Titik panas keanekaragaman hayati
Titik panas keanekaragaman hayati adalah sebuah konsep yang dicetuskan oleh Norman Myers pada tahun 1988 di jurnalnya yang berjudul Threatened Biotas: "Hot Spots" in Tropical Forests yang disebutkan ada sepuluh daerah titik panas di bumi ini.[1] Konsep dari Norman Myers ini pada awalnya digunakan untuk mencari titik panas hutan dengan mengetahui banyaknya habitat yang lenyap dan tingkat endemisme tanaman yang selanjutnya diluaskan sampai ke cakupan seluruh dunia.[2] Sekarang, titik panas keanekaragaman hayati dipahami dengan arti yaitu suatu langkah yang dipakai untuk menentukan kawasan biogeografi di mana kawasan tersebut memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, tetapi terancam oleh pengrusakan habitat wilayah yang luar biasa hebat atau pemukiman manusia yang berpotensi dapat melenyapkan keanekaragaman hayati di daerah tersebut.[2]
Kriteria
Dalam menentukan daerah yang memiliki titik panas keanekaragaman hayati, sebuah daerah harus memenuhi dua kriteria yaitu:
Referensi
- ^ Myers, Norman (1988-09-01). "Threatened biotas: "Hot spots" in tropical forests". Environmentalist (dalam bahasa Inggris). 8 (3): 187–208. doi:10.1007/BF02240252. ISSN 1573-2991.
- ^ a b c d "Biodiversity Hotspots definition| Biodiversity A-Z". www.biodiversitya-z.org. Diakses tanggal 2021-10-17.
- ^ a b "Biodiversity Hotspots". www.conservation.org. Diakses tanggal 2021-10-17.