Kakawin Wertasancaya
Kakawin Wertasancaya adalah salah satu karya sastra Sansekerta. Kakawin ini merupakan buku puisi yang berisi contoh dan cara membuat puisi. Misalnya Jumlah puisi ada 96 jenis. Setiap jenis puisi menggunakan irama dan sajaknya masing masing. Pelajaran tentang puisi diilustrasikan dalam buku ini serta seni puisi dalam sastra Sansekerta, dalam bahasa Jawa Kuno. Semua karangan berisi 112 syair. Jika disejajarkan dengan jumlah puisi, maka hampir semua puisi berganti syair.[1]
Ringkasan
Kakawin ini ditulis oleh Mpu Tanakung, yang hidup pada akhir kerajaan Kediri. Kitab wertasancaya bisa disebut dengan kitab Cakrawaduta yang memiliki arti "Menthok si utusan". Namanya sesuai dengan isi kakawin, salah satu isi kakawinnya adalah seorang gadis yang masih seorang bangsawan berpisah dengan kekasihnya ia bersedih di tamannya. ketika melihat dua ekor itik satu jantan yang satu betina ia memanggil seekor. Itik itu menemui sang putri dengan penuh rasa sayang itik bertanya mengapa sang putri bersedih hati. Sang putri kemudian menjelaskan segala kegembiraan yang pernah dirasakannya ketika bersama kekasihnya. Itik tersebut kemudian menawarkan bantuannya. oleh sang putri itik diberi tugas untuk mencari kekasih putri. Lalu menanyakan mengapa ia tidak setia sehingga rela meninggalkan sang putri sambil menggambarkan kesedihan putri, ia akan membujuknya kembali. Kedua itik itu kemudian terbang dan berhasil menemukan sang kekasih sedang menulis sajak. Ia menerangkan bahwa ia meninggalkan putri bukan karena rasa acuh tak acuh namun karena ia merasakan dorongan yang kuat untuk menuliskan keindahan dunia lewat sajak. Namun ia merasa sangat sakit hati ketika mengingat sang putri. Dengan segera sang kekasih lansung pergi menuju sang putri. Tak lama kemudian ia sampai di istana sang putri dan dengan rasa bahagia mereka saling berjumpa dan dipersatukan kembali tali asmara dan tanpa syarat mereka pasrah kepada kenikmatan yang timbul dari cinta mereka. [2]
Contoh Teks
Pada 1875 H.Kern menerbitkan sebuah karya sastra dengan banyak terjemahan tulisannya. Dalam kakawin Wertasancaya memang lazim karena berisi syair-syair yang berisi pujian kepada saraswati, dan berikut ini contoh syair dalam kakawin wertasancaya:
Marga:
- [3]Sang hyang wāgîîswarî ndah lihati satata bhaktingkw I jöng dhātrdewi pinrih ring citta nunggw ing sarasija ri dalĕm twas lanenastawangku nityȃweha ng warānugraha kaluputa ring duhkha sangsāra wighna lāwan tȃstu wruheng sāstra sakalaguna ning janma tapwan hanewĕh.
- Nāhan dongkwājapāngacarna ri sira kĕdö mrākrta ng chandāsasrta mangke tingkahnya pintonakĕna gumawaya ng wrddhya ning wālabuddhi akhir
Epilog:
- Anghing hingan iking palambanga gurit mpu Tanakung atimūdha duryasa chandaprākta wrtta ning guru lawan laghu racana nika ndatan kalen akweh wrtta turung lining mami palenakĕna muwah ikopalaksanan yan ring pinggalasāstra kewala kadikang ina jarakan ing palambanga. 109
- Tuhun sahana sang kawindra mangupaksamā ri nghulun getingku n angikĕt palambanga ngaranya de ning mangö teher matiki Wrttasañcaya ngaranya de ning mangö palar magawaya ng wisuddtha ri manah ning anggong langö 110
Referensi
- ^ Purwadi (2007). Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka. hlm. 84–87. ISBN 979-25-2725-10 Periksa nilai: length
|isbn=
(bantuan). - ^ Zoetmulder, P.J (1985). Kalangwan Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan. hlm. 123–128.
- ^ Zoetmulder, P.J (1985). Kalangwan . A Survey Of Old Javanese Literature. Jakarta: Djambatan. hlm. 593–594.