Coping merupakan respon pikiran dan perilaku terhadap situasi penuh tekanan yang bertujuan untuk mengatasi konflik yang muncul akibat situasi tersebut, baik konflik internal maupun eksternal. [1] Coping bukan sekedar tindakan satu kali yang dilakukan individu untuk mengelola konflik, melainkan serangkaian respon yang dilakukan secara berulang kali dan seiring dengan berjalannya waktu sampai individu merasakan perkembangan yang baik dalam hidupnya [2]. Kemampuan coping yang sehat membantu meminimalkan dampak negatif dari situasi penuh tekanan dan menghadapi permasalahan agar tidak semakin sulit untuk ditangani. [3]

Strategi coping

Pemilihan strategi coping yang akan digunakan bergantung pada jenis stress dan permasalahan yang dihadapi individu. Strategi coping bertujuan untuk mengatasi situasi yang dianggap menekan, membebani, dan di luar kemampuan atau sumber daya yang dimiliki individu. Azarus dan Folkman [4] membagi strategi coping mejadi dua jenis, yaitu strategi coping berfokus pada masalah dan strategi coping berfokus pada emosi.

1. Strategi coping berfokus pada masalah. Strategi ini cenderung digunakan oleh individu yang memiliki sumber daya untuk menghadapi situasi sehingga konflik yang tengah dihadapi dianggap masih dalam kontrol indidvidu. Strategi coping berfokus pada masalah meliputi:

  • Planful problem solving yaitu bentuk reaksi terhadap situasi menggunakan pendekatan analitis untuk mengubah keadaan.
  • Confrontative solving yaitu bentuk reaksi yang disertai dengan penggambaran tingkat risiko yang harus diambil.
  • Seeking social support yaitu bentuk reaksi dengan cara mencari dukungan sosial baik berupa dukungan nyata, informasi, maupun dukungan emosional.

2. Strategi coping berfokus pada emosi. Strategi ini cenderung akan digunakan ketika individu merasa tidak memiliki kendali atas suatu situasi karena tidak adanya sumber daya yang cukup untuk mengatasi situasi tersebut. Strategi coping berfokus pada emosi meliputi:

  • Positive reappraisal
  • Accepting responsibility
  • Self controlling (pengendalian diri)
  • Distancing (menjaga jarak)
  • Escape avoidance

3. Approach dan avoidance. Strategi approach berarti mengambil tindakan secara langsung dan bersifat konfrontatif sedangkan strategi avoidant cenderung menghindari permasalahan. Kedua strategi tersebut memiliki kelebihannya masing-masing. Namun secara keseluhuruhan, strategi approach lebih berhasil dalam mengatasi permasalahan dan membawa dampak yang lebih sehat pada kesehatan fisik dan mental.

4. Proactive coping. Terdapat tiga hal yang perlu dilakukan ketika menggunakan strategi proactive coping, yaitu mengantisipasi stressor yang berpotensi menyebabkan stress, mengelola stress tersebut, dan mampu mengatur diri sendiri (self-regulatory) untuk menghadapi stressor.

Coping dan kepribadian

Karakteristik kepribadian berpengaruh pada cara seseorang mengatasi permasalahan yang dialaminya. Beberapa orang lebih mudah mengalami stress, merasakan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan terhadap berbagai situasi, sehingga dapat memunculkan gangguan fisiologis maupun psikologis dan menjadi rentan terserang penyakit. Kondisi ini disebut juga sebagai neurotisisme. Sedangkan orang-orang yang mengatasi permasalahan dengan kondisi emosi yang positif akan lebih mudah dalam menurunkan kadar kortisol (indikator tingkat stress) dan memiliki respon imun tubuh yang lebih baik. Secara psikologis, emosi positif juga mendorong seseorang untuk menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk menghadapi tantangan dan fokus pada pencapaian tujuan.

Referensi

  1. ^ Maryam, Siti (2017). "Strategi Coping; Teori dan Sumberdayanya". Jurnal Konseling Andi Matappa. 1 (2): 101-107. 
  2. ^ E. Taylor, Shelley (2017). Health Psychology (edisi ke-9). New York: Mc Graw Hill Education. hlm. 135. ISBN 978-0-07-786181-0. 
  3. ^ Morin, Amy. "Healthy Coping Skills for Uncomfortable Emotions". verywellmind. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  4. ^ Lazarus, R. S.; Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: McGraw-Hill, Inc.