Arco Renz
Pemulai artikel ini menambahkan: Halaman yang diusulkan untuk dihapus ini dipertentangkan. Orang yang menambahkan pengumuman ini merasa bahwa halaman ini tidak seharusnya diberi {{Hapus}}, dan meminta supaya halaman ini tidak buru-buru dihapus dulu selama masih diperbincangkan. Silakan membaca alasan lengkapnya di halaman pembicaraan halaman ini.
|
Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp merupakan sebuah platform sosial berbentuk kamp tari kontemporer yang didirikan pada tahun 2015 di Kota Bandung, Jawa Barat. Program dari Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp ini diselenggarakan tiap tahun di NuArt Sculpture Park, sebuah galeri yang khusus menampilkan karya milik Nyoman Nuarta. Komunitas yang didirikan oleh Keni Soeriaatmadja dan Ratna Yulianti ini bertujuan untuk menjadi wadah atau tempat berprosesnya para penari kontemporer di seluruh penjuru Indonesia. SKDC bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekosistem seni tari kontemporer dan bagaimana tari kontemporer dapat merepresentasikan keberagaman budaya di Indonesia.[1] Setelah mengikuti program yang diselenggarakan, para peserta diharapkan dapat terus mempertahankan, mengembangkan dan menghidupkan kembali semangat penciptaan seni pertunjukan di Indonesia yang kian lama tergerus jaman, khususnya di kancah seni kontemporer.[2] Penari dan koreografer kontemporer ternama seperti Arco Renz, Eko Supriyanto, Fathurrahman bin Said, Hartati, Melati Suryodarmo, Lim How Ngean, dan Melanie Lane turut serta menjadi mentor dalam program ini.[3]
Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp SKDC | |
---|---|
Gambaran umum | |
Singkatan | SKDC |
Didirikan | 2015 |
Struktur | |
Penggagas & Direktur | Keni K. Soeriaatmadja |
Keuangan & Bidang Edukasi | Ratna Yulianti |
Marketing Communication | Agni Ekayanti Sunarya |
Sekretariat | Tazkia Hariny Nurfadlillah |
Tim Editorial | Galuh Pangestri |
Tim Kuratorial | Eka Wahyuni |
Koordinator Program & Peserta | Ferry C. Nugroho |
Business Development | Adhika Annissa |
Web Development | Andy Ahadiat |
Situs web | |
https://dokumentari.org | |
Sejarah
Sasikirana merupakan sebuah nama yang berasal dari bahasa Jawa yang dapat diartikan sebagai ‘bulan yang terang’.[4] Nama sasikirana dipilih sebagai penghormatan kepada guru dari pendiri komunitas ini, yaitu Keni Soeriaatmadja dan Ratna Yulianti, yang merupakan anggota dari Bengkel Tari Ayubulan (BTAB), sebuah komunitas tari Bali yang diusung oleh maestro legong, Ayu Bulantrisna Djelantik.
Ide untuk membuat sebuah komunitas tari kontemporer di Bandung ini berawal dari keingintahuan para pendirinya akan perkembangan tari kontemporer di Indonesia, terutama di Kota Bandung. Selama ini, tari kontemporer banyak berkembang di beberapa kota tertentu saja seperti di Yogyakarta, Surakarta, dan Jakarta. Kota Bandung sendiri seringkali ‘dilewat’ untuk perhelatan tari kontemporer. Oleh karenanya, Keni dan Ratna kemudian mengajukan ide untuk membuat sebuah pelatihan (camp) tari kontemporer yang kemudian didukung oleh Yayasan Kelola sebagai penerima Hibah Karya Inovatif pada tahun 2015.
