Sriwati Masmundari
Masmundari (Lahir di Kampung Kroman, Gresik, 1904–24 Desember 2005) adalah seorang seniman Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis damar kurung (salah satu jenis lampion asli Indonesia).
Karya Masmundari umumnya mengambil objek kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang dilihatnya, misalnya pesta pernikahan, Lebaran, atau penggusuran, ditorehkan pada kertas lukis yang dibentuk menyerupai lampion. Gaya inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan damar kurung. Alirannya cenderung bersifat naratif, bahkan ada yang menyebut termasuk aliran naif. Ini dapat dilihat, misalnya, melalui penggunaan simbol anak panah untuk menggambarkan angin.
Pada tahun 2021, tepatnya tanggal 27 November, karya-karya dan pengetahuan Masmundari diabadikan dalam Museum Virtual berbasis Web yang diciptakan oleh Yayasan Gang Sebelah, bernama museummasmundari.com
Riwayat hidup
Masmundari tidak menyadari fakta bahwa ia terlahir sebagai seorang pelukis. Dia bahkan tak tahu bahwa ia telah mampu hidup dari lukisan lampion. Masmundari dikenal publik sejak dimulai karya lukisan damar kurungnya dipamerkan kali pertama di Bentara Budaya Jakarta pada tahun 1987. Sebagai satu-satunya pelukis damar kurung yang tersisa pada zamannya, Masmundari menjadi legenda hari ini. Tahun 2015 ini bertepatan dengan10 tahun sepeninggal Masmundari. Kepergiannya pada 24 Desember 2005 silam di usia 100 tahun lebih, menjadi duka yang mendalam di jagat seni rupa indonesia. Sejak itu pula, damar kurung perlahan dianggap kian meredup dan menjadi artefak seni rupa yang seolah temaram. Masmundari dengan segala pencapaiannya seolah terlupakan dari ranah seni rupa Indonesia selama satu dekade terakhir. Lebih daripada itu, adalah Masmundari sosok pelaku seni (meski tanpa disadari) yang bersahaja dan inspiratif, telah bersusah payah bertahan dan konsisten, melestarikan dan melahirkan karakteristik seni lukis pada lampion yang kemudian dikenal dengan Damar Kurung.
Masmundari telah mempopulerkan damar kurung khas Gresik melalui karakteristik lukisannya yang menyebabkan banyak pihak merespons gagasan-gagasan Masmundari menjadi segala bentuk. Seperti arsitektur, lukisan, kriya, perayaan, dsb.
Ia memiliki anak perempuan bernama Rokayah dari pernikahannya dengan Rukman. Ketika Rokayah menginjak usia dewasa, ia menikah dengan Mas’ud dan melahirkan 5 orang anak yang bernama Nur Hayati, Nur Samaji, Nur Hidayah, Syarifudin, dan Ahmad Andriyanto. Sebelum Rokayah lahir, Masmundari pernah mengangkat anak dari adik kandungnya yang bernama Minto.
Penghargaan
- Piagam Penghargaan dari Bupati Gresik Sebagai Seniman Berprestasi Nasional Tahun 1991
- Kartini Award dari Radison Plaza Suite Hotel tahun 1996
- Penghargaan Seni Tahun 1991 dari Tugu Park Foundation
- Penghargaan dari Gubernur Imam Utomo sebagai Seniman Kreator bidang Seni Rupa Tahun 2002
Pameran Tunggal
- Pameran perdana di Bentara Budaya Jakarta 10-17 November 1987
- Pameran Dewan Kesenian Surabaya tahun 1988
- Pameran di Hotel Hyatt Surabaya tanggal 11-15 Mei 1990
- Pameran Kerajinan Indonesia di Balai Sidang Senayan Jakarta Tanggal 23 Mei - 1 Juni 1991
- Pameran Tugu Park Malang tanggal 28 – 31 Desember 1991
- Pameran di Hotel Mirama Surabaya tanggal 3 Juni 1996
- Pameran di Hotel Radison Plaza Suite Surabaya tahun 1996
- Pameran di Gedung Pertamina Surabaya tahun 2000
- Pameran Seabad Masmundari di Bentara Budaya Jakarta 17-26 Maret 2005
Referensi
- (Indonesia) "Masmundari, Pelukis Damar Kurung Tertua"[pranala nonaktif permanen], Liputan 6, 21 Desember 2003
- (Indonesia) "Pelukis Damar Kurung Tutup Usia" Diarsipkan 2007-03-12 di Wayback Machine., Liputan 6, 25 Desember 2005
- Arsip Yayasan Gang Sebelah dan dari arsipator Muzachim, Syaichu Busiri, Omah Damar, Oemar Zaenuddin, dsb Museum M asm,undari
https://memorandum.co.id/maestro-damar-kurung-gresik-masmundari-diabadikan-dalam-museum-virtual/https://nugresik.or.id/gresik-bakal-punya-museum-virtual-museum-masmundari/https://beritajatim.com/gaya-hidup/museum-masmundari-dirilis-pengunjung-bisa-nikmati-beragam-damar-kurung/