Bedil tombak

meriam tangan khas Jawa
Revisi sejak 5 April 2021 06.55 oleh The Avisaurian (bicara | kontrib) (Penambahan gambar)

Bedil tombak atau bedil tumbak adalah jenis senjata api awal dari kepulauan Nusantara. Senjata itu terdiri dari senjata api atau meriam kecil yang dipasang di tiang kayu, membentuk jenis senjata yang dikenal sebagai "meriam galah" (stangenbüchse dalam bahasa Jerman).[1]:257

Gambar sebuah meriam galah Cina yang ditemukan di Jawa, 1421 Masehi. Beratnya 2,252 kg, panjang 357 mm, dan kaliber 16 mm. Wadah sulut berbentuk persegi panjang, panjang 28 mm dan lebar 3 mm. Lubang penyulutan berdiameter 4 mm, sebelumnya dilindungi oleh penutup, yang sekarang hilang, hanya engselnya yang masih bertahan.

Etimologi

Kata bedil istilah dalam Bahasa Melayu yang berarti senjata api (semua jenis senjata api, dari pistol kecil hingga meriam pengepungan besar).[2] Kata tombak atau tumbak setara dengan kata-kata Inggris spear, pike, atau lance.[3]:81

Sejarah

Pengenalan senjata berbasis bubuk mesiu di kepulauan Nusantara dapat ditelusuri kembali dari invasi Mongol ke Jawa (1293), di mana pasukan Cina-Mongol menggunakan meriam (pao) melawan pasukan Kerajaan Kediri di Daha.[4][5]:244-245 Antara abad 14-15, banyak sumber lokal menyebutkan tentang bedil (senjata api atau senjata berbasis bubuk mesiu), tetapi karena ini adalah istilah yang memiliki makna luas, sulit untuk membedakan jenis senjata apa yang digunakan dalam suatu catatan.[6][7] Sebuah meriam tangan kecil bertanggal tahun 1340 yang diduga berasal dari Cina ditemukan di Jawa, tetapi penanggalannya mungkin salah.[5]:275

Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) mengunjungi Jawa pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, Yingya Shenlan, menjelaskan tentang upacara pernikahan orang Jawa: ketika sang suami mengantar istri barunya ke rumah pernikahan, berbagai instrumen dibunyikan, diantaranya gong, drum, dan huochong (tabung tembak atau meriam tangan).[8][9]:245 Ada kemungkinan meriam tangan Jawa dimodelkan seperti meriam Cina. Sebuah meriam galah Cina dari tahun 1421 M telah ditemukan di pulau Jawa dengan tulisan nama Kaisar Yongle (1403-1425).[9]:245 Lubang penyulutannya dilindungi dari hujan oleh penutup yang terhubung dengan engsel.[1]:257

Duarte Barbosa mencatat berlimpahnya senjata berbasis bubuk mesiu di Jawa sekitar tahun 1516. Orang Jawa dianggap sebagai ahli pembuat senjata api dan penembak artileri yang baik. Senjata yang dibuat di sana diantaranya meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.[10]:254[11][5]:224 Pada pengepungan Malaka tahun 1511, orang-orang Melayu menggunakan meriam, senapan matchlock, dan "tabung tembak".[12]

Babad (naskah sejarah) lokal pasca abad ke-17 kadang-kadang menyebutkan bedil tombak, tetapi mereka sulit untuk dilacak tanggalnya karena babad tersebut dalam bentuk pupuh (puisi).[13] Di Lombok contoh dari babad-babad tersebut antara lain babad Lombok, babad Mengui, dan babad Sakra.[14][15][16] Mereka juga disebutkan dalam naskah-naskah Sunda dan Bali.[17][18] Selama perang Bali-Lombok (sekitar awal abad ke-19 hingga akhir abad ke-19), sebagian pasukan Karangasem dipersenjatai dengan bedil tombak.[16]

Galeri

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b Zeitschrift für historische Waffenkunde. Getty Research Institute. Dresden : Verein für historische Waffenkunde. 1897. 
  2. ^ Kern, H. (January 1902). "Oorsprong van het Maleisch Woord Bedil". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 54: 311–312. doi:10.1163/22134379-90002058 . 
  3. ^ Marsden, William (1812). A Dictionary of the Malayan Language (dalam bahasa Inggris). Cox and Baylis. 
  4. ^ Song Lian. History of Yuan.
  5. ^ a b c Partington, J. R. (1999). A History of Greek Fire and Gunpowder (dalam bahasa Inggris). JHU Press. ISBN 978-0-8018-5954-0. 
  6. ^ Nugroho, Irawan Djoko (2011). Majapahit Peradaban Maritim. Suluh Nuswantara Bakti. hlm. 317. ISBN 9786029346008. 
  7. ^ "Teknologi Era Majapahit – Nusantara Review". www.nusantarareview.com. Diakses tanggal 2020-05-11. 
  8. ^ Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". The China Review. IV: p. 178.
  9. ^ a b Manguin, Pierre-Yves (1976). "L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises" (PDF). Arts Asiatiques. 32: 233–268. 
  10. ^ Jones, John Winter (1863). The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508. Hakluyt Society. 
  11. ^ Barbosa, Duarte (1866). A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century. The Hakluyt Society. hlm. 198. 
  12. ^ Gibson-Hill, C. A. (July 1953). "Notes on the old Cannon found in Malaya, and known to be of Dutch origin". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society. 26: 145–174 – via JSTOR. 
  13. ^ Mintosih, Sri (1999). Pengkajian Nilai Budaya Naskah Babad Lombok jilid 1. Jakarta: Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  14. ^ Suparman, Lalu Gde (1994). Babad Lombok. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 978-979-459-395-0. 
  15. ^ Wiranom (raden.) (1814). Babad (sejarah) Lombok: Babad Mengui. 
  16. ^ a b Suparman, Lalu Gde (1994-01-01). Babad Sakra. Direktorat Jenderal Kebudayaan. ISBN 978-979-459-392-9. 
  17. ^ Budisantoso, S.; Nusantara (Indonesia), Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan (1990). Hikayat Umar Maya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 
  18. ^ Sukartha, Nyoman; Mayun, Ida Bagus; Rupa, I. Wayan; Purna, I. Made (1995). Kajian nilai budaya dalam Geguritan Aji Dharma. Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.