Bio Farma
Artikel ini berisi konten yang ditulis dengan gaya sebuah iklan. |
PT Bio Farma (Persero) adalah badan usaha milik negara Indonesia yang berbisnis di bidang farmasi. Perusahaan ini merupakan satu-satunya produsen vaksin manusia di Indonesia dan merupakan produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, selain kantor pusat dan pabrik seluas 91.058 meter persegi di Bandung, perusahaan ini juga memiliki fasilitas pengembangbiakan hewan laboratorium seluas 282.441 meter persegi di Bandung Barat. Perusahaan pun memiliki kantor perwakilan di Jakarta.[2][3]
Perseroan terbatas | |
Industri | Farmasi |
Didirikan | 6 Agustus 1890 |
Kantor pusat | Bandung, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Honesti Basyir[1] (Direktur Utama) Tanri Abeng[1] (Komisaris Utama) |
Produk | |
Merek | Immunicare |
Jasa |
|
Pendapatan | Rp 14,328 triliun (2020)[2] |
Rp 317,819 milyar (2020)[2] | |
Total aset | Rp 32,693 triliun (2020)[2] |
Total ekuitas | Rp 15,841 triliun (2020)[2] |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Karyawan | 1.493 (belum termasuk di anak usaha, 2020)[2] |
Anak usaha | Kimia Farma Indofarma |
Situs web | www |
Sejarah
Perusahaan ini memulai sejarahnya di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 1890 dengan nama Parc Vaccinogene di lingkungan Groot Militaire Hospitaal (kini RSPAD Gatot Soebroto). Pada tahun 1895, nama organisasi tersebut diubah menjadi Parc Vaccinogene en Instituut Pasteur. Pada tahun 1902, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur. Pada tahun 1923, organisasi tersebut pindah ke Bandung.
Pada tahun 1942, saat pendudukan Jepang di Indonesia, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi Bandung Boeki Kenkyushoo. Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi "Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur", serta sempat pindah ke Klaten. Pada tahun 1946, saat terjadinya Agresi Militer dan Bandung kembali diduduki oleh Belanda, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur. Pada tahun 1950, nama organisasi tersebut kembali diubah menjadi "Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur" sebagai salah satu jawatan di lingkungan Departemen Kesehatan. Pada tahun 1955, unit produksi vaksin dan sera dari organisasi tersebut dipisah menjadi sebuah perusahaan negara dengan nama PN Pasteur.[4] Pada tahun 1961, nama perusahaan ini diubah menjadi PN Bio Farma.[5] Pada tahun 1978, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan umum.[6] Pada tahun 1997, status perusahaan ini kembali diubah menjadi persero.[7] Perusahaan ini kemudian berhasil mendapatkan pra-kualifikasi WHO untuk 12 jenis vaksin sehingga dapat mulai mengekspor produk vaksinnya. Pada tahun 2013, perusahaan ini meluncurkan vaksin Pentavalent (difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, HiB).[3][2] Pada tahun 2020, perusahaan ini ditunjuk sebagai induk holding BUMN Farmasi, yang beranggotakan Kimia Farma dan Indofarma.[8]
Dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per tahun, perusahaan ini telah mengekspor produknya ke lebih dari 130 negara, yang mana 50 negara di antaranya merupakan anggota Organisasi Kerjasama Islam.
Referensi
- ^ a b "Komisaris & Direksi". PT Bio Farma (Persero). Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2020". PT Bio Farma (Persero). Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Bio Farma (Persero). Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ "Undang-Undang Darurat nomor 14 tahun 1955" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 80 tahun 1961" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1978" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 1997" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 20 Desember 2021.
- ^ Warta Ekonomi (6 Februari 2020). "Usai Terbentuk, Holding BUMN Farmasi Berambisi Jadi Pemain Global". wartaekonomi.co.id. Diakses tanggal 7 Juni 2020.