Fusi dingin

jenis reaksi nuklir yang masih sebatas hipotesis

Fusi dingin (bahasa Inggris: Cold fusion; kadang-kadang disebut reaksi nuklir energi rendah[1]) adalah reaksi nuklir yang terjadi pada suhu kamar (di bawah 30° celcius). Umumnya, reaksi nuklir terjadi pada suhu yang sangat tinggi (sekitar jutaan derajat celcius). Namun, pada tahun 1990-an, sekelompok ilmuwan mengklaim berhasil melakukan reaksi nuklir pada suhu kamar. Sampai sekarang, eksperimen mereka tidak berhasil direka ulang kembali, sehingga sebagian besar ilmuwan menjadi skeptis/tidak percaya bahwa mereka telah berhasil melakukan reaksi nuklir pada suhu kamar.

Sel fusi dingin di Space and Naval Warfare Systems Center San Diego (2005)

Pada tahun 1989, Martin Fleischmann dan Stanley Pons melaporkan reaksi nuklir yang terjadi di Unveristas Utah. Mereka melaporkan pada konferensi pers bahwa terjadi pemanasan aneh pada sel elektrolitik selama proses elektrolisis air menggunakan elektrode palladium (Pd). Karena tidak terdapat penjelasan mengenai sumber, maka mereka membuat hipotesis bahwa panas berasal dari reaksi nuklir deuterium. Laporan hasil mereka meningkatkan harapan adanya sumber energi murah.

Fusi dingin mendapat reputasi sebagai sains patologi sebab ilmuwan lain gagal untuk menirunya. Panel penilaian dari Departemen Energi Amerika Serikat tahun 1989 tidak menemukan buktinya. Sejak saat itu, banyak laporan tentang timbulnya pemanasan pada helium-4 yang telah dilaporkan dan didiskusikan di konferensi pers. Banyak ilmuwan yang masih skeptis. Pada tahun 2004, Departemen Energi Amerika Serikat merekomendasikan pendanaan terhadap program energi rendah pada reaksi nuklir. Pada tahun 2004, panel mengidentifikasikan wilayah penelitian yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut. Hal tersebut mungkin menguntungkan.

Penerapan fusi dingin menjanjikan energi menjadi murah, tidak terbatas dan bersih.[2]

Rujukan

  1. ^ "Superconductivity and low-energy nuclear reactions". Results in Physics (dalam bahasa Inggris). 12: 2075. 2019-03-01. doi:10.1016/j.rinp.2019.02.027. ISSN 2211-3797. 
  2. ^ "Cold Fusion Is Hot Again". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). 17 April 2009. Diakses tanggal 20 Oktober 2020. 

Daftar pustaka