Jurnalisme Digital
sayuti erlangga Pemeran cowok Indonesia {{SAYUTI ERLANGGA(lahir 4 April 2004) adalah aktris, model dan konten kreator
Artikel atau bagian mungkin perlu ditulis ulang agar sesuai dengan standar kualitas Wikipedia. |
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
}} digital.[1]jbanyak dilakukan oleh para jurnalis. Jurnalisme digital juga dilihat sebagai sebuah bentuk praktik lama dalam konteks yang baru. Jurnalisme digital juga dapat dipahami dalam penggunaan teknologi digital guna memproduksi konten untuk publik. Misalnya seperti website, digital audio recorder, dan weblog.[2]
Namun, adapun pandangan lain mengenai jurnalisme digital yakni pada penggunaan sosial media. Sosial media dilihat bisa berfungsi sebagai sarana mengumpulkan dan memverifikasi sumber informasi. Penggabungan dalam pemanfaatan perangkat keras dan perangkat lunak ternyata bisa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi dengan bercerita atau story telling.[3] Publikasi jurnalisme melalui media sosial telah menjadi penanda adanya jurnalisme digital. Di dalamnya mengandung arti bahwa sekarang perusahaan media telah bergerak ke arah diseminasi informasi secara multiplatform dengan memanfaatkan internet. Situs multimedia saat ini meliputi berbagai macam gabungan mulai dari blog, video digital, podcast, dan foto.[4]
Pola jurnalisme digital
Terdapat beberapa pola yang dapat dilihat dari jurnalisme digital saat ini yaitu adanya keterlibatan yang interaktif dan kolaborasi antara wartawan dan penulisnya. Di sini terlihat adanya kesatuan publikasi sebagai dampak dari multimedia itu sendiri. Dampak tersebut sangat terasa ketika pola penyebaran konten kian meluas dan jangkauan yang lebih global akibat terhubungnya jaringan internet.[5]
Pengecekan fakta dan verifikasi data dapat dilakukan lebih kompleks sejak jurnalisme digital semakin berkembang. Banyaknya data yang tersebar dan mampu diolah melalui media digital seringkali membuat informasi menjadi bias. Tetapi pada prinsipnya, aktivitas pemeriksaan fakta selalu berpegang pada nilai-nilai jurnalisme yang bertujuan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat.[6]
Konsep atas jurnalisme digital seringkali disamakan dengan jurnalisme online, jurnalisme konvergensi, dan jurnalisme multimedia. Konsep-konsep tersebut merujuk pada pemanfaatan media digital dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi informasi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi informasi. Definisi ini lebih menekankan pada peran jurnalisme dalam demokrasi dan bagaimana teknologi digital mendukung dalam hal kinerja redaksi, jurnalis, dan distribusi berita.
Media sosial sebagai jurnalisme digital
Aktivitas jurnalisme untuk mencari, mengolah dan mengirimkan informasi atau berita sebagai suatu bentuk produk jurnalisme. Kini, masyarakat menyebutnya dengan jurnalisme digital yang dimana, suatu produk jurnalisme disebarkan melalui internet ke seluruh penjuru dunia.[7] Selain itu, sejak munculnya jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, orang-orang yang bekerja sebagai wartawan ataupun suatu media besar telah melakukan tindakan high-wire atau kebutuhan dalam menggunakan media sosial untuk melibatkan audiens dengan cara-cara yang baru dan inovatif dan audiens juga mempunyai power untuk melakukan pengawasan, komentar dan bahkan sebagai pembuat konten[8]
Perubahan praktik jurnalisme di era digital
Perkembangan internet yang semakin besar memaksa jurnalisme sebagai sebuah bentuk industri dan profesi mengalami perubahan dan berdampak pada segala aspek. Selain itu, cara kerja dari seorang jurnalis di era digital ini adalah mencari, mengolah dan menyiarkan berita. Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi jurnalisme digital adalah saat media mulai menuju pada proses konvergensi multiskilling, penyatuan konten jurnalistik ke dalam jurnalisme digital dan juga hubungan antara produsen dan konsumen Selain jurnalis secara profesional, di era jurnalisme digital ini juga memungkin masyarakat atau warga mempunyai peran sebagai seorang jurnalis. Terdapat dua cara untuk mengumpulkan berita, yaitu:[7]
- Curative Journalism : pengumpulan berita yang didapatkan dari sumber lain kemudian diolah dan dikumpulkan menjadi satu tempat
- Hyperlocalization Journalism : berita yang dilaporkan berasal dari satu tempat atau daerah tertentu sehingga masyarakat juga dapat menyampaikan suatu berita tertentu, hal ini biasanya juga dikenal sebagai citizen journalism.
Referensi
- ^ Salaverria, Ramon (2019). 1 "Digital journalism: 25 years of research. Review article" Periksa nilai
|url=
(bantuan). El profesional de la información. 28 (1). - ^ Kawamoto, Kevin (2003). Digital Journalism: Emerging Media and The Changing Horizons of Journalism. USA: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.
- ^ Deuze, Mark (2017). "Considering a Possible Future for Digital Journalism". Mediterranean Journal of Communication. 8 (1): 9–18.
- ^ Azahri, Muhammad (2019). "Jurnalisme Digital: Dari Pengumpulan Informasi Sampai Penyebaran Pesan". Inter Komunika. 4 (1): 1–16.
- ^ Malik., & Shapiro, Asmaa., & Ivor (2017). What’s Digital? What’s Journalism?. New York: The Routledge Companion to Digital Journalism Studies.
- ^ Nurlatifah., & Irwansyah, Mufti., & Irwansyah (2019). "Fact-Checking Journalism sebagai Platform Kolaborasi Human and Machine pada Jurnalisme Digital". Jurnal Komunikasi. 13 (2): 121–134.
- ^ a b Waluyo, Djoko (2019). "Memahami Jurnalisme Di Era Digital". Ilmu Komunikasi. 5 (1): 40–74.
- ^ Muliawati, Lintang (2018). "Jurnalisme Era Digital: Digitalisasi Jurnalisme dan Profesionalitas Jurnalisme Online". Ilmu Dakwah dan Komunikasi. II (1): 79–98.