Tawau
Tawau merupakan nama sebuah keresidenan dan juga kota di Sabah. Tawau kini merupakan kota ketiga terbesar di Sabah setelah Kota Kinabalu dan Sandakan. Kota ini dihubungkan dengan ibu kota Sabah (Kota Kinabalu) melalui jalan raya sejauh 500 km, jalur udara (Bandar Udara Tawau) dan laut (pelabuhan Tawau).
Tawau
Tawao | |
---|---|
karesidenan | |
Transkripsi Lainnya | |
• Jawi | تاواو |
• China | 鬥湖 |
• Tamil | தவாவ் |
Koordinat: 04°15′30″N 117°53′40″E / 4.25833°N 117.89444°E | |
Negara | Malaysia |
Negara bagian | Sabah |
divisi | Divisi Tawau |
Kerajaan brunei | 15th –1658 |
kesultanan Sulu | 1658–1882 |
Kesultanan Bulungan | 1750 |
kota didirikan | 1893 |
di akhiri dengan British North Borneo Company | 1898 |
kotamadya | 1 January 1982 |
Distrik | Distrik Tawau |
Pemerintahan | |
• Pemimpin Dewan | Amrullah Kamal |
Luas | |
• kota kecil | 55,9 km2 (216 sq mi) |
• Kotamadya | 6,125 km2 (2,364,9 sq mi) |
Ketinggian | 8 m (26 ft) |
Populasi (2010) | |
• kota kecil | 113.809 |
• Kepadatan | 0,20/km2 (0,53/sq mi) |
• Kotamadya | 397.673 |
Zona waktu | UTC+8 (Standar waktu Malaysia) |
kode pos | 91000 |
kode telepon | 089 |
plat kendaraan | ST |
Situs web | mpt |
Sejarah
Sejarah Tawau tidak diketahui dengan jelas terutama sebelum tahun-tahun 1890-an. Bagaimanapun Tawau telah memiliki penduduk dengan sebuah perkampungan kecil nelayan dengan 200 orang penduduk pada tahun 1898. Pada saat itu Tawau berada di bawah kekuasaan Kesultanan Sulu. Dalam satu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 22 Januari ??, Kesultanan Sulu menyerahkan kawasan di sekitar Tawau yang ada sekarang kepada pihak Inggris.
Tawau menjadi sebagian kawasan jajahan orang-orang Inggris melalui Perusahaan Borneo Utara. Menurut catatan The North Borneo Annual Volume (1955-1965) menyatakan sistem administrasi bermula pada tahun 1898, menuruti langkah-langkah pihak Perusahaan Borneo Utara membuka sebuah pos di Tawau dan seterusnya mengadakan dasar-dasar administrasi pemerintahan setempat di situ.
Untuk menghindarkan salah paham dengan pihak Belanda yang memerintah Hindia Belanda pada masa tersebut tidak, disebabkan Tawau berbagi perbatasan dengan Indonesia, pihak pemerintahan Inggris telah mengambil langkah-langkah untuk menetapkan perbatasan. Ini disebabkan perbatasan asal bagi kawasan yang telah diserahkan kepada pihak Inggris oleh kedua Sultan Brunei dan Sultan Sulu ialah di bawah Sungai Sibuco/Sungai Sebuku berdekatan dengan Tarakan (Indonesia) yang mana kawasan tersebut termasuk di bawah pemerintahan Belanda yang saat itu telah menghuni kawasan tersebut. Menyusul hal itu suatu komite perbatasan telah didirikan pada tahun 1912 yang terdiri dari pegawai-pegawai dari Britania Raya dan Belanda.
Sebuah Laporan Bersama telah disediakan beserta dengan peta dan ditandatangani oleh komite masing-masing di Tawau pada tanggal 17 Februari 1913. Kemudian menurut protokol di antara Britania Raya dan Belanda yang telah ditandatangani di London pada tanggal 28 September 1915, kedua pemerintahan tersebut mengesahkan laporan bersama dan peta tersebut.
Geografi
Daerah Tawau meliputi kawasan seluas 6.125 km persegi atau 612.506 hektare. Kota ini berbagi perbatasan dengan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia di selatan serta dikelilingi Laut Sulu di timur dan Laut Sulawesi di selatan.
