Leh adalah ibu kota Ladakh, sebuah distrik semi-otonomi yang termasuk dalam teritori sengketa Jammu Kashmir di India bagian utara.

Di masa lalu, Leh dikenal dengan nama-nama yang berbeda, seperti Maryul dan Kha-chumpa.[1]

Kondisi Geografis

 
Pemandangan Kota Leh

Leh berada pada ketinggian 3.500 m dpl dan terletak di antara pegunungan Himalaya dan Karakoram. Rentang suhu di kota Leh dan wilayah sekitarnya terbilang ekstrim, berkisar antara 38.7°C di musim panas hingga -27.9°C di musim dingin, dengan suhu rata-rata tahunan 7.3°C. Kondisi iklim di wilayah ini adalah dingin dan gersang.[2]

Perekonomian

Pertanian adalah aktivitas ekonomi utama di Leh dan wilayah sekitarnya. Secara tradisi, penduduk Leh umumnya bekerja sebagai petani atau peternak. Tetapi seiring perkembangan zaman, hal ini perlahan berubah. Berdasarkan sensus pada tahun 2001, tercatat hanya sekitar 37.92% penduduk di wilayah ini bermata pencaharian sebagai petani.[1]

Karena lokasinya yang strategis, Leh sempat menjadi sentral ekonomi dalam rute perdagangan antara India, Tibet dan wilayah di Asia Tengah lainnya.[3] Namun, sengketa wilayah yang terjadi antara India dan Pakistan sejak 1947 serta India dan Tiongkok sejak 1962[4] telah mengubah aktivitas ekonomi di kota ini secara signifikan, menjadikannya sangat bergantung pada impor komoditas dan subsidi dari pemerintah.[3]

Benturan geopolitik yang terjadi antara India, Pakistan dan Cina juga menyebabkan banyaknya pasukan militer yang ditempatkan di Leh dan sekitarnya. Hal ini kemudian memungkinkan percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah ini. Jalan raya Srinagar-Leh dan Manali-Leh adalah sebagian contoh infrastruktur yang awalnya dibangun untuk kebutuhan militer dan lambat laun dibuka untuk kebutuhan publik.[5] Kehadiran militer ini pada akhirnya membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat dan memungkinkan produk-produk pertanian setempat terserap oleh kebutuhan pasukan militer.[1]

Sejak dibukanya Leh untuk turis pada tahun 1974, sektor pariwisata juga memiliki peranan penting dalam mendongkrak perekonomian setempat. Berkat keunikan lansekap dan kebudayaannya, Leh banyak menarik perhatian turis domestik dan internasional. Hal ini mendorong pertumbuhan bisnis pariwisata di Leh. Pada tahun 2008, tercatat terdapat 77 hotel dan 366 pondok penginapan di Leh.[1]

Kebudayaan

 
Istana Leh dan Menara Jama Masjid

Mayoritas penduduk Leh menganut Buddhisme Tibet dan Islam, sebagian lainnya menganut Kristiani dan Hindu. Keragaman agama ini tercermin pada keragaman situs-situs budaya yang ada di pusat kota Leh. Di antaranya adalah Istana Leh dan kompleks kuil yang merupakan peninggalan kerajaan Buddhisme terdahulu, Masjid Jama serta Imambara Leh tempat ibadah para Muslim Sunni dan Syiah setempat.[6]

Bahasa Ladakh adalah bahasa utama yang digunakan penduduk Leh dalam percakapan sehari-sehari.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e "Wayback Machine" (PDF). web.archive.org. 2013-07-24. Diakses tanggal 2020-12-06. 
  2. ^ Chevuturi, A.; Dimri, A. P.; Thayyen, R. J. (2016-11-09). "Climate change over Leh (Ladakh), India". Theoretical and Applied Climatology. 131 (1-2): 531–545. doi:10.1007/s00704-016-1989-1. ISSN 0177-798X. 
  3. ^ a b Goodall, Sarah K. (2004-08). "Rural-to-urban Migration and Urbanization in Leh, Ladakh". Mountain Research and Development. 24 (3): 220–227. doi:10.1659/0276-4741(2004)024[0220:rmauil]2.0.co;2. ISSN 0276-4741. 
  4. ^ "Kashmir | History, People, & Conflict". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-06. 
  5. ^ "Urbanisation and socio-ecological challenges in high mountain towns: Insights from Leh (Ladakh), India". Landscape and Urban Planning (dalam bahasa Inggris). 189: 189–199. 2019-09-01. doi:10.1016/j.landurbplan.2019.04.017. ISSN 0169-2046. 
  6. ^ Smith, Sara H. (2013-07). ""In the past, we ate from one plate": Memory and the border in Leh, Ladakh". Political Geography. 35: 47–59. doi:10.1016/j.polgeo.2013.03.001. ISSN 0962-6298.