Nggua
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Nggua merupakan seremoni adat yang yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia dengan dirinya demi kesejahteraan hidup dan hubungan dengan alam dan sang pencipta sebagai ucapan rasa syukur seusai panen. Nggua sendiri berasal dari kata Nggu yang artinya bunyi dan a yang artinya ada atau sudah ada, kami ada. Arti umumnya adalah ola tau, ola meko utu bheni tebo.[1]
Ritual adat Nggua ini biasa dilaksanakan pada bulan september di Desa adat Saga Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende Provinisi Nusa Tenggara Timur. Ritual ini dipimpin oleh Mosalaki (Kepala Suku) yang dihadiri para Mosalaki lainnya, Fai walu ana kalo (masyarakat adat) yang masih menetap di desa adat tersebut maupun yang sudah menetap diluar.[2]
Seremonial Nggua biasanya dilaksanakan selama sepekan yang dimulai dari Nggua Uta, Nguua uwi, Tu are, Roro uwi dan puncaknya adalah Gawi sodha atau menari bersama dengan senandung-senandung adat yang dipimpin seorang Mosalaki.[1]
Ritual adat Nggua diawali dengan So Au yakni ritual penunjukan lahan baru yang akan dibuka yang diikuti dengan ritual Ngeti. Selanjutnya dilakukan tahapan pembersihan ladang dan pembakaran yang diakhri dengan acara Seru Fata atau tolak bala agar ladang tersebut bebas dari hama dan mendapat hasil berlimpah.[3]
Setelah ladang disipakan maka akan dilakukan kegiatan penanaman yang disebut Tedo yang dipimpin langsung oleh Mosalaki. Setelah berumur tiga bulan dilaksanakanlah upacara Nggua Uta Bue. Apabila telah siap panen maka dilaksankan kegiatan memanen atau Keti pare yang selanjutnya akan disimpan dalam lumbung atau Bengge.[3]
Seluruh rangkaian kegiatan itulah yang disebut Nggua yakni diawali dengan upacara membuka lahan baru dan diakhiri dengan menari atau Gawi sodha bersama pada sebagai puncak kegiatan seremonial Nggua. Rangkain Nggua ini bermakna atau sebagai lambang persatuan antara Mosalaki atau tetua adat dengan Fai walu ana kalo (masyarakat adat) dalam membangun persekutuan seraya memuja menyembah kepada Pencipta, alam semesta dan leluhur.[3]
Referensi
- ^ a b "Nggua, Syukuran Panen Komunitas Adat Saga NTT". Cendana News. 2016-12-04. Diakses tanggal 2019-09-30.
- ^ "Masyarakat Adat Saga Gelar Pesta Adat Nggua Uta Dan Nggua Uwi". expoNTT.com. 2017-09-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-30. Diakses tanggal 2019-09-30.
- ^ a b c Abba, Ardy (2017-09-04). ""Nggua" dan Peradaban Masyarakat Adat Saga". VoxNtt.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-09-30.