Suku Lampung

kelompok etnik pribumi yang berasal dari Lampung

Suku Bangsa Melayu Lampung yang biasa disebut Jamma Lappung (Lampung). (Suku Melayu Lampung) mungkin, secara tradisional geografis merupakan salah satu rumpun dari masyarakat melayu yang berdiam di pulau Sumatera bagian paling selatan. Yakni seluruh provinsi Lampung, pada awal mulanya berdiam di tengkuk Gunung Pesagi. sebagian provinsi Sumatra Selatan bagian selatan dan tengah seperti daerah Martapura pada tahun 1963, Kayu Agung di Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir, juga didaerah Merpas Nasal Kaur di sebelah selatan Bengkulu, serta didaerah Cikoneng di pantai barat Banten. Suku Bangsa Lampung juga memiliki sub-suku yaitu Suku Komering dan Suku Daya di Sumatra Selatan.

Suku Melayu Lampung

Suku Lampung
Berkas:Saibatin dan Pepadun.jpg
Siger adalah mahkota wanita pengantin Suku Bangsa Lampung yang terdiri atas masyarakat SaiBatin dan Punyimbang.
Daerah dengan populasi signifikan
Lampung2.028.190
Jawa Barat92.862
Banten64.803
Jakarta45.215
Sumatra Selatan44.983
Bahasa
Bahasa Lampung
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Suku Palembang
Suku Melayu
Suku Komering

Sejarah

Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku Bangsa Indonesia yang lain. Suku Bangsa Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.

Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat telah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut To-Lang Po-Hwang, To berarti orang dan Lang-Po-Hwang adalah Lampung. Menunjukan bukti bahwa telah datang kenegeri Tiongkok, utusan dari masyarakat Lampung pada abad ke VII.

Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali. Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466.

Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.

Adat-istiadat

Masyarakat Adat Lampung terdiri atas dua sistem Pemerintahan Adat yakni Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Saibatin (Peminggir/Pesisir) dan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun/Pedalaman). Dengan penjelasan sebagai berikut:

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Saibatin

Masyarakat Komunitas Budaya Saibatin dari dahulu hingga saat ini dinamakan Masyarakat Adat Lampung Peminggir (Pesisir). Karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan adat Saibatin antara lain: Bandar Lima Way Lima, Bandar Enom Semaka, untuk di Kepaksian Sekala Brak Marga Buay Kenyangan, Buay Nyerupa, Buay Belunguh, Buay Bejalan di Way, Saibatin Marga Ulu Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Melinting Tiyuh Pitu, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Pitu Kepuhyangan Komering, Telu Marga Ranau dan Cikoneng Pak Pekon[1].

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun)

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang atau yang sering kali juga dinamakan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Pepadun berdiam didaerah pedalaman Lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan budaya Penyimbang antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay, Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo[2].

Pedoman Hidup Suku Bangsa Lampung

Tujuh Pedoman Hidup Suku Bangsa Lampung

  1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
  2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
  3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
  4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
  5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
  6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
  7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.

Falsafah Hidup Suku Bangsa Lampung

Artikel Lengkap di Piil Pesenggiri

Falsafah Hidup Suku Bangsa Lampung termaktub dalam ajaran Piil Pesenggiri, yaitu:

  1. Pesenggiri, mengandung ajaran: Tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang datang didalam kehidupan. Keberanian adalah merupakan bagian dari harga diri.
  2. Juluk-Adok, mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat orang lain terhormat, tetapi juga menunjukan diri yang bermartabat.
  3. Nemuy-Nyimah, mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling menghormati.
  4. Nengah-Nyappur, mengandung ajaran: Selalu bergaul ditengah masyarakat. Memperluas hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
  5. Sakay-Sambayan, mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat diselesaikan pula secara bersama-sama.

Bahasa Lampung

Artikel Utama : Bahasa Lampung

Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Bangsa Lampung yang berada di Provinsi Lampung, selatan Sumatera Selatan, selatan Bengkulu dan pantai barat Banten. Berdasarkan pemetaan bahasa. Bahasa Lampung memiliki Dua Sub-Dialek yaitu Sub-Dialek A dan Sub-Dialek O yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sub-Dialek A (api) dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain: Sekala Brak, Bandar Enom Semaka, Bandar Lima Way Lima, Melinting Tiyuh Pitu, Saibatin Marga Ulu Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Pitu Kepuhyangan Komering, Telu Marga Ranau, Cikoneng Pak Pekon, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay

Sementara Sub-Dialek O (nyow) dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain : Abung Siwo Mego dan Mego Pak Tulangbawang Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo.

