Hidayatullah (organisasi)

organisasi keagamaan di Indonesia
Revisi sejak 24 Juni 2021 07.11 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Kesalahan jenjang Subbagian (Headline)))

Hidayatullah adalah sebuah organisasi massa (ormas) Islam di Indonesia. Namanya berasal dari dua kata dalam bahasa Arab: hidayat/hidayah dan Allah, yang berarti petunjuk Allah.

Berkas:LogoHidayatullah.jpg
Logo Hidayatullah


Sejarah

Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 (kalender Islam: 2 Dzulhijjah 1392 Hijr) di Balikpapan dalam bentuk sebuah pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm), kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah ( STIEHID ) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa STAIL dan STIS dengan pola ikatan dinas. Da'i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.

Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.

Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.

Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.

Jaringan kerja Hidayatullah hingga Januari 2014 didukung dengan keberadaan 33 DPW dan 287 DPD dan 70 PC. Adapun jumlah DPC (Pimpinan Cabang), PR (Pimpinan Ranting) dan PAR (Pimpinan Anak Cabang) tidak dicantumkan karena pertumbuhannya yang terus berubah.

Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.

Untuk periode 2010-2015, Pimpinan Umum/Ketua Dewan Syura adalah Ustadz H Abdurrahman Muhammad sedangkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dijabat oleh Dr. H. Abdul Mannan, didampingi Sekretaris Jenderal Ir Abu A'la Abdullah.

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.

Metode (manhaj nubuwwah') Hidayatullah yaitu berpegang pada al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.

Struktur dan mekanisme organisasi

Pengurus organisasi tingkat pusat terdiri dari Dewan Syura dan Dewan Pimpinan Pusat. Dewan Syura merupakan lembaga tertinggi organisasi, dipimpin oleh Ketua Dewan Syura yang sekaligus merupakan Imam bagi jamaah Hidayatullah, dengan sebutan Pemimpin Umum. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dipilih lewat Musyawarah Nasional, dan Pengurus DPP disahkan oleh Pemimpin Umum di dalam Munas tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.

Struktur di bawah Dewan Pimpinan Pusat (DPP)terdiri dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW/tingkat Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah (DPD/tingkat Kabupaten/Kota), Dewan Pimpinan Cabang (DPC/tingkat Kecamatan), Pimpinan Ranting (PR/tingkat Desa/Kelurahan), Pimpinan Anak Ranting (PAR/tingkat RW/RT). Ketua Dewan Pimpinan Wilayah/Daerah/Cabang dipilih oleh Musyawarah di tingkat masing-masing dan disahkan oleh struktur di atasnya.

Pesantren Hidayatullah

Artikel utama Pesantren Hidayatullah

Pesantren-Pesantren Hidayatullah berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu. Pesantren ini dihuni santri yang tinggal di asrama, guru, pengasuh, pengelola dan jamaah Hidayatullah.

Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum dan mata ajaran khusus atau keislaman (diniyyah). Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran pada sekolah - sekolah umum lainnya, contohnya matematika, fisika, kimia dll. Mata ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya aqidah, fiqih, bahasa arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur'an, serta masih banyak lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan, basis kompetensi, dan dan letak kampus (contoh: kurikulum di Surabaya sedikit berbeda dengan di Jakarta). jumlah Pesantren Total Hidayatullah diseluruh Indonesia (Per-8 Januari 2020) sebanyak 580 Pesantren.

 
Panorama Pesantren Hidayatullah di Kampus Gunung Tembak, Balikpapan


Baitul maal Hidayatullah

Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.

BMH hadir Kantor layanan LAZNAS BMH hadir di 30 Provinsi dengan unit penghimpunan (UPP) zakat,infak dan sedekah mencapai 97 se Indonesia. Kami wujudkan semua sebagai komitmen untuk menjadi perantara kebaikan, memberi kemudahan bagi masyarakat dalam menunaikan ZISWAF menuju Indonesia yang lebih bermartabat.

Kiprah program BMH dari hasil pengelolaan zakat telah melintasi berbagai daerah di Indonesia, setidaknya 580 Pesantren telah eksis dan berkiprah, 5.213 Dai Tangguh telah meyebar seantero nusantara, ribuan keluarga dhuafa telah terberdayakan dan mandiri, ribuan anak usia sekolah mendapatkan pendidikan yang layak.

Semua dedikasi dan kiprah BMH tersebut merupakan mahakarya dukungan semua pihak yang telah mempercayakan ZIS nya melalui Baitul Maal Hidayatullah. Tak heran jika Desember 2015, BMH resmi dikukuhkan kembali sebagai LAZNAS oleh Kementrian Agama RI dengan SK No. 425 Tahun 2015 dan sesuai ketentuan UU Zakat No. 23/2011.


Majalah Suara Hidayatullah

Artikel utama Majalah Suara Hidayatullah

Majalah Suara Hidayatullah, atau biasa disingkat Majalah Hidayatullah merupakan salah satu dari badan usaha di lingkungan Hidayatullah yang menggarap bidang pers. Majalah ini dikelola oleh PT Lentera Jaya Abadi, sebuah badan usaha milik ormas Hidayatullah.

