Gereja di Timur

gereja di Suriah

Gereja di Timur (bahasa Suryani: ܥܕܬܐ ܕܡܕܢܚܐ, ʿĒḏtā d-Maḏenḥā), yang juga disebut Gereja Persia[10][11] atau Gereja Nestorian,[keterangan 1] adalah salah satu Gereja Timur pengamal Ritus Suryani Timur yang berbasis di Mesopotamia. Gereja ini adalah salah satu dari tiga cabang utama Gereja Timur yang lahir dari kontroversi-kontroversi kristologis abad ke-5 dan ke-6. Dua cabang utama lainnya adalah Gereja-Gereja Ortodoks Oriental dan Gereja Ortodoks Timur. Pada permulaan zaman modern, sederet skisma memecah Gereja ini menjadi beberapa kebatrikan yang saling bersaing, kadang-kadang ada dua, dan kadang-kadang ada tiga kebatrikan dalam waktu yang bersamaan.[12] Sejak paruh akhir abad ke-20, tiga Gereja di Irak mengaku sebagai penerus sah Gereja di Timur, sementara Gereja-Gereja Suryani Timur di India mengaku sebagai penerus sah Gereja di Timur cabang India.

Gereja di Timur
ܥܕܬܐ ܕܡܕܢܚܐ
Reruntuhan biara Mar Elia di Irak pada tahun 2005, dihancurkan NIIS pada tahun 2014.
JenisKristen Timur
OrientasiKristen Suryani[1]
TeologiDiofisitisme,[2]
Nestorianisme[keterangan 1]
Bentuk
pemerintahan
Keuskupan
Kepala GerejaBatrik-Katolikos di Timur
WilayahTimur Tengah, Kerala, Timur Jauh
LiturgiRitus Suryani Timur
(Liturgi Adai dan Mari)
Kantor pusatBabel (menurut tradisi Gereja Purba),
Edesa,[3][2][4]
Seleukia-Ktesifon[5]
PendiriYesus Kristus (menurut Tradisi Suci)
Rasul Tomas
DidirikanZaman Apostolik (menurut tradisi Gereja di Timur)
Kemaharajaan Persia Sasani[1][keterangan 2]
PecahanSkisma tahun 1552 memecah Gereja ini menjadi dua kebatrikan, kemudian menjadi empat kebatrikan, tetapi kembali menjadi dua kebatrikan pada tahun 1830. Salah satu kebatrikan tersebut sekarang ini adalah Gereja Katolik Kaldea, sementara kebatrikan yang satu lagi pecah pada tahun 1968 menjadi Gereja Asyur di Timur dan Gereja Purba di Timur.
Metropolia India pecah menjadi golongan Suryani Timur dan golongan Suryani Barat sesudah Sinode Udayamperur tahun 1599.
Nama lainGereja Nestorian, Gereja Persia, Gereja Suriah Timur

Gereja di Timur menata diri menjadi Gereja nasional Kemaharajaan Persia Sasasi dalam Konsili Seleukia-Ktesifon tahun 410. Pada tahun 424, Gereja di Timur mengumumkan kemandiriannya dari tatanan Gereja di Kekaisaran Romawi. Kepala Gereja di Timur adalah Batrik di Timur yang bertakhta di Seleukia-Ktesifon selaku penerus suksesi kepemimpinan yang (menurut tradisi Gereja di Timur) bermula pada Zaman Apostolik. Menurut tradisinya sendiri, Gereja di Timur didirikan Rasul Tomas pada abad pertama. Ritus liturgisnya adalah Ritus Suryani Timur yang menggunakan Liturgi Suci Santo Adai dan Santo Mari.

Sebagai bagian dari Gereja Raya, Gereja di Timur menjalin persekutuan dengan Gereja-Gereja di Kekaisaran Romawi sampai Konsili Efesus menganatema Nestorius pada tahun 431.[1] Para pendukung Nestorius mengungsi ke Persia, karena Gereja di Timur menolak ikut-ikutan menganatema Nestorius, sehingga dituding menganut paham Nestorianisme, bidat yang konon diajarkan Nestorius. Inilah sebabnya Gereja Barat dan semua Gereja Timur lainnya, baik dari golongan Kalsedon maupun dari golongan non-Kalsedon, melabeli Gereja di Timur dengan sebutan "Gereja Nestorian". Dari segi politik, Persia dan Roma ketika itu sedang berperang, sehingga Gereja di Timur terpaksa menjaga jarak dengan Gereja-Gereja di wilayah Romawi.[13][14][15] Belakangan ini, para sarjana menyifatkan sebutan "Nestorian" sebagai "sebutan keliru yang patut disesali",[16][17] dan tidak tepat secara teologis.[11] Gereja di Timur sendiri pun menyebut diri "Nestorian", menganatema Konsili Efesus, dan menggelari Nestorius sebagai santo di dalam liturginya.[18][19] Meskipun demikian, para ahli kristologi Gereja di Timur pada akhirnya bersidang dan meratifikasi keputusan Konsili Kalsedon dalam Sinode Mar Aba I tahun 544.[20][2]

