Candigatak, Cepogo, Boyolali

desa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
Revisi sejak 21 Desember 2022 02.47 oleh Ariyanto (bicara | kontrib) (beliau > ia (per sudut pandang netral) (via JWB))


Candigatak adalah desa di kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.

Candigatak
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBoyolali
KecamatanCepogo
Kode pos
57362
Kode Kemendagri33.09.03.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°30′6″S 110°33′35″E / 7.50167°S 110.55972°E / -7.50167; 110.55972

Pembagian wilayah

Desa Candigatak terdiri dari dukuh:

  • Candikidul
  • Candilor
  • Candirejo
  • Candisari
  • Doglo

Sejarah Singkat Mbah Doglo

Sejarah Singkat Mbah Doglo (Pendiri Dukuh Doglo), diambil dari Buku Sejarah Desa Banyuanyar, Ampel

Mbah Doglo lahir di Kraton Demak Bintoro, nama aslinya adalah Pangeran Tejowulan bin Pangeran Alit bin Raden Patah (Sultan Syah Alam), Sultan dan pendiri Kerajaan Demak Bintoro. Mbah Doglo lahir pada tahun 1517 M. Masa kecil hingga remajanya dihabiskan di dalam Kraton Demak. Pada saat remaja, Pangeran Tejowulan menyadari terjadinya kekacauan dan perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, terutama sejak meninggalnya kakeknya, Raden Patah pada tahun 1518, dan puncaknya adalah berakhirnya Kerajaan Demak pada tahun 1547 M. Sejak remaja Pangeran Tejowulan gemar menuntut ilmu, ia keluar dari Istana dan ia berguru pada Kiai Saridin (Syeh Jangkung, Pati), dan terakhirnya masih sempat berguru pada Kanjeng Sunan Kalijaga. Selepas ia puas menuntut ilmu kepada para ulama, ia mengembara berkeliling ke seluruh daerah Jawa bagian timur dan tengah.

Hingga pada akhirnya ia singgah di sebuah desa yang bernama Saptopuro, sebuah desa yang dihuni masyarakat yang menganut kepercayaam lokal. Desa tersebut disebut Saptopuro karena terdapat 7 candi besar. Di desa tersebut juga terdapat penguasa (danghyang) dari kalangan jin yang oleh masyarakat disebut dengan Sang Hyang Satmoto. Disebut Satmoto karena tidak terlihat (ora kasat ing moto). Pangeran Tejowulan akhirnya menetap di Saptopuro untuk menyebarkan dakwah kepada masyarakat. Ia berdakwah mengajak masyarkat untuk memeluk agama Islam. "Mlebuo Islam ben ora do gelo!" Karena seringnya ia menyebut "do gelo", akhirnya ia terkenal sebagai Mbah Doglo (do gelo). Mbah Doglo juga berhasil mengislamkan Raja Jin penguasa Saptopuro.

Di akhir hidupnya, ia uzlah (menyepi) ke utara hingga akhir hidupnya. Ia meninggal pada tahu 1606 pada usia 89 dan dimakamkan di Desa Banyuanyar, di sebelah utara Desa Saptopuro atau yang sekarang kita kenal sebagai Candigatak.