Program pertama dari Sasikirana diselenggarakan selama lima hari terhitung sejak tanggal 24 Juli - 27 Juli 2015 di NuArt Sculpture Park, Kota Bandung. Program pertama ini berupa workshop intensif tari kontemporer yang melibatkan 26 seniman pertunjukan muda yang berasal dari 12 kota di Indonesia (Banda Aceh, Banten, Jakarta, Bekasi, Purwakarta, Bandung, Cimahi, Garut, Tasikmalaya, Banyuwangi dan Banjarmasin). Sebelum memasuki program, para peserta diwajibkan untuk mengikuti proses seleksi terbatas untuk mengikuti karantina intensif dari program ini. Para mentor yg terlibat memberikan pelatihan dan bimbingan pada pelaksanaan SKDC pertama ini adalah Eko Supriyanto, Wawan Sofwan, Melati Suryodarmo, dan Jecko Siompo. Selama program Sasikirana Dance Camp ini berlangsung, peserta yang memiliki beragam latar belakang seni ini didorong untuk berinteraksi dalam tingkat intensitas yang tinggi serta mengkomunikasikan kapasitas seni mereka secara optimal dalam waktu yang singkat, dengan tujuan untuk dapat melebur dalam satu karya pertunjukan tanpa kehilangan identitas mereka masing-masing.[5] Kegiatan dance camp ini selalu diakhiri dengan presentasi publik dari para peserta berupa site specific performance.[6]
Sampai dengan saat ini, program Sasikirana Dance Camp telah menyatukan lebih dari 100 orang penari (berkisar di umur 20-35) dari berbagai pelosok Indonesia dan memiliki berbagai macam latar belakang gender, etnis, dan pendidikan yang beragam pula.[7] Melalui program ini, SKDC berusaha untuk memetakan kembali kekuatan seniman pertunjukan muda, memberikan pengayaan materi, penguatan konsep, cara berfikir kritis, menambah referensi, serta juga membangun jaringan yang dapat dimanfaatkan para pesertanya.[8]
Pada tahun 2017, setelah melalui proses seleksi yang ketat, SKDC terpilih sebagai salah satu komunitas yang mendapatkan bantuan pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF, sekarang Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) berupa revitalisasi infrastruktur fisik ruang kreatif dan fasilitasi ruang seni yang diwujudkan dalam bentuk sebuah ruang pertunjukan, peralatan pementasan dan studio latihan di kawasan NuArt Sculpture Park, Bandung.[9]
Setelah melaksanakan empat kali dance camp di Bandung (2015-2018), berikutnya pada tahun 2019 SKDC dilaksanakan untuk pertama kalinya di luar Bandung, yaitu di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pelaksanaan pelatihan selama satu minggu ini melibatkan penari lokal dari Kepulauan Riau dan beberapa koreografer dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama dengan kelompok tari Leila Basambah yang didukung oleh pemerintah daerah Kepulauan Riau[10]. Ide untuk melaksanakan dance camp di luar Bandung ini lahir dari kesadaran bahwa keragaman tari sangat berkaitan dengan kultur yang dibawa oleh setiap penari dari daerahnya masing-masing. Oleh karenanya, upaya untuk memahami kebhinekaan seni tari di Indonesia harus dimulai dengan memahami kondisi para pelaku tari dari tanah kelahirannya[11]. Kegiatan ini seyogyanya dilanjutkan dengan ekspedisi SKDC ke beberapa pulau dan tempat lain di Indonesia, tetapi rencana ini terkendala oleh pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal tahun 2020.
Pada pertengahan tahun 2020, Sasikirana menciptakan sebuah program yang dinamakan DokumenTari sebuah platform bercerita bagi para penari Indonesia agar dapat mengartikulasikan diri mereka sendiri dengan menggunakan metode esai foto dan narasi hidup (life-narrative). Selain untuk menjadi media publikasi bagi para penari, DokumenTari juga merupakan sebuah reaksi terhadap kelangkaan arsip seni tari di Indonesia. Minimnya arsip seni tari di Indonesia kerap mengakibatkan munculnya persepsi masyarakat Indonesia yang melihat seni tari hanya sebagai ‘hiburan’, sangat berbeda dengan pelaku seni yang melihat seni tari sebagai sebuah ranah kajian budaya yang mengandung nilai intelektualitas dan kompleksitas tinggi.[12]
Pendiri
Keni Soeriaatmadja
Keni Kurniasari Soeriaatmadja lahir di Bandung, 08 April 1979, adalah seorang pegiat seni, penari dan produser seni pertunjukan berkebangsaan Indonesia yang berdomisili di Bandung. Ia lahir sebagai anak bungsu dari pasangan Eti Sariati dan Prof H.R.E. Soeriaatmadja, guru besar Ekologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB. Keni menyelesaikan pendidikan sarjananya di Studio Keramik Program Studi Seni Rupa di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan merampungkan studi master di Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran (Unpad).
