Nahwu
Ilmu an-Nahwu (bahasa Arab: ﻋﻠﻢ النحو; bahasa Indonesia: nahu, sintaksis; bahasa Inggris: syntax) merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf/harakat terakhir dari suatu kata.
Definisi
Menurut Etimologi
Nahwu diambil dari kata bahasa arab Nahwu yang artinya contoh,
Nahwu Jaa Zaidun Contohnya adalah Zaid telah datang
Menurut Terminologi
Nahwu adalah ilmu yang membahas pokok-pokok (isim, fi’il, huruf, macam-macam i’rob, awamil, tawabi’ dll.) yang dengan ilmu tersebut dapat diketahui keadaan-keadaan akhir kalimah baik secara i’rob maupun mabni[1]
Menurut Bahasa Arab
Pengertian Ilmu nahwu adalah:
- Ilmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik berubah (i'rab) atau tetap (bina).[2]
- kaidah-kaidah yang dengannya diketahui hukum-hukum akhir-akhir kata bahasa arab dalam keadaan tersusun.
- Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi'lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan (i'rab) huruf akhir dari sebuah kata[3].
Menurut KBBI
- Ilmu nahu ilmu tt susunan dan bentuk kalimat; sintaksis;
- nahu /na·hu/ n Ling 1 tata bahasa (menyangkut tata kalimat dan tata bentuk); gramatika; 2 sintaksis;
-- bentuk nahu yg mengkaji bentuk kata dan kata jadiannya; ilmu tt tata bentuk kata; morfologi; -- saraf gramatika
Subjek
Subjek pembahasan dari ilmu nahwu adalah huruf (harf), kata (kalimah) dan kalimat (jumlah).
Tujuan
Tujuan pelajaran Ilmu nahwu adalah sebagai penjagaan lisan dari kesalahan dalam pengucapan lafal bahasa arab dan untuk memahami alquran serta hadits Nabi ﷺ dengan pemahaman yang benar, yang mana Al-Qur'an dan As-Sunnah inilah asal syariat Islam dan di atas kedua hal tersebut pembahasan seputar syariat islam terjadi.
Penemu Ilmu Nahwu
Penemu ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad Ad-Du'ali
Suatu saat Aswad Ad-duali mendengarkan anak perempuannya berucap
ما أجمل السماء
(baca : maa ajmalusamaai")
maka Aswad Ad-Duali pun menjawab : Kawakibuhaa atau Nujumuha Bintang bintangnya, karena Abu Al-Aswad Ad-Du'ali mengira anak perempuannya bertanya
namun anaknya membantah, yang ia maksud adalah takjub bukan pertanyaan.
maka Aswad Ad-Duali pun menjawab :
iftahii Fiiki : Bukalah Mulutmu
Yang Maksudnya adalah sebagati teguran bacaannya adalah Maa Ajmalaassama'a !
bukan Maa Ajmalassama'u
Aswad Ad-Dauli pun menceritakan prihal ini kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kemudian Sayyidina Ali memerintahkan untuk mendokumentasikan prihal ilmu nahwu, agar tidak ada lagi kesalahan bacaan dan pengucapan dalam bahasa arab hingga membuat makna yang berbeda
Lihat pula
Referensi
- ^ al-Ahdal, Muhammad ibn Ahmad ibn Abd al-Baariy. Al-Kawakib ad-Durriyah.
- ^ Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab; abu Hamzah Yusuf; (2007):Pustaka Adhwa Bandung; ISBN 978-979-15859-0-3
- ^ Arabic Grammar Syntax Made Easy; Madrasah Islaamiyyah Benoni
Pranala luar
- Buku elektronik
- Cikal bakal kelahiran Ilmu-nahwu
- Penjelasan kaidah nahwu lengkap Al-Kawakib Al-Ajurumuiyah Diarsipkan 2013-10-16 di Wayback Machine.
- Laman web
- Buku pelajaran ilmu nahwu populer
- Anwar Abd Rahman (2010) "Sejarah Ilmu Nahwu dan Perkembangannya" Jurnal Adabiyah Vol X No 1