani (penggagas Madrasah al-Fattat al-Ahliyah di Haramain asal Palembang), Syekh Raden Muhammad Sulaiman al-Sumedangi (pengajar di Masjidil Haram asal Sumedang), dan Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani (Musnid Dunya asal Padang).
Konon pada masa Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri berkiprah di Masjidil Haram, terjadi polemik tentang hukumnya belut yang sering dikonsumsi orang-orang Nusantara [17] . Pada masa tersebut, Ulama Timur Tengah ada yang mengharamkan memakan belut karena dianggap sebagai bagian dari jenis ular [17]. Sebagai orang Nusantara yang pernah memakan dan menyukai belut, Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri memberikan penjelasan dalam bentuk karya As-Shawa’iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu ‘ala man Haramah. Melalui kitab itu, ia membela kehormatan orang-orang Nusantara [17]. Kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi ini barangkali menjadi satu-satunya risalah yang secara khusus fokus membeberkan argumentasi yang menguatkan status halal memakan belut. Tidak hanya di level lokal, Indonesia, tetapi juga internasional.[18]
Wafat
Syekh Raden Muhammad Mukhtar bin 'Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki meninggal dunia di Makkah pada 17 Safar 1349 atau 13 Juli 1930 M.[3]
Catatan Akhir
- ^ a b c d e f g Abdullah 2005, Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat
- ^ a b c d e Ahmad Ginanjar Sya'ban 2017, Disampaikan dalam membuka Kajian Turats di Islam Nusantara Center, Sabtu 18 Maret 2017; Dikutip dalam Sam 2017 .
- ^ a b c d e Sya'ban 2017, hlm. 417-418, Dalam Mahakarya Islam Nusantara : kitab, naskah, manuskrip, dan korespondensi ulama Nusantara.
- ^ a b c Sam 2017 .
- ^ Ilyas 2017.
- ^ Al-Fadani, Lihat Sholah 2015.
- ^ a b Aizid 2016, hlm. 50.
- ^ a b c d e Faishol 2017.
- ^ Imawan 2013, Dalam artikel yang berjudul ULAMA TANAH SUCI DARI TANAH JAWA menyebutkan bahwa Ia pergi ke betawi dan belajar kepada Syekh abdullah ibn aqil ibn yahya mufti betawi. Kepadanya ia mentasmi’ hafalan matannya dan menambah hafalan matannya seperti almilhah, alfiyah ibnu malik, alqothr, matan ilmu fiqh syafi’I dan belajar syarah-syarahnya. Dan mendapatkan ijazah untuk semua riwayatnya..
- ^ Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syekh Mukhtar al-Bughuri melanjutkan belajarnya kepada salah seorang Ulama Betawi (sekarang Jakarta) yaitu Sayyid Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya (Ayah Sayyid Utsman Betawi). Kepada Sayyid Abdulloh, Syekh Mukhtar memperdalam ilmu agama yang telah dipelajarinya di Bogor. Syekh Mukhtar mengulang kembali apa yang telah dihafalkan untuk disimak oleh Sayyid Abdulloh. Sayyid Abdulloh memberikan ijazah khusus kepada Syekh Mukhtar atas kitab-kitab yang telah dihafalkan tersebut..
- ^ a b Dikutip dalam Sam 2017 .
- ^ a b Zionis 2017.
- ^ Ilyas 2017, Dalam Jurnal yang berjudul PEMIKIRAN FIKIH Syekh MUHAMMAD ZAIN BATU BARA: Fidiah Salat dan Puasa menyebutkan bahwa Ia meninggalkan karya tulis berjumlah 12 kitab dalam bahasa Arab, Jawi dan Sunda..
- ^ Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syekh Mukhtar al-Bughuri mempunyai tujuh karya tulis, meskipun jumlah karyanya sedikit akan tetapi hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang mau mengkaji pemikiran-pemikiran Syekh Mukhtar al-Bughuri..
- ^ Abdullah 2005, Dalam artikel yang berjudul Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat menyebutkan bahwa Syekh Muhammad Mukhtar Bogor menghasilkan karya yang tersebar berupa cetakan ada yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu...
- ^ Al-Bughuri 2017
- ^ a b c Alawi 2017, Dalam Membela Kehormatan Nusantara di Timur Tengah
- ^ Nasrullah 2016.
Daftar Pustaka
- Buku
- Aizid, Rizem (2016). Biografi ulama Nusantara : disertai pemikiran dan pengaruh mereka. Banguntapan, Yogyakarta: Diva Press. hlm. 320. ISBN 978-602-279-239-0.
- Al-Bughuri, Syaikh Muhtar ‘Atharid (2017). Kitab belut Nusantara. Panggungharjo, Sewon, Bantul. Yogyakarta: CV. Global Press. ISBN 978-602-61890-0-4.
- Sya'ban, A. Ginanjar (2017). Mahakarya Islam Nusantara : kitab, naskah, manuskrip, dan korespondensi ulama Nusantara (dalam bahasa Melayu). Ciputat, Tangerang: Pustaka Compass. ISBN 978-602-60537-4-9.
- Jurnal ilmiah
- Ilyas, Ahmad Fauzi (2017-12-29). "PEMIKIRAN FIKIH SYAIKH MUHAMMAD ZAIN BATU BARA: Fidiah Salat dan Puasa". MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. MIQOT Jurnal Ilmu ilmu Keislaman. 41 (2). doi:10.30821/miqot.v41i2.459. ISSN 2502-3616. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-05-02. Diakses tanggal 2018-03-28.
- Situs web
- Alawi, Abdullah (2017-08-04). "Membela Kehormatan Nusantara di Timur Tengah". NU Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-08. Diakses tanggal 2018-03-29.
- Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2005-06-20). "Tuan Mukhtar Bogor-`Ulama' ahli syari'at dan haqiqat". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2018-03-28.
- Faishol, Mirza (2017-04-05). "Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram". Laskar Santri Nusantara. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-08. Diakses tanggal 2018-03-30.
- Nasrullah, Nasih (2016-03-13). "Langka, ini Satu-Satunya Kitab Ulama Indonesia Soal Belut". Republika Online. Diakses tanggal 2018-03-31.
- Sam, Damar (2017-03-19). "Poros Utama Jaringan Ulama Nusantara-Haramain dari Bogor ?". Pustaka Compass. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-08. Diakses tanggal 2018-03-28.
- Sholah, Salim (2015-02-10). Cholis, Akbar, ed. "Inilah 8 Muhaddits Hebat dari Indonesia". Hidayatullah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-28. Diakses tanggal 2018-03-30.
- Sya'ban, A. Ginanjar (2017-04-13). "Kitab Fiqih Manasik Berbahasa Sunda Karya KH Ma'mun Nawawi Cibarusah". NU Online (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-23. Diakses tanggal 2018-04-07.
- Zionis, Rizal Muhammad (2017-06-12). Karomi, Ahmad, ed. "Para Ulama Nusantara di Haramain (Abad XIX-XX)". Halaqoh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-11. Diakses tanggal 2018-03-30.
Pranala luar
- (Indonesia) Wiki Aswaja NU
- (Indonesia) rizalubis.id
- (Indonesia) "Taqrib al Maqshad fi al 'Amali bi ar Rubu'I al Mujayyab"
- (Indonesia) Kitab Shawa`iq Muhriqah – Karangan KH. Muhammad Mukhtar bin `Atharid Al Jawi