MetroTV
MetroTV adalah sebuah jaringan televisi swasta berita yang berkedudukan di Indonesia. MetroTV didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia, resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Pada awalnya didirikan sebagai perusahaan patungan antara Media Group dan Bimantara Citra, sejak Oktober 2003 MetroTV seluruhnya dimiliki oleh Media Group; yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post.
MetroTV | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Knowledge to Elevate |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia (utama) Bahasa Inggris (sekunder) Bahasa Mandarin (tersier) |
Pendiri | Surya Paloh |
Tanggal siaran perdana | 25 Oktober 1999 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 25 November 2000 |
Kantor pusat | Gedung Media Group, Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia |
Pemilik | Media Group |
Anggota jaringan | lihat #Jaringan siaran |
Tokoh kunci | Don Bosco Selamun (Direktur Utama) Mohammad Mirdal Akib (Direktur Pelaksana) |
Format gambar | 1080i HDTV 16:9 (diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk feed SDTV) |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet |
|
Situs web | www |
PT Media Televisi Indonesia | |
---|---|
Jakarta Barat, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 57 UHF Digital: 32 UHF |
Slogan | Knowledge to Elevate |
Pemrograman | |
Afiliasi | MetroTV (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | Bimantara Citra (1999–2003)[1][2] Media Group (1999–sekarang) |
BNTV (2019–sekarang) Magna Channel (2020–sekarang) Sebelumnya: RCTI (1999–2003) Global TV (2002–2003) TVMP (2007–2009) Celebes TV (2011–2013) | |
Riwayat | |
Siaran perdana | 25 Oktober 1999 (siaran percobaan) 25 November 2000 (siaran resmi) |
Makna tanda panggil | Metropolitan Televisi |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kemkominfo dan KPID Provinsi DKI Jakarta |
Pranala | |
Situs web | www |
Sejarah
PT Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh yang juga memiliki surat kabar Media Indonesia, dan Bimantara Citra, kelompok usaha yang dipimpin oleh Bambang Trihatmodjo dan memiliki stasiun televisi RCTI; dengan kepemilikan masing-masing 75% dan 25%. PT Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama "MetroTV" pada tanggal 25 Oktober 1999, dan diresmikan pada 25 November 2000.
Pada tanggal 1 April 2001, MetroTV mulai mengudara selama 24 jam, menjadikan MetroTV sebagai stasiun televisi berita pertama di Indonesia, sekaligus yang pertama bersiaran 24 jam. Pada awalnya, stasiun ini beroperasi dengan hanya mengandalkan 280 orang. Seiring perkembangan dan kebutuhan, MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi.
Sejak Oktober 2003, pihak Bimantara Citra resmi menjual sisa 25% saham MetroTV ke Media Group, sehingga MetroTV dikuasai sepenuhnya oleh Media Group hingga sekarang.
Pada bulan Agustus 2019, TVRI bersama dua televisi swasta nasional (MetroTV dan Trans7) dan Kemenkominfo secara resmi meluncurkan siaran televisi digital untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar yang lebih tajam dan jernih dari televisi analog, tanpa membutuhkan biaya seperti televisi berlangganan (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi ASO (Analog Switch Off) yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.[3]
Logo dan slogan baru
Pada tanggal 20 Mei 2010, MetroTV memperkenalkan logo dan slogan barunya, yaitu Knowledge to Elevate. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di pojok kanan/kiri atas. Sejak 17 Oktober 2016, logo tersebut kini ditempatkan di sebelah newsticker di pojok kanan paling bawah. Sejak tahun 2019, warna pada logo on-air MetroTV berubah dari biru dengan latar belakang putih menjadi putih dengan latar belakang biru untuk siaran Prime Time setiap hari dari pukul 16.00-21.00 WIB. Pada tanggal 25 November 2020, bertepatan dengan ulang tahun MetroTV ke-20, MetroTV kembali memperbarui logo on-air-nya di pojok kanan bawah dengan mempertahankan lambang elang-nya yang digunakan sejak tahun 2010 dengan tulisan "METRO TV" dalam huruf besar dan ukuran lebih kecil di bawah lambang. Sejak 17 Mei 2021, logo Metro Globe Network atau MGN on-air dilayar kaca MetroTV untuk siaran World News senin-jumat dari pukul 23.30-00.00 WIB.
Konsep
Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor news. MetroTV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan sinetron. MetroTV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki pembawa acara berita terbanyak di Indonesia.