Ia mendalami seni tari tradisi Bali sejak kecil dan berguru pada maestro legong, Bulantrisna Djelantik. Saat ini ia aktif berprofesi sebagai pegiat seni budaya, produser seni pertunjukan, dan bekerja dalam bidang manajemen seni.
Ratna Yulianti
Ratna Yulianti, lahir di Banyuwangi, Jawa Timur 13 Juli 1973, adalah seorang penari, pengajar, pemerhati & penggerak pendidikan seni, dan pernah terlibat dalam kegiatan beberapa lembaga seni budaya Indonesia diantaranya: MSPI, Tikar Media Budaya Indonesia, Majalah Gong dan Lembaga Pendidikan Seni Nusantara bersama Endo Suanda, FX Widaryanto, Ayu Bulantrisna Djelantik dan Taufik Rahzen. Berkebangsaan Indonesia dan berdomisili di Bandung. Ia lahir sebagai bungsu dari delapan anak pasangan Koesdarwati dan R. Soeratno. Ratna menyelesaikan pendidikannya di Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 2012 Ratna melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, program studi Pendidikan Seni.
Selain mengembangkan Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp, Ratna mendalami pendidikan tari kreatif anak usia dini dengan mendirikan kelompok Semesta Tari.
Program
Tahun | Tanggal | Kota | Lokasi Acara | Judul | Referensi |
---|---|---|---|---|---|
2015 | 24 - 27 Juli | Bandung | NuArt Sculpture Park | Menjaring Bulan | [13] |
2016 | 1 - 9 Agustus | Bandung | NuArt Sculpture Park | Dance City, Density! | [14] |
2017 | 3 - 9 Agustus | Bandung | NuArt Sculpture Park | Afterdance | [15] |
2018 | 2 - 5 September | Bandung | NuArt Sculpture Park | Pulang Kandang | [16] |
2019 | 1 - 5 Oktober | Tanjung Pinang | Gedung Gonggong | [17] |
Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp (SKDC)
Program Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp (SKDC) adalah sebuah kegiatan tahunan yang telah berlangsung sejak tahun 2015 sampai tahun 2019. Pada tahun 2015 - 2018, kegiatan ini dilaksanakan di NuArt Sculpture Park, sedangkan pada tahun 2019, dilaksanakan di Gedung Gonggong, Tanjung Pinang. Melalui pendaftaran terbuka (open call), peserta Sasikirana KoreoLab & Dance Camp (SKDC) dijaring dari berbagai daerah di Indonesia, kemudian diseleksi hingga peserta berjumlah sebanyak 20 orang. Pemilihan ini berdasarkan kemampuan kepenarian dan kemampuan penyampaian pendapat tentang seni tari di Indonesia. Kegiatan ini telah menjaring setidaknya 100 pelaku seni pertunjukan dan menginisiasi pengembangan pemikiran seni kontemporer bagi seniman pertunjukan dari banyak daerah di Indonesia. Kemudian, program ini akan memberikan bimbingan berkelanjutan berupa latihan atau training, pengembangan skill, kemampuan konseptual, dan pembentukan jaringan antara penari di seluruh pelosok negeri.
Dalam pelatihan intensif yang dilakukan selama SKDC berlangsung selama 5-10 hari, para peserta melakukan simulasi proses kreatif penciptaan karya seni tari kontemporer. Proses ini terdiri dari tahapan ideasi karya, perwujudan konsep, eksplorasi tubuh, transfer pengetahuan dari koreografer ke penari, diskusi, hingga presentasi ke hadapan publik. Simulasi ini diharapkan berkontribusi pada keberlangsungan seni tari kontemporer di Indonesia.