 
Salah satu cover majalah Suara Hidayatullah

Awalnya, majalah ini hanya berupa buletin hasil karya beberapa santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Mengingat betapa strategisnya dakwah bil qalam melalui media massa, buletin tersebut terus dikembangkan sampai akhirnya berbentuk majalah seperti sekarang.

Majalah Suara Hidayatullah berisi tentang problematika dan dinamika dakwah, baik di Indonesia maupun dunia. Di dalamnya ada rubrik wawancara dengan tokoh ternama, kajian al-Qur`an dan Hadits, kisah kepahlawanan perjuangan da’i di berbagai pelosok tanah air, hingga masalah keluarga.

Tiras majalah yang terbit sebulan sekali ini sekarang mencapai 50.000-55.000 eksemplar, tersebar di seluruh pelosok tanah air, mulai dari Banda Aceh sampai Merauke. Majalah Suara Hidayatullah berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.

Islamic Medical Service

Artikel utama Islamic Medical Service Diarsipkan 2014-02-22 di Wayback Machine.

sejarah berdiri

Berbicara masalah kesehatan di Indonesia seakan tidak pernah selesai. Di perkotaan, walaupun secara kuantitas layanan kesehatan sudah cukup, tetapi secara kualitas masih rendah khususnya untuk masyarakat miskin. Sementara di pedesaan, tidak hanya secara kualitas yang masih rendah tetapi sarana kesehatan yang masih sangat minim.

Melihat tingginya angka kematian ibu (380/100.000), tingginya angka kematian bayi (40/1000), tingginya penyakit yang menyebabkan kematian dan penyakit menular (seperti demam berdarah, diare, TBC, malaria, dll) dan masih tingginya penyakit kekurangan gizi pada masyarakat. Hal ini di samping karena rendahnya pendidikan, tingkat pendapatan yang masih rendah, letak geografis Indonesia yang mendukung timbulnya penyakit juga karena kualitas pelayanan kesehatan dan kesadaran terhadap masalah kesehatan yang masih sangat rendah.

Apalagi letak geografis Indonesia yang rawan bencana alam, baik bencana alam bersebab alam maupun manusia. Beberapa kejadian bencana alam seakan rutin kita lihat dan dengar, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa dll. Berbagai macam teragedi diatas tentunya sangat menyayat hati dan terasa pilu jika mendengar apalagi melihatnya secara langsung. Sebagai negara yang sudah lama merdeka dan kekayaan alam yang sangat melimpah, rasa malu menghantui kita sebagai warga negara. Apa yang sudah kita berikan dan korbankan melihat berbagai macam kejadian ini. Memang benar sudah banyak lembaga dan perorangan yang sudah ikut bersama-sama membantu berbagai tragedi diatas, tetapi seakan tertelan begitu saja melihat besarnya tragedi kemanusiaan yang terus terjadi.

Menyadari hal ini dan dilatar belakangi oleh rasa kemanusiaan yang sangat besar untuk ikut bersama-sama membantu kaum yang terkena musibah khusunya di bidang kesehatan, maka dibentuklah lembaga kesehatan nasional dengan nama Islamic Medical Service (IMS) pada tanggal 06 Agustus 2008.

Motto

Care and Ready

Informasi legalitas kelembagaan IMS:

IMS-Islamic Medical Service adalah lembaga kemanusiaan nasional dibidang kesehatan dan sosial yang didirikan pada tanggal 06 Agustus 2008, berdasarkan surat keputusan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-4228.AH.01.02 Tahun 2008, Surat Tanda Daftar Suku Dinas Sosial Nomor: 011.31.75.03.1008.12155, Serta Surat Izin Operasional dari dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Nomor: 012.13410.42-1.848/078.6 dan surat izin lainnya

Logo Lembaga

Informasi lambang logo sebagai identitas kelembagaan IMS

IMS Adalah singkatan dari Islamic Medical Service, merupakan nama yang dipopulerkan dengan memakai bahasa Inggris dari nama lembaga Yayasan Layanan Kesehatan Islam.

Bulan sabit Merah:Berarti siap menyebarkan amal kebajikan khususnya bidang kesehatan ke seluruh dunia secara menyeluruh dan yang sebenarnya dengan penuh perjuangan, berwibawa, produktif, berani, siap bersaing dan mengayomi yang lemah.

Kotak berwarna hitam:Berati kuat, powerfull, kokoh dalam pendirian dan tidak mudah terpengaruh

IMS berwarna Abu-abu: Berarti menjadi lembaga yang Intlek, netral dan siap menyongsong masa depan yang cerah

Muslimat Hidayatullah (Mushida)

Mushida merupakan organisasi otonom Hidayatullah, yang telah memiliki 15 Pengurus Wilayah (PW) di seluruh Indonesia. Mushida bergerak dalam bidang da’wah, pendidikan, dan sosial, dengan fokus garapan adalah pemberdayaan wanita, keluarga dan anak.