MetroTV juga pernah menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.
Kepemilikan
Izin Metro TV sendiri diperoleh awalnya bukan oleh Surya Paloh, melainkan oleh Sumita Tobing (yang pernah bekerja di TVRI dan SCTV) pada Oktober 1999 dari Departemen Penerangan. Pada waktu itu, Sumita direkrut oleh Paloh untuk membangun sebuah TV berita, namun kemudian ia mengundurkan diri karena adanya niat Paloh untuk melakukan kerjasama dengan Bimantara Citra yang merupakan perusahaan Cendana.[4] Awalnya media menyebut nama TV ini bukan Metro TV, melainkan MTI TV (Media Televisi Indonesia), dan awalnya TV ini menurut Sumita hanya merupakan TV lokal di Jakarta.[5][6] Dalam awal berdirinya, setelah Sumita pergi, Paloh melakukan kerjasama dengan Bimantara Citra yang pada saat itu masih dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo. Paloh dan Bambang Tri memang dikenal sudah bersahabat sejak lama, dan mereka juga berasal dari partai yang sama, yaitu Golkar.[7] Karena itulah, ketika Metro TV hendak bersiaran pada 2001, Bimantara memutuskan untuk membantu Metro TV dengan menyuntikkan dana senilai Rp 400 miliar dengan bayaran 25% saham Metro TV. Saham ini, menurut perjanjian tersebut, boleh dibeli lagi oleh Paloh sebelum jatuh tempo pada Desember 2003. Selain itu, Bimantara juga meminjamkan dana Rp 80 miliar dengan jaminan 12.000 saham tambahan milik Paloh di Metro TV dan memberikan dana sebanyak Rp 125 miliar di awal berdirinya Metro TV. Dalam rencana awalnya, Metro TV direncanakan Bimantara sebagai pelengkap dari stasiun TV yang sudah mereka miliki, yaitu RCTI sehingga mereka akan bermain di TV berita maupun hiburan.
Seiring waktu, kepemilikan di Bimantara berubah dari sebelumnya oleh Bambang Tri kemudian menjadi dikuasai oleh Hary Tanoesoedibjo. Pada Juni 2003, Bimantara kemudian memutuskan untuk menjual 25% sahamnya di Metro TV kepada PT Centralindo Pancasakti Cellular. Selain menjual sahamnya, piutang Rp 80 miliar Bimantara juga dijual ke Metro TV. Penjualan ini didasarkan oleh Metro TV yang tidak mendapatkan keuntungan dan terus merugi.[8][9] Walaupun memang tidak ada catatan bahwa Paloh memiliki saham di Centralindo, namun dalam konferensi pers, Paloh menyatakan ia berada di belakang PT Centralindo, sehingga kemungkinan ada semacam kesepakatan antara Paloh dan Centralindo (atau pemegang saham lama). Penjualan itu menyebabkan 100% saham Metro TV dipegang oleh Surya Paloh sampai sekarang.
Kontroversi
Peristiwa penyanderaan kru MetroTV
Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi MetroTV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).[10]
Berjilbab saat membawakan berita
MetroTV pernah dikecam karena melarang salah satu presenternya, Sandrina Malakiano, mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas MetroTV untuk berdiskusi panjang.[11] Larangan inilah yang menyebabkan Sandrina keluar dari MetroTV pada Mei 2006.[12] Menurut pihak MetroTV, mereka hanya akan mengizinkan presenternya berjilbab di depan kamera ketika Ramadan atau hari-hari besar Islam.