Sebagai upaya untuk memperluas apresiasi masyarakat, SKDC juga berkolaborasi dengan seniman multidisiplin, antara lain dengan Joko Avianto yang membuat instalasi bambu “Infinity” pada tahun 2015 dan arsitek Rubiadhi Roesli yang menciptakan instalasi tali pada tahun 2016.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Hibah Karya Inovatif Yayasan Kelola (2015) di bawah bendera Bengkel Tari Ayubulan, juga dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF, sekarang Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Institut Français Indonesia, Bakti Budaya Djarum Foundation, NuArt Sculpture Park, PT Ultrajaya, Pendidikan Seni Nusantara (PSN), Gerakan Indonesia Kita (GITA), dan beberapa sponsor, juga donatur lainnya ini diproyeksikan untuk diadakan setiap tahun.[18]
KoreoLAB
Sesuai namanya, KoreoLAB merupakan laboratorium penciptaan tari kontemporer yang berupaya untuk mendorong kemajuan bagi koreografer muda yang namanya mulai muncul di kancah seni tari nasional. Peserta KoreoLAB ini dipilih langsung oleh komite program Sasikirana dengan rekomendasi dan persetujuan dari mentor yang berpartisipasi pada kegiatan SKDC tahun bersangkutan dengan mempertimbangkan rekam jejak kesenimanan koreografer terkait. Selama KoreoLAB berlangsung, para peserta KoreoLAB diharapkan mengasah kemampuannya untuk berpikir kritis menuangkan konsep dan mengeksekusi karya mereka untuk kemudian ditransformasikan menjadi karya yang dibawakan oleh peserta Dance Camp.
Daftar koreografer dalam Sasikirana KoreoLAB:
- 2016: Ridwan Aco (Makassar), Siska Aprisia (Pariaman), Tyoba Armey A. Putra (Bandung), Ruki Daryudi (Tanjung Pinang), I Made Tegeh Okta Maheri/Dekgeh (Bali).
- 2017: Densiel Lebang (Toraja/Jakarta), Dedi Aprilio (Sorong), Geri Krisdianto (Bandung), Wan Harun Ismail (Pekanbaru)
- 2019: Riyo Tulus Pernando (Riau), Abib Igal (Kalimantan Tengah), Isa Al Awam H. Usman (Tidore), Puri Senjani Apriliani (Surabaya)
Dance Camp
Program ini menekankan pada kemampuan kepenarian dan eksplorasi olah tubuh seniman tari agar dapat mentransformasi gagasan yang diberikan koreografer. Selain latihan fisik, pelatihan ini berupaya untuk menggugah kesadaran penari untuk mengembangkan kemampuan konseptual, skill, serta pembentukan jaringan antara penari di seluruh pelosok negeri Indonesia sehingga pada akhirnya mampu memetakan dirinya sebagai bagian dari keragaman budaya Indonesia.[19]
Peserta Sasikirana Dance Camp (SKDC) dijaring melalui penggilan open call dan diseleksi oleh dewan juri yang terdiri dari penyelenggara dan mentor pada tahun penyelenggaraan kegiatan.
