Jalan Raya Pos

jalan raya di Indonesia
Revisi sejak 23 Juli 2021 09.49 oleh AnsyahF (bicara | kontrib) (Pertanyaan tentang pembangunan atau peningkatan jalan, pengubahan susunan kata, dan penambahan galeri)

Jalan Raya Pos (bahasa Belanda: De Grote Postweg atau De Groote Postweg, bahasa Prancis: La Grande Route) adalah jalan raya sepanjang sekitar 1.000 kilometer, yang membentang di sepanjang pantai utara Pulau Jawa dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini dibangun pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811).

Jalan Raya Pos pada masa Hindia Belanda

Latar belakang

Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Bonaparte, adik Napoleon Bonaparte yang menjadi raja di Belanda saat terjadinya Peperangan Napoleon di Eropa. Salah satu instruksi Louis pada Daendels ketika menjadi Gubernur Jenderal adalah ia wajib memperhatikan sarana yang cocok dibangun sesuai dengan kesepakatan para bupati dan dapat memperbaiki nasib pribumi Hindia Belanda. Maka, Daendels memutuskan untuk membangun jalan raya.[1]

Keinginan Daendels untuk membuat jalan raya di sepanjang Jawa mungkin dipengaruhi oleh perjalanannya menuju Jawa. Adanya ancaman Inggris di lautan memaksa ia harus melalui perjalanan darat ke Afrika melalui Prancis dengan jalan-jalan yang dibuat oleh Napoleon Bonaparte. Ia juga melakukan perjalanan di dalam Pulau Jawa yang rumit dan memakan banyak waktu.[2]

Pembangunan

 
Daendels membangun Jalan Raya Pos di atas Jawa. Sebuah ilustrasi anonim ca 1910

Pada 29 April 1808, agar lebih mengetahui permasalahan di Jawa lebih lanjut, Daendels melakukan perjalanan dari Butenzorg ke Semarang dan ujung timur Jawa. Setibanya di Semarang pada 5 Mei 1808, ia mengeluarkan perintah untuk memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa yang telah ada sebelumnya. Karena keterbatasan biaya, Daendels hanya meratakan jalan dari Batavia ke Buitenzorg (kini Bogor) dan membangun petak jalan di Preanger. Sisanya, yaitu jalan dari Cirebon hingga Surabaya dikerjakan oleh para bupati di daerahnya masing-masing.[3]

Dengan jalan raya yang sisanya dikerjakan oleh para bupati, Daendels tidak perlu membuat laporan rinci untuk jalan-jalan tersebut. Akibatnya, arsip-arsip kolonial yang memuat laporan pembangunan jalannya hampir tidak ada, dan satu-satunya sumber informasinya berasal dari korespondensi antara Daendels dengan Paulus van der Heim [nl], Menteri Perdagangan dan Koloni saat itu.[4] Karenanya, tidak diketahui dengan pasti apakah Jalan Raya Pos seluruhnya adalah jalan yang baru atau merupakan penggabungan dan peningkatan dari jalan-jalan yang sudah ada. Namun, Peter J. M. Nas & Pratiwo (2002) menyimpulkan bahwa sebagian besar pengerjaannya terdiri dari peningkatan dari jalur-jalur yang sudah ada dan pembangunan hubungan jalan yang hilang.[2]

Tahap pertama

Tahap pertama pembangunan jalan dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini Kecamatan Tomo di Sumedang) melalui Cisarua, Cianjur, Rajamandala, Bandung, Parakan Muncang, dan Sumedang. Daendels menginstruksikan pada komisaris yang menangani urusan pribumi Hindia Belanda bahwa jalan harus dibuat selebar 2 Rijnlandse roede (~7.5 meter) dan dibangunkan tiang pada setiap 400 Rijnlandse roede (~1.5 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan tujuan pemeliharaan jalan di antara distrik-distrik. Proyek ini diawasi oleh seorang kolonel zeni yang bernama Balthazar Friedrich Wilhelm van Lützow dengan bantuan dari Komisi Negara dan dua insinyur militer. Van Lützow kemudian menyerahkan sebagian pengerjaan, yaitu jalan Cisarua-Cianjur dan Parakan Muncang-Karangsambung, kepada dua insinyurnya. Masing-masing insinyur dibantu oleh dua bintara.[5][6]

Jumlah pekerja dan upah yang ditetapkan Daendels untuk membangun jalan ini dirinci sebagai berikut:[5]

Dari Ke Jumlah pekerja Upah

(ringgit perak)

Cisarua Cianjur 400 orang 10 per orang/bulan
Cianjur Rajamandala 150 orang 4 per orang/bulan
Rajamandala Bandung 200 orang 6 per orang/bulan
Bandung Parakan Muncang 50 orang 1 per orang/bulan
Parakan Muncang Sumedang 150 orang 5 per orang/bulan
Sumedang Karangsambung 150 orang 4 per orang/bulan

Pada 28 Maret 1809, para pekerja dari Batavia dan Preanger yang membangun jalan antara Cianjur-Sumedang diberi bantuan berupa 1.5 pon beras setiap hari dan 5 pon garam garam setiap bulan hingga jalan selesai dibangun. Sehari kemudian, para pekerja juga diberi kapak dan peralatan lainnya. Selain itu, para pekerja dari Cirebon dan daerah vorstenlanden yang membangun jalan di Sumedang akan diberi upah dua ringgit perak setiap bulan ditambah tiga gantang beras. Sementara para mandor akan diberi upah tiga ringgit perak setiap bulan.[7]

Fungsi

Jalan Raya Pos adalah jalan militer yang dimaksudkan untuk memudahkan pengerahan tentara dan pasokan secara aman dalam rangka mempertahankan Jawa. Sebelum jalan ini dibangun, sekitar 1750 sudah ada jalan yang menghubungkan Batavia ke Semarang dan seterusnya ke Surabaya. Terlebih lagi, jalan yang menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta juga sudah ada pada waktu itu. Akan tetapi, hujan tropis yang deras seringkali menghancurkan jalannya.[2]

Selain untuk kepentingan militer, Jalan Raya Pos juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Jalan-jalan yang awalnya rusak membuat penduduk setempat harus membayar ongkos pengangkutan hasil buminya lebih mahal. Fungsi lainnya dari jalan ini adalah sebagai pos komunikasi yang saat itu dianggap berguna karena sulitnya komunikasi antara pemerintahan Daendels yang berkedudukan Batavia dengan daerah lainnya.[8]

Film

Pada 1996, seorang produser asal Belanda, Pieter van Huystee, memproduksi film dokumenter De Groote Postweg (Jalan Raya Pos) dengan Bernie Ijdis sebagai sutradara dan penulisnya.[9] Film ini diputar di beberapa gedung bioskop di Belanda, Italia dan Prancis. Pramoedya Ananta Toer mengisi narasi untuk film ini.[10]

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki
  1. ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 16-18.
  2. ^ a b c Nas & Pratiwo 2002, hlm. 709.
  3. ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 19.
  4. ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 25-26.
  5. ^ a b Chijs 1895, hlm. 700-701.
  6. ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 5-7.
  7. ^ Chijs 1895, hlm. 702.
  8. ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 18.
  9. ^ "Jalan Raya Pos/De Groote Postweg". Nederlands Film Festival (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-16. 
  10. ^ Ijdis, Bernie. "The Great Post Road". Peter van Huystee Films. Diakses tanggal 2021-07-16 – via YouTube. 
Bibliografi