Netralitas
Secara umum, netralitas Metro TV seringkali dipertanyakan, salah satunya oleh KPI karena dianggap memberikan porsi pemberitaan mengenai Partai Nasdem lebih banyak dibanding partai lain. Pada pemilihan umum Presiden 2014, Metro TV memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla ketimbang pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.[13] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[14] KPI secara pribadi juga menyorot Metro TV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[15]
Jaringan siaran
Berikut ini adalah transmisi Metro TV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[16]
Nama perusahaan | Nama stasiun | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2)[17] |
---|---|---|---|---|
PT Media Televisi Indonesia | MetroTV | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 57 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Balikpapan | MetroTV Balikpapan | Balikpapan | 54 UHF | 29 UHF |
PT Media Televisi Padang | MetroTV Bukittinggi | Bukittinggi, Padang Panjang | 52 UHF | 42 UHF |
PT Media Televisi Denpasar | MetroTV Bali | Kota Denpasar, Singaraja, Karangasem | 39 UHF | 36 UHF |
PT Dewata Citratama Televisi | MetroTV Singaraja | 26 UHF | ||
PT Media Televisi Gorontalo | MetroTV Gorontalo | Gorontalo | 42 UHF | |
PT Media Televisi Bandung | MetroTV Jawa Barat | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 56 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Semarang | MetroTV Jateng & DIY[18] | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang | 43 UHF | 36 UHF |
PT Media Televisi Yogyakarta | Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates | 42 UHF | 27 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Satu | MetroTV Jawa Timur | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 54 UHF | 25 UHF |
MetroTV Batam | Batam | off air | 46 UHF | |
PT Media Televisi Pontianak | MetroTV Kalimantan Barat | Pontianak | 29 UHF | |
PT Media Televisi Banjarmasin | MetroTV Kalimantan Selatan | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 24 UHF | 45 UHF |
MetroTV Kalimantan Timur | Samarinda | 51 UHF | 40 UHF | |
PT Media Televisi Palangkaraya | MetroTV Kalimantan Tengah | Palangka Raya | 43 UHF | |
PT Media Televisi Ambon | MetroTV Maluku | Ambon | 42 UHF | |
PT Media Televisi Ternate | MetroTV Maluku Utara | Ternate | ||
PT Media Televisi Mataram | MetroTV NTB | Mataram | 28 UHF | 35 UHF |
PT Media Televisi Kupang | Metro TV NTT | Kupang | 42 UHF | 41 UHF |
PT Media Televisi Jayapura | MetroTV Papua | Jayapura | 28 UHF | |
PT Media Televisi Makassar | MetroTV Sulawesi Selatan | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 39 UHF | 34 UHF |
PT Media Televisi Nusantara Lima | MetroTV Sumatera Barat | Padang, Pariaman | 39 UHF | 42 UHF |
MetroTV Sumbagsel | Palembang | 34 UHF | ||
PT Media Televisi Jambi | Jambi | 37 UHF | ||
PT Media Televisi Bengkulu | Bengkulu | 42 UHF | ||
PT Media Televisi Lampung | Bandar Lampung, Kota Metro, Kalianda, Kotabumi, Pringsewu | 44 UHF | 41 UHF | |
PT Media Televisi Bangka Belitung | Pangkal Pinang | 35 UHF | 39 UHF | |
PT Media Televisi Nusantara Enam | MetroTV Riau | Pekanbaru | 42 UHF | |
PT Media Televisi Palu | MetroTV Sulawesi Tengah | Palu | 49 UHF | |
PT Media Televisi Kendari | MetroTV Sulawesi Tengah | Kendari | 42 UHF | 39 UHF |
PT Media Televisi Manado | MetroTV Sulawesi Utara | Manado | 42 UHF | 38 UHF |
PT Media Televisi Banda Aceh | MetroTV Sumbagut | Banda Aceh | 32 UHF | 41 UHF |
PT Media Televisi Medan | Medan | 39 UHF | 36 UHF | |
PT Media Televisi Jaya Empat | MetroTV Sumedang | Sumedang | 57 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Jaya Lima | MetroTV Kuningan | Kuningan | 35 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Empat | MetroTV Madiun | Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo | off air | 34 UHF |
PT Media Televisi Lestari Lima | MetroTV Kediri | Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 54 UHF | 47 UHF |
PT Malang Infrakomindo Televisi | MetroTV Malang | Malang | 56 UHF | 47 UHF |
PT Banten Infrakomindo Televisi | MetroTV Banten | Malingping, Lebak | 33 UHF | |