Aksara Lampung

Artikel Utama : Aksara Lampung

Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.

Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

Marga Lampung

Masyarakat Lampung terdiri atas 4 Kepaksian dan 83 kemargaan yang terhimpun dalam kemargaan dan kebuwayan, tersebut antara lain:

Bandar Lima Way Lima (Pesisir Pemanggilan)

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Bandar Putih
  • Bandar Badak
  • Bandar Limau
  • Bandar Pertiwi
  • Bandar Kelumbayan
  • Marga Way Lima
  • Marga Gunung Alip (Talang Padang)

Marga Pesisir Teluk

  • Teluk Betung
  • Sabu
  • Menanga
  • Hurun
  • Ratai
  • Punduh
  • Pedada

Marga Pesisir Semaka

  • Buay Belunguh
  • Benawang
  • Way Ngarip Semuong
  • Pematang Sawa

Marga Abung (Federasi Abung Siwo Migo)

  • Marga Selawai Kunang
  • Buay Nyunyai
  • Subing (Lebuan)
  • Sukadana
  • Unyi Way Seputih
  • Subing
  • Buay Buliuk
  • Buay Nyerupa
  • Anak Tuha
  • Buay Unyi

Marga Rebang Semendo

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Rebang Pugung
  • Rebang Seputih
  • Kasui

Masyarakat /Marga Jelma D oya (Federasi Buay Lima Way Kanan)

Terdiri atas beberapa Buay/marga antara lain:

  • Buay Bungamayang
  • Buay Berdatu
  • Buay Semenguk
  • Buay Pemuka Pengiran Udik
  • Way Tuba
  • Buay Bahuga
  • Buay Pemuka Pengiran
  • Buay Berasakti
  • Buay Pemuka Pengiran Ilir
  • Buay Pemuka Bangsa Raja

Masyarakat Marga Melinting

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Jabung
  • Melinting
  • Sekampung

Masyarakat Marga Tulang Bawang (Federasi Mego Pak Tulang Bawang)

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Mesuji Lampung
  • Buay Bulan Udik
  • Tegamoan
  • Suai Umpu
  • Buay Bulan Ilir
  • Aji

Kepaksian Pernong Sekala Brak

Paksi Buay Pernong terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Buay Kenyangan
  • Marga Suoh
  • Marga Way Sindi
  • Marga La'ai
  • Marga Bandakh
  • Marga Pedada
  • Marga Ulu Krui/Gunung Kemala
  • Marga Way Napal
  • Marga Tenumbang
  • Marga Bengkunat

Kepaksian Belunguh

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Way Tenong
  • Marga Ngambur
  • Marga Ngaras
  • Marga Belimbing

Kepaksian Bejalan Diway

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Pugung Penengahan
  • Marga Pugung Malaya
  • Marga Pugung Tampak
  • Marga Pulau Pisang

Kepaksian Nyerupa

  • Marga Liwa
  • Marga Sukau
  • Pasar Krui. Catetan : Marga Pasar Krui berdiri sendiri di bawah kemargaan Bengkulu[3].

Sastra Lampung

Artikel Lengkap di Sastra Lampung

Tokoh Lampung

Artikel Utama: Daftar Tokoh Lampung

Lihat Pula

Catetan Atau Referensi

  • Adat Istiadat Daerah Lampung. Hilman Hadikusuma dkk. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung. 1977
  • Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Profil Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Prof.Dr.H.A Fauzie Nurdin, M.S. 2018
  • Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Hilman Hadikusuma. Bandar Madju Bandung. 1989
  • Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Kepaksian Pernong Sekala Brak Menjawab Sejarah. Tim Advis Prof. Dr. Sudjarwo (Koord). 2018

Pranala Luar

  1. ^ https://onechieknews.com/2020/02/16/sejarah-kroe-krui-pesisir-barat-dalam-catatan-di-buku-bijdrage-tot-de-geograpische-geologische-en-ethnograpische-kennis-der-afdeeling-kroe-o-l-helfrich-tahun-1889/
  2. ^ Kanwil Badan Pertanahan Nasional, Provinsi Lampung (1930–2005). Peta Marga Provinsi Lampung. Provinsi Lampung: Dewan Perwatin LMAL Provinsi Lampung. hlm. 1. 
  3. ^ https://sekalabrak.com/batas-kekuasaan-umpu-ratu-pernong-sesuai-yang-tertulis-didalam-tambo-kulit-kayu/