Visi Muslhida adalah “Membangun keluarga Qur’ani sebagai tonggak utama terwujudnya masyarakat bertauhid”. Untuk menggapai visi tersebut maka setiap program Mushida mengarah kepada pembentuk pribadi muslimah dalam menunjang perannya sebagai pribadi, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat.

Program pembinaan anggota berupa kegiatan majelis ta’lim yang dilaksanakan secara rutin. Pembinaan yang lebih intensif dilaksanakan melalui Halaqah Tarbiyah, kelompok belajar yang beranggotakan maksimal 10 orang dan dengan kurikulum yang telah ditentukan.

Korps Da’iyah Mushida (KDM) adalah divisi dari Mushida yang bertugas mempersipakan da’iyah yang akan diterjunkan langsung ke tengah-tengah masyarakat, dan senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas da’iyah melalui berbagai kegiatan pengkaderan dan pelatihan rutin.

Di bidang pendidikan, Mushida mengemban amanah untuk mengembangkan lembaga pendidikan Hidayatullah pada tingkatan Taman Kanak-Kanak, Taman bermain, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Untuk meningkatkan kualitas guru dilakukan pelatihan rutin, pembinaan manajemen, penerbitan bulletin hingga penyediaan tenaga guru.

Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida)

Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida) adalah koperasi sekunder yang menjadi wadah seluruh jaringan Koperasi Hidayatullah yang tersebar diseluruh Indonesia. Inkophida didirikan di Jakarta pada tahun 1999, dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor: 013/BH/M.1/1999, tanggal 9 April 1999. Saat ini Inkophida memiliki 9 (sembilan) Puskophida (Pusat Koperasi Hidayatullah) ditingkat provinsi dan 142 Kophida (Koperasi Primer Hidayatullah) di tingkat Kabupaten/Kota. Visi Inkophida adalah membangun jaringan ekonomi ummat yang berkeadilan dan saling menguntungkan.

Hidayatullah dan pemberdayaan masyarakat pedalaman

Sebagai organisasi yang lahir di Kalimantan Timur, maka Hidayatullah memiliki perhatian besar terhadap pengembangan wilayah Kalimantan.

Selain di Kalimantan, Hidayatullah juga memberikan perhatian kepada Irian (Papua). Di hampir semua kota di Papua, terdapat da’i Hidayatullah, yang salah satu kegiatannya adalah mendirikan pesantren, dengan menerima murid dari lingkungan setempat. Hal serupa dilakukan di Timor Timur sebelum kawasan itu lepas dari Indonesia.

Piagam Gunung Tembak

Silaturrahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2013 yang digelar selama 4 hari di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, mencetuskan lembar kesepahaman bernama Piagam Gunung Tembak.

Piagam tersebut ditandatangani Pimpinan Umum Hidayatullah KH. Abdurrahman Muhammad, Ketua Dewan Syura Hamim Thohari, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Abdullah Ihsan, dan Ketua Umum PP Hidayatullah Abdul Mannan. Penandatanganan serta pembacaan piagam itu dilakukan di aula utama arena Silatnas pada Hari Senin tanggal 24 Juni 2013

Piagam Gunung Tembak memuat enam butir komitmen untuk warga Ormas Hidayatullah. Butir-butir piagam tersebut menegaskan bahwa membangun peradaban Islam adalah jihad bagi setiap orang yang beriman. Berikut ini isi lengkap Piagam Gunung Tembak:


Bismillaahirrahmanirrahiim

  1. Bahwa membangun Peradaban Islam adalah jihad bagi setiap orang yang beriman.
  2. Bahwa pusat Peradaban Islam adalah masjid. Oleh karena itu, setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid sebagai pusat kegiatan ibadah, pusat pengembangan ilmu, pusat kebudayaan Islam, pusat pengembangan karakter dan kepemimpinan umat.
  3. Bahwa setiap kader Hidayatullah wajib melaksanakan shalat berjamaah di masjid, melazimkan shalat nawafil, terutama qiyamul lail, membaca al-Qur’an dan melaksanakan amalan ibadah sesuai dengan ketentuan syari’ah.
  4. Bahwa setiap kader Hidayatullah adalah generasi Rabbani yang wajib menghidupkan majelis ilmu, membangun tradisi keilmuan dan berdakwah menyebarkan Islam. Oleh karena itu kader Hidayatullah wajib berhalaqah sebagai sarana untuk melakukan transformasi ilmu, transformasi karakter dan transformasi sosial.
  5. Bahwa kader Hidayatullah harus menjadi generasi yang berkarakter, peduli, suka menolong, gemar berkorban, tawadhu’, militan, qana’ah, wara’ dan mengutamakan kehidupan akhirat.
  6. Bahwa setiap pemimpin dan kader Hidayatullah wajib menjadi teladan di tengah umat. Untuk itu setiap kader harus membangun soliditas jamaah dan ukhuwah Islamiyah.[1]

Referensi

Pranala luar