Tawau mempunyai 10 mukim dan 81 kampung yang terhimpun dalam dua kawasan parlemen dan enam Dewan Undangan Negeri (DUN). Parlemen Tawau melingkupi DUN Sri Tanjung, Apas dan Balung sementara Parlemen Kalabakan melingkupi Merotai, Tanjung Batu dan Sebatik. Dahulu berada dalam satu kawasan parlemen (dapil DPR) dengan 4 Dewan Undangan Negeri (dapil DPRD) Sabah yaitu Balung, Merotai, Sri Tanjung dan Kalabakan.
Perekonomian
Pada 1993, ada 40 pabrik pengolahan kayu dan sejumlah pabrik penggergajian. Pelabuhan Tawau adalah pintu gerbang ekspor dan impor utama untuk kayu terutama dari Kalimantan Utara. [2][3] Sebuah barter trade telah diresmikan antara Kalimantan Kalimantan Utara dan Sabah dengan penciptaan Tawau Barter Trade Association (BATS) pada tahun 1993. Asosiasi menangani perdagangan tunai berbasis bahan baku dari Indonesia, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah berfokus pada industri kayu. Selain kayu, sejak Inggris mengakhiri ekspor secara tradisional adalah rempah-rempah, kakao dan tembakau.[4] Sarang burung dipanen di Baturong, Sengarung, Tepadung dan Gua Madai oleh suku Idahan.[5][6][7] Tawau adalah salah satu produsen kakao top di Malaysia, dan dunia bersama dengan Pantai Gading , Ghana dan Indonesia.[8]
Demografi
Hingga 2000, populasi Tawau diperkirakan berjumlah kira-kira 304.888 jiwa.
Statistik Populasi (Sensus 1991) | |
Jumlah |
245.000 |
Wanita | 114.416 |
Pria | 130.312 |
Melayu | 11.516 |
Dusun | 921 |
Kadazan | 2.808 |
Bugis Warga Indonesia | Mayoritas |
Bajau | 17.094 |
Murut | 1.529 |
Bumiputera Lain | 24.946 |
Tionghoa | 35.097 |
Orang Indonesia | 55.057 |
Bukan Bumiputera Lain | 3.727 |
Jumlah Warganegara Malaysia | 152.695 |
Jumlah Warganegara Bukan Malaysia | 92.033 |
Sebaran Populasi | 14,1% |
Kepadatan Penduduk | 40/km² |
Pranala luar
Referensi
- ^ "Malaysia Elevation Map (Elevation of Tawau)". Flood Map : Water Level Elevation Map. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2015. Diakses tanggal 22 August 2015.
- ^ Krystof Obidzinski (2006). Timber Smuggling in Indonesia: Critical Or Overstated Problem? : Forest Governance Lessons from Kalimantan. CIFOR. hlm. 16 & 28. ISBN 978-979-24-4670-8.
- ^ Yvonne Byron (1995). In Place of the Forest; Environmental and Socio-Economic Transformation in Borneo and the Eastern Malay Peninsula. United Nations University Press. hlm. 219–. ISBN 978-92-808-0893-3.
- ^ "Wayback Machine". web.archive.org. 2010-12-21. Diakses tanggal 2020-06-12.
- ^ Madeline Berma; Junaenah Sulehan; Faridah Shahadan (1–3 December 2010). ""White Gold": The Role of Edible Birds' Nest in the Livelihood Strategy of the Idahan Communities in Malaysia" (PDF). National University of Malaysia. Massey University. Diakses tanggal 11 April 2014.
- ^ Liz Price (27 September 2009). "Local tribesfolk nestling among the Madai Caves". The Brunei Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 April 2014. Diakses tanggal 11 April 2014.
- ^ K. Assis, A. Amran, Y. Remali and H. Affendy (2010). "A Comparison of Univariate Time Series Methods for Forecasting Cocoa Bean Prices" (PDF). Universiti Malaysia Sabah. World Cocoa Foundation. ISSN 1994-7933. Diakses tanggal 11 April 2014.
- ^ K. Assis, A. Amran, Y. Remali and H. Affendy (2010). "A Comparison of Univariate Time Series Methods for Forecasting Cocoa Bean Prices" (PDF). Universiti Malaysia Sabah. World Cocoa Foundation. ISSN 1994-7933. Diakses tanggal 11 April 2014.