Revisi sejak 30 November 2021 00.59 oleh Hysocc(bicara | kontrib)(Hapus. Referensi yang ada hanya website internal. Peringatan primary sources sudah hampir sebulan dan tidak dihiraukan.)
Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel tentang orang, hewan individu, organisasi (grup musik, klub, perusahaan, dll.), konten web, atau peristiwa yang terselenggara yang tidak mengindikasikan kepentingan subjeknya. Lihat KPC A7.%5B%5BWP%3ACSD%23A7%7CA7%5D%5D%3A+Artikel+yang+tidak+dapat+memberikan+klaim+kepentingan+subjekA7
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Kepada pengurus: artikel ini memiliki isi pada halaman pembicaraannya yang harus diperiksa sebelum dihapus.
Pilih templat yang spesifik – {{db-person}}, {{db-animal}}, {{db-band}}, {{db-club}}, {{db-inc}}, {{db-web}} or {{db-event}} – jika bisa. Pengurus: periksa pranala balik, riwayat (beda), dan catatan sebelum dihapus. Konfirmasi sebelum penghapusan bahwa halaman itu tidak terlihat sebagai halaman profil pengguna. Jika perlu, lebih baik pindahkan ke halaman pengguna yang bersangkutan. Terkadang tag ini juga dipakai untuk menandai KPC A9 (rekaman musik), karena sama-sama tidak mengindikasikan kepentingan. Periksa di Google. Halaman ini terakhir disunting oleh Hysocc(kontribusi | log) pada 00:59, 30 November 2021 (UTC) (2 tahun lalu)
Pondok Pesantren Lirboyo adalah Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. Abdul Karim (Mbah Manab) pada tahun 1910 M terletak di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan dalam peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pondok Pesantren Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.[1]
Pondok Pesantren Lirboyo adalah pondok yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah dan berafiliasi kepada jam'iyyah Nahdlatul Ulama' dengan tetap menjadi pondok salaf/salafiyah, yakni pondok pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca serta mengkaji kitab-kitab salaf (kitab kuning) untuk pembelajaran sehari-hari. Lulusan dari Pondok Pesantren Lirboyo juga tersebar luas di Indonesia bahkan mancanegara, sebab tidak sedikit Warga Negara Asing yang juga turut menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo ini.[butuh rujukan]
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo sangat erat hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Nyai Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.[butuh rujukan]
Perpindahan KH. Abdul Karim ke Desa Lirboyo dilatarbelakangi dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang kyai, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo, maka syiar Islam lebih luas. Di samping itu, atas permohonan Kepala Desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di Desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula dikenal angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.[butuh rujukan]
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali KH Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut dikumandangkan adzan. Saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang berlarian menyelamatkan diri. Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah wakaf tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan suatu surau sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.[butuh rujukan]
Santri pertama yang belajar kepada KH Abdul Karim adalah Umar asal Madiun. Kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim, karena tujuannya baik, yakni untuk menimba ilmu pengetahuan agama. Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal KH. Abdul Karim. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad, dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernama Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah, Kediri.[butuh rujukan]
Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari KH. Abdul Karim. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya.[butuh rujukan]
Tahun demi tahun, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti para santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi, dan pada tahun 1913 M KH. Abdul karim mendirikan sebuah masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana belajar untuk santri.
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala ia menderita sakit, ia masih saja istiqamah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjemaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim berpulang kerahmatullah, ia dimakamkan di belakang Masjid Lirboyo.[butuh rujukan]
Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan dalam peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pondok Pesantren Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.[butuh rujukan]
Sebagai Pusat pendidikan Islam, Pondok Pesantren Lirboyo mencetak generasi bangsa yang cerdas ruhaniyah, juga smart-intelektual, mumpuni dalam keberagaman bidang, juga keberagamaan Islam yang otentik. Pondok Pesantren Lirboyo memadukan antara tradisi yang mampu mengisi kemodernitasan dan terbukti telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang saleh keagamaan, sekaligus saleh sosial.[2][butuh sumber yang lebih baik]
Tokoh Lirboyo
Tiga Tokoh Lirboyo merupakan sebutan untuk tiga ulama' (sesepuh) utama yang sangat memiliki jasa marwah yang besar bagi Lirboyo, sekaligus sebagai pimpinan/pengasuh utama Pondok Pesantren Lirboyo dari masa ke masa.[butuh rujukan]
Institut Agama Islam (IAI) Tribakti Lirboyo Kediri
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) adalah perubahan nama dari Universitas Islam Tribakti (UIT) Kediri yang dirikan oleh KH. Mahrus Aly Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 9 Muharram 1386 H. bertepatan dengan tanggal 30 April 1966 M. dan diresmikan pembukaannya oleh Menteri Agama RI. saat itu yakni Bapak Prof. KH. Syaefuddin Zuhri, pada tanggal 9 Rajab 1386 H. bertepatan dengan tanggal 25 Oktober 1966 M dengan 2 (dua) Fakultas yaitu Syariah dan Tarbiyah dengan Program Sarjana Muda sesuai dengan SK Menteri Agama RI No. 178 Tahun 1970. Selanjutnya menyusul dengan diterimanya Ijin operasional penyelenggaraan sebagaimana tersebut, dilanjutkan dengan menambah 4 (empat) Fakultas yaitu; Hukum, Ekonomi, Pertanian dan Bahasa Inggris pada tahun 1987.[21]