Berondong
Berondong | |
---|---|
Jagung berondong mentah | |
Jagung berondong sesudah dimasak | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | |
Subspesies: | Z. m. everta
|
Nama trinomial | |
Zea mays everta |
Berondong atau bertih jagung (bahasa Sunda: borondong, bahasa Jawa: brondong) adalah jenis penganan dari bijian serealia yang dipanaskan hingga meletup (mengembang atau "mekar"). Berondong yang paling umum dibuat dari bijian jagung (populer sebagai popcorn ), tetapi juga dapat dibuat dari beberapa serealias lain, seperti padi (gabah maupun nasi kering) dan bayam biji (Amaranthus). Berondong yang terbuat dari nasi kering biasanya dicetak berbentuk persegi dan diberi pemanis. Di beberapa tempat di Jawa penganan ini disebut sebagai jipang manis.
Proses
Berondong jagung pertama kali dibuat oleh penduduk asli benua Amerika ribuan tahun yang lalu.[1] Untuk menghasilkan berondong yang efektif, diperlukan jenis butiran jagung khas yang dikenal sebagai jagung berondong (dalam klasifikasi dikenal sebagai Zea mays Kelompok Everta). Bijian jagung ini biasanya kecil dengan bagian bertepung (floury) tertutup sepenuhnya oleh bagian keras. Akibatnya, ketika dipanaskan, uap air yang berada di bagian bertepung akan menekan bagian keras. Pada saat yang sama, terjadi perubahan fisik pada bagian keras yang cenderung melunak. Akhirnya, pada titik tekanan tertentu akan terjadi letupan karena desakan tekanan uap dari dalam tersebut.
Pembuatan berondong dari nasi kering tidak melibatkan peletupan, tetapi pengembangan dilakukan secara penggorengan.
Cara memasak
Walaupun dalam jumlah kecil dapat dimasak dalam ketel di atas kompor, penjualan komersial berondong jagung menggunakan mesin berondong jagung yang dirancang khusus, yang ditemukan di Chicago, Illinois, oleh Charles Cretors pada tahun 1885.
Arti konotatif
Istilah berondong atau brondong dalam bahasa Indonesia keseharian (kolokial) berarti juga laki-laki muda atau laki-laki yang masih di bawah umur (remaja). Menurut salah satu penulis Indonesia, Andra R Muluk, kata brondong berasal dari Bahasa Jawa yang secara harfiah artinya jagung yang masih muda.[2]
Catatan kaki
Referensi
- Halauer, Arnel R. (2001). Specialty Corns. CRC Press. ISBN 0849323770.
- Lusas, Edmund W.; Rooney, Lloyd W. (2001). Snack Foods Processing. CRC press. ISBN 1566769329.
- Smith, Andrew F. (1999). Popped Culture: The Social History of Popcorn in America. University of South Carolina Press. ISBN 1570033005.
Lihat juga
- Borondong, makanan khas Sunda
- Penyedap rasa berondong jagung