Garut | 56 UHF | 23 UHF | ||
Tasikmalaya, Ciamis | 33 UHF | |||
Sukabumi | 33 UHF | |||
Banyuasin | 36 UHF | |||
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | off air | 38 UHF | ||
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | off air | 34 UHF | ||
Pacitan | 39 UHF | |||
Jember | off air | 46 UHF | ||
Tuban, Bojonegoro | 47 UHF | |||
Banyuwangi | 34 UHF | |||
Situbondo, Bondowoso | 38 UHF | |||
Pamekasan, Sumenep | 54 UHF | 39 UHF | ||
Tanjung Selor, Tarakan | 45 UHF | |||
Malinau | 48 UHF | |||
Nunukan | 42 UHF | |||
Bontang | 40 UHF | |||
Berau | 38 UHF | |||
Sangatta | 42 UHF | |||
Sendawar | 45 UHF | |||
Tanjung Redeb | 38 UHF | |||
Tanah Grogot | 40 UHF | |||
Lhokseumawe | 41 UHF | |||
Kutacane | 41 UHF | |||
Bireuen | 40 UHF | |||
Sigli | 40 UHF | |||
Sabang | 39 UHF | |||
Sinabang | 39 UHF | |||
Takengon | 42 UHF | |||
Sidikalang | 42 UHF | |||
Sibolga | 42 UHF | |||
Pematangsiantar, Kisaran | 44 UHF | |||
Panyabungan | 48 UHF | |||
Padangsidempuan | 41 UHF | |||
Gunungsitoli | 41 UHF | |||
Balige | 48 UHF | |||
Rantau Prapat | 30 UHF | |||
Kandangan, Rantau | 37 UHF | 41 UHF | ||
Amuntai, Barabai | 41 UHF | |||
Tabalong | 30 UHF | |||
Cirebon | off air | 32 UHF | ||
Bengkalis | 37 UHF | |||
Kolaka | 35 UHF | |||
Kotabaru | 33 UHF | 42 UHF | ||
Merauke | 30 UHF | |||
Pangkalan Bun | 35 UHF | |||
Serang | 31 UHF | 32 UHF | ||
Mamuju | 52 UHF |
Slogan utama
- Leading the Change (2007–2008)
- Be Smart Be Informed (2008–2010)
- Knowledge to Elevate (2010–sekarang)
Satelit
Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:[19]
- Telkom 4 (FTA)
- ChinaSat 10 (Skynindo)
- AsiaSat 9 (Ninmedia)
- SES 7 (MNC Vision)
- SES 9 (Nex Parabola, Matrix Garuda)
- Measat 3b (TransVision)
Direksi
Daftar direktur utama
No | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Surya Paloh | 1999 | 2006 |
2 | Wisnu Hadi | 2006 | 2011 |
3 | Adrianto Machribie | 2011 | 2017 |
4 | Suryopratomo | 2017 | 2019 |
5 | Don Bosco Selamun | 2019 | sekarang |
Direksi saat ini
Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:[20]
No | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Don Bosco Selamun | Direktur Utama |
2 | Mohammad Mirdal Akib | Direktur Pelaksana |
3 | Arief Suditomo | Direktur Pemberitaan |
4 | Agus Mulyadi | Direktur Program dan Pengembangan |
5 | Meniek Andini | Direktur Penjualan dan Pemasaran |
6 | Arif Nugroho | Direktur Keuangan, Hubungan Masyarakat dan Dukungan Teknis |
Acara
Penyiar
Lihat pula
Ketersediaan di ponsel dan tablet PC
MetroTV News juga tersedia di iOS (App Store) dan Android (Google Play) yang dapat diunduh secara gratis.
Referensi
- ^ Artikel dari majalah Gatra: Bos, jangan bersaing
- ^ Buku Ekonomi Politik Media Penyiaran oleh Agus Sudibyo
- ^ "Kemenkominfo". 2019-09-02. Diakses tanggal 2019-09-07.
- ^ Sebaran Kerajaan Cendana di Bisnis Pertelevisian
- ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000
- ^ Jejak Bisnis Chairul Tanjung
- ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia
- ^ Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ "Tabloid Diplomasi: Meutya dibebaskan oleh penyandera karena berwarga negara Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-26. Diakses tanggal 2015-01-28.
- ^ "Salinan curhat Sandrina Malakiano di akun facebooknya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-16. Diakses tanggal 2015-04-17.
- ^ Sandrina Malakiano, dengan Islam Jadi Lebih Sabar dan Ikhlas di Republika Online
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32095-peringatan-tentang-pemberitaan-pasangan-calon-presiden-dan-wakil-presiden-tv-one
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32097-pernyataan-bersama-dewan-pers-dan-komisi-penyiaran-indonesia-tentang-independensi-media-penyiaran
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32130-kpi-imbau-pengelola-tv-jaga-independensi-pemberitaan
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
- ^ Kanal Metro TV Jateng & DIY di YouTube
- ^ LyngSat
- ^ https://www.metrotvnews.com/about
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- MetroTV di Facebook
- MetroTV di X