Tugu Pahlawan Tak Dikenal
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Tugu Pahlawan Tak Dikenal terletak di seberang Taman Monumen Bung Hatta atau beberapa meter dari Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Monumen ini dirancang oleh seniman Huriah Adam. Bentuknya berupa ornamen lingkaran ular naga di tengah sebuah bidang bundar yang dihiasi tanaman. Di puncaknya berdiri patung pemuda memegang semacam pedang. Sebelum tersambar petir, patung ini aslinya digambarkan tengah memegang bendera.
Sejarah
Monumen ini dibangun pada tahun 1959 dan diresmikan pada tahun 1965. Namun, catatan lain menyebutkan, peletakan batu pertama monumen ini dilakukan oleh Jenderal Abdul Haris Nasution pada 15 Juni 1963.
Pada sebuah prasasti di sekitar tugu yang ada saat ini tertera: tugu ini dibangun untuk mengenang perlawanan para pahlawan yang namanya tak bisa dikenali, yang menjadi korban dalam pergolakan yang terjadi pada Juni 1908 dalam menentang diberlakukannya sistem pajak oleh Belanda. Peristiwa itu merujuk pada Perang Belasting.
Sebelum dinamakan Tugu Pahlawan Tak Dikenal, tugu ini awalnya adalah Tugu Pembebasan yang dibangun pada masa pemerintah Soekarno untuk memperingati kemenangan tentara pusat dalam menundukkan PRRI di Minangkabau. PRRI merupakan sebuah gerakan yang menuntut adanya otonomi daerah yang lebih luas. Namun, gerakan ini justru dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh Soekarno sehingga diganjar dengan serangkaian operasi militer (pengerahan pasukan militer sewaktu PRRI ini merupakan yang terbesar yang pernah tercatat di dalam sejarah militer Indonesia).
Menurut Suryadi Sunuri, keberadaan Tugu Pembebasan yang bersulih menjadi Tugu Pahlawan Tak Dikenal adalah "lambang penaklukan tentara pusat terhadap orang Minang". Keberadaan monumen ini terus dipertahankan sampai sekarang karena militer Indonesia memegang peran kuat di Sumatra Barat setelah PRRI berakhir, "dan tentu saja selama Orde Baru, tidak ada yang berani mencongkel-congkel monumen ini, tempat dilekatkannya lambang supremasi (tentara) pusat di Minangkabau".
Lihat pula
Referensi
- Suryadi Sunuri. Sesudut Bukittinggi Selepas Bergolak