Adaro Energy Indonesia
PT. Adaro Energy Tbk.(Kode saham pada BEI:ADRO.JK) adalah Perusahaan batu bara terbesar ke 2 di indonesia dan perusahaan batubara terbesar dalam kapitalisasi pasar . berkantor pusat di Bandar Lampung. Perusahaan Adaro berfokus dalam penambangan batubara lewat Anak perusahaan. Lokasi Penambangan terbesar terdapat di Kalimantan selatan kabupaten Tabalong , dimana Anak perusahaan PT. Adaro Indonesia beroperasi di Tambang batubara tunggal terbesar di belahan bumi selatan. Adaro energy beroperasi dengan izin pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) Generasi I.
Publik | |
Kode emiten | IDX: ADRO |
Industri | Pertambangan |
Didirikan | 10 September 1966 |
Pendiri | ENADIMSA[1] |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Garibaldi Thohir (Presiden Direktur) |
Produk | Batubara |
Pendapatan | USD 3,71 miliar (2018) |
USD 430 juta (2018) | |
Pemilik | Saratoga Investama Sedaya |
Karyawan | 8.681 (2012) |
Anak usaha | PT. Sapta Indra Sejati PT. Rehabilitasi Lingkungan Indonesia PT. Adaro Mining Technology PT. Adaro Power PT. Maritim Barito Perkasa Coal Trade Service International Pte Ltd PT. Makmur Sejahtera Wisesa PT. Adaro Logistics PT. Adaro Persada Mandiri IndoMet Coal PT. Alam Tri Abadi PT. Padang Sejahtera PT. Sarana Rekreasi Mandiri PT. Rachindo Investments PT. Balangan Anugerah Semesta PT. Dianlia Setyamukti PT. Harapan Bahtera Internusa PT. Agri multi lestari PT. Puradika Bongkar Muat Makmur Jasa PT. Adaro Indonesia PT. Tanjung Power Indonesia PT. Satya Mandiri Persada |
Situs web | www.adaro.com |
Adaro sudah melakukan Pembersihan Dan Pembebasan lahan di jawa tengah untuk membangun Pltu Batubara berkapasitas 2000 MW, setelah Tertunda hampir lebih dari 4 tahun Karena Masalah Akuisisi lahan .Pembangunan Dimulai Juni 2016 dengan Adaro melakukan investasi sebesar US $4.2 milyar.Pada tahun 2011 Forbes Global 2000, Adaro Energy berada di peringkat ke-1.527 – sebagai perusahaan publik terbesar di dunia.[2]
Adaro Energy bertanggung jawab atas 0.13% dari emisi industri global rumah kaca dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2015[3] dan karenanya menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim, yang secara substansial bermakna resiko terhadap kesehatan, mata pencaharian, keamanan pangan, persediaan air, keamanan dan pertumbuhan ekonomi.[4]
Direksi
- Presiden Direktur: Garibaldi Thohir
- Wakil Presiden Direktur: Christian Ariano Rachmat
- Direktur: Chia Ah Hoo, Mohammad Syah Indra Aman, Julius Aslan
- Presiden Komisaris: Edwin Soeryadjaya
- Wakil Presiden Komisaris: Theodore Permadi Rachmat
- Komisaris: Arini Saraswati Subianto, Raden Pardede, Mohammad Effendi
Lihat pula
Referensi
- ^ "Kisah Adaro, Lahir dari Ekspansi BUMN Spanyol Ke Kalimantan". market.bisnis.com. 12 Desember 2018. Diakses tanggal 23 November 2020.
- ^ "Forbes Global 2000". Diakses tanggal 31 October 2020.
- ^ "Top 100 producers and their cumulative greenhouse gas emissions from 1988-2015". The Guardian. Diakses tanggal 29 October 2020.
- ^ "IPCC, 2018: Summary for Policymakers" (PDF) (Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty). Diakses tanggal 29 October 2020.