Mentor
Tahun | Mentor | Penulis Dokumentasi | Judul |
---|---|---|---|
2015 | Eko Supriyanto, Melati Suryodarmo, Jecko Siompo, Wawan Sofwan. | Halim HD | Menjaring Bulan |
2016 | Eko Supriyanto, Hartati, Arco Renz (Belgia), Fathurrahman bin Said (Singapura) | Eko Supriyanto | Dance City, Density! |
2017 | Eko Supriyanto, Hartati, Iwan Irawan, Ali Sukri, Lim How Ngean (Malaysia), Melanie Lane (Australia) | Renee Sariwulan | Afterdance |
2018 | Aberdzak Houmi (Perancis), Hartati, Amna W. Kusumo, Lim How Ngean, Papermoon Puppet Theatre, Miranda Risang Ayu | Renee Sariwulan | Pulang Kandang |
2019 | Bambang Sugiharto, Iwan Permadi, Eko Supriyanto, Hartati | Aton Rustandi |
DokumenTARI
DokumenTARI merupakan sebuah program pengarsipan pelaku seni tari yang diinisiasi oleh Keni Soeriaatmadja selaku pendiri Sasikirina Dance Camp, program ini pertama kali hadir pada pertengahan tahun 2020 sebagai manuver dari terhambatnya kegiatan dance camp akibat pandemi Covid-19. Melalui pendaftaran terbuka (open call), DokumenTari mengundang 10 penari atau koreografer dari berbagai daerah di Indonesia di setiap seri untuk menjadi kontributor. Para kontributor ini mendapatkan pelatian storytelling, menulis esai, membuat foto esai, dan mengikuti workshop dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, agar membantu para peserta untuk mengidentifikasikan posisi mereka di dancescape Indonesia maupun global.[20]
Nama | Tahun | Tanggal | Tema | Referensi |
---|---|---|---|---|
Seri #01 | 2020 | 6 Oktober - 13 November | Hidup & Bergerak | [21] |
Seri #02 | 2021 | 7 Februari - 14 April | Zoom In / Zoom Out | [22] |
Seri #03 | 2021 | Akhir Juni - Awal Agustus | Bodies of Care (Kolaborasi dengan Goethe Institut) | [23] |
DokumenTARI menayangkan hasil para peserta pada situs web mereka, dengan harapan masyarakat luas dapat mengaksesnya sehingga persepsi masyarakat terhadap seni tari bisa berubah atau bertambah. Foto esai, narasi hidup, dan film dokumenter yang dibuat oleh para kontributor menjadi sebuah media reflektif yang bisa dikupas dan digali untuk dikaitkan dengan aspek kehidupan yang ada di sekitar masyarakat.[24]
Lihat Pula
Referensi
- ^ issuu.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ teraseni.id, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ sarasvati.co.id, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ namamia.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ Press Release Sasikirana Dance Camp - 27 Juli 2015
- ^ muda.kompas.id, diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ Soeriaatmadja, Keni (July 2021). "DokumenTARI: From The Stories of Homeland to The Narratives of The Indonesian Dancescape". Australia: Critical Dialogue Issue 13.2: 14–21. ISSN 2206-9615.issuu.com, diakses 05 Agustus 2021
- ^ jurnal.isbi.ac.id, diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ kemenparekraf.go.id, diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ ulasan.co diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ betandang.com, diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ Soeriaatmadja, Keni (July 2021). "DokumenTARI: From The Stories of Homeland to The Narratives of The Indonesian Dancescape". Australia: Critical Dialogue Issue 13.2: 14–21. ISSN 2206-9615.issuu.com, diakses 05 Agustus 2021
- ^ muda.kompad.id, diakses pada 08 Agustus 2021.
- ^ teraseni.id, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ djarumfoundation.org, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ indonesiakaya.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ betandang.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ djarumfoundation.org, diakses pada 05 Agustus 2021.
- ^ Supriyanto, Eko (2018). "Tubuh Tari Indonesia Sasikirana Dance Camp 2015-2016". Institut Seni Budaya Indonesia Bandung: Jurnal Seni Budaya: Panggung Vol.28 No.2. ISSN 0854-3429.issuu.com, diakses 05 Agustus 2021
- ^ Soeriaatmadja, Keni (July 2021). "DokumenTARI: From The Stories of Homeland to The Narratives of The Indonesian Dancescape". Australia: Critical Dialogue Issue 13.2: 14–21. ISSN 2206-9615.issuu.com, diakses 05 Agustus 2021
- ^ dokumentari.org, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ dokumentari.org, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ dokumentari.org, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ dokumentari.org, diakses pada 08 Agustus 2021.