Pembelajaran konstruktivis

Revisi sejak 11 September 2021 15.41 oleh Slamet hari (bicara | kontrib) (menambah materi)

Pembelajaran konstruktivis adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif serta mengembangkan pola pikir yang membangun kreativitas dan daya nalar anak.[1]Pembelajaran konstruktivis atau konstruktivisme menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran.Pendidikan bertugas sebagai fasilitator siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitas dan pola pikir mereka sehingga terbentuk pembelajaran yang konstruktivis

Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dapat menjadi solusi dalam menjawab kesenjangan dunia pendidikan ideal dengan kehidupan realistis yang dihadapi siswa dewasa ini. Lewat pembelajaran konstruktivistik siswa akan mampu untuk melihat dan memahami realitas, mengembangkan kemampuan berpikir dan melibatkan perasaan.[2] Siswa akan dihadapkan akan permasalahan di dunia nyata sehingga diharapkan antara teori dan kenyataan akan berjalan dengan padu.

Model pembelajaran konstruktivis

  1. Jigsaw Model pembelajaran ini menekankan pada kelopok ahli dan kelompok asal. Tujuan dari pembelajaran ini adalah mengembangkan ketrampilan antar anggota kelopok secara tepat dan cepat
  2. Role Playing Role Playing atau bermain peran memiliki karakteristik mendalami suatu profesi sehingga terdapat gambaran yang nyata antara teori dan praktek
  3. Brainstorming (curah gagasan/ide)

Brainstorming (curah gagasan/ide) memiliki karakteristik menampilkan gagasan ide yang disatukan kemuudian dicari solusi yang terbaik akan suatu masalah

  1. Inquiry Inquiry memiliki tujuan membentuk pengetahuan siswa secara mandiri melalui langkah langkah yang saintifik.
  2. Discovery Discovery memiliki fungsi menemukan solusi dari suatu persoalan yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Ciri-ciri pembelajaran konstruktivis

ciri-ciri pembelajaran konstruktivis yaitu sebagai berikut:[3]

  1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman Pengalaman yang ada di kehidupan nyata diterjemahkan dalam sebuah pembelajaran
  2. Belajar adalah merupakan penafsiran tentang kejadian di sekitar Belajar dapat dilaksanakan dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja
  3. Belajar merupakan proses yang aktif Belajar merupakan aktivitas sepanjang hayat. Apabila manusia tidak aktif dalam belajar maka ibarat sudah tidak memiliki kehidupan.
  4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) Pengetahuan berkembang karena diskusi dan perundingan akan suatu masalah sehingga timbul solusi terbaik.
  5. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik Siswa akan dihadapkan persoalan nyata sehingga perlu pembelajaran konstruktivis yang menggambarkan realitas di kehidupan nyata.

Referensi

  1. ^ "Open Journal Systems". ejournal.uin-suska.ac.id. Diakses tanggal 2021-09-08. 
  2. ^ "Model Pembelajaran Konstruktivistik (Memahamkan Siswa dalam Mengaitkan Konteks Pembelajaran dengan Kehidupan)". Situs Resmi UIN Antasari. Diakses tanggal 2021-09-08. 
  3. ^ Yuleilawati, Yuleilawati (2004). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya. hlm. 54.