Sebagai golongan dzimmi di bawah daulat Islam di Persia (633-654), Gereja di Timur memainkan peran utama di dalam sejarah Kekristenan di Asia. Antara abad ke-9 sampai abad ke-14, Gereja di Timur merupakan denominasi Kristen terbesar di dunia dari segi luas geografis. Gereja di Timur mendirikan keuskupan-keuskupan dan paguyuban-paguyuban dari Laut Tengah serta Irak dan Iran sekarang ini, sampai ke India (|umat Kristen Santo Tomas pengamal ritus Suryani di Kerala), kerajaan-kerajaan bangsa Mongol di Asia Tengah, dan kemaharajaan kulawangsa Tang di Tiongkok (abad ke-7 sampai abad ke-9). Pada abad ke-13 dan ke-14, Gereja di Timur mengalami masa-masa ekspansi terakhirnya di bawah daulat kemaharajaan bangsa Mongol, yakni masa-masa ketika para rohaniwan Gereja di Timur mendapat tempat di dalam majelis istana Mongol.

Bahkan sebelum mengalami keterpurukan di bidang ekspansi pada abad ke-14, Gereja di Timur sudah kehilangan pijakan di kandang sendiri. Kemerosotan tampak pada penurunan jumlah keuskupan yang masih aktif. Sekitar tahun 1000, ada lebih dari enam puluh keuskupan di kawasan Timur Dekat, tetapi pada pertengahan abad ke-13 sudah tinggal sepertiganya saja, dan merosot menjadi tujuh keuskupan sesudah Timur Leng berkuasa.[21]

Baca juga

Referensi

Keterangan

  1. ^ a b Sekalipun lebih populer, label "Nestorian" sudah dibantah dan dicap keliru. Baca bagian § Penyifatan sebagai Nestorian untuk ihwal penamaan dan sebutan-sebutan alternatif untuk Gereja ini.
  2. ^ Historiografi tradisional Dunia Barat mengenai Gereja ini menetapkan tahun 431 sebagai tahun pendiriannya, yakni tahun penyelenggaraan Konsili Efesus sekaligus tahun terjadinya "Skisma Nestorian". Meskipun demikian, Gereja di Timur sudah eksis sebagai sebuah organisasi tersendiri pada tahun 431, dan nama Nestorius tidak tercantum di dalam semua surat keputusan sinode Gereja ini sampai abad ke-7.[6] Paguyuban-paguyuban umat Kristen yang terisolasi dari Gereja di Kekaisaran Romawi agaknya sudah eksis di Persia sejak abad ke-2.[7] Gereja ini mengembangkan suatu hierarki gerejawi yang mandiri sepanjang abad ke-4,[8] dan mencapai identitas kelembagaan yang paripurna ketika ditetapkan menjadi Gereja yang secara resmi diakui pemerintah Persia oleh Syah Yazdegerd I pada tahun 410.[9]

Rujukan

  1. ^ a b c Wilken, Robert Louis (2013). "Syriac-Speaking Christians: The Church of the East". The First Thousand Years: A Global History of Christianity. Choice Reviews Online. 50. New Haven dan London: Yale University Press. hlm. 222–228. doi:10.5860/choice.50-5552. ISBN 978-0-300-11884-1. JSTOR j.ctt32bd7m.28. LCCN 2012021755. 
  2. ^ a b c Meyendorff 1989, hlm. 287-289.
  3. ^ 1 Petrus 1:1 dan 1 Petrus 5:13 5:13
  4. ^ Broadhead 2010, hlm. 123.
  5. ^ Stewart 1928, hlm. 15.
  6. ^ Brock 2006, hlm. 8.
  7. ^ Brock 2006, hlm. 11.
  8. ^ Lange 2012, hlm. 477–9.
  9. ^ Payne 2015, hlm. 13.
  10. ^ Fiey 1994, hlm. 97-107.
  11. ^ a b Baum & Winkler 2003, hlm. 4.
  12. ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 112-123.
  13. ^ Procopius, Wars, I.7.1–2
    * Greatrex–Lieu (2002), II, 62
  14. ^ Joshua the Stylite, Chronicle, XLIII
    * Greatrex–Lieu (2002), II, 62
  15. ^ Procopius, Wars, I.9.24
    * Greatrex–Lieu (2002), II, 77
  16. ^ Brock 1996, hlm. 23–35.
  17. ^ Brock 2006, hlm. 1-14.
  18. ^ Joseph 2000, hlm. 42.
  19. ^ Wood 2013, hlm. 140.
  20. ^ Moffett, Samuel H. (1992). A History of Christianity in Asia. Jilid I: Beginnings to 1500. HarperCollins. hlm. 219. 
  21. ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 84-89.

Kepustakaan

Pranala luar