Gizi manusia berkaitan dengan penyediaan nutrisi penting di dalam makanan yang diperlukan untuk menunjang kehidupan dan kesehatan manusia. Hal ini secara ilmiah digolongkan ke dalam ilmu gizi yang berfokus pada bagaimana penyakit, kondisi dan masalah dapat dicegah atau dikurangi dengan makanan yang sehat sehingga mencegah masalah gizi buruk. Masalah gizi buruk merupakan masalah kronis yang sering dikaitkan dengan kemiskinan, keamanan pangan, atau pemahaman yang buruk tentang gizi dan praktik diet. Kekurangan gizi dan konsekuensinya berkontributor besar atas kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Nutrisi yang baik dapat membantu anak-anak untuk tumbuh secara fisik dan mental, serta menunjang perkembangan biologis manusia.

Makanan tinggi magnesium (contoh dari hara)

Gizi digambarkan berbentuk zat yang terdapat pada makanan yang dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan serta perkembangan yang dimanfaatkan langsung oleh tubuh yang meliputi vitamin, mineral, protein, lemak maupun air. Zat tersebut berasal dari makanan yang diperoleh dalam bentuk sari makanan dari hasil proses pencacahan di dalam sistem pencernaan. Zat gizi itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu zat organik (lemak, karbohidrat, protein dan vitamin) dan zat anorganik (air dan mineral).

Kebutuhan gizi

Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda, hal tersebut berhubungan dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktivitas seseorang.[1]  Di samping itu, keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dibutuhkan.[2] 

Keanekaragaman makanan tersebut membuktikan bahwa tidak ada satu jenis makanan yang komplit memenuhi semua kandungan gizi.[3] Makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh harus dikonsumsi setiap hari.[2] Di dalam ilmu gizi, sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedangkan kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun.[4] 

Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal atau gandum, ubi kayu, kentang dan sejenisnya.[5] Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berbentuk kerucut dengan urutan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh.[6]  Dasar kerucut menggambarkan sumber energi atau tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan tiap harinya.[7] PUGS memberi informasi tentang pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.

Asupan gizi yang baik menentukan kesehatan yang optimal. Asupan gizi yang baik adalah asupan gizi yang menyediakan sejumlah zat esensial, serat dan energi yang seimbang dengan kebutuhan gizi individu.[8] Asupan gizi tersebut akan digunakan untuk proses metabolisme tubuh, beraktivitas dan berolahraga.[9] Oleh karena itu, asupan zat gizi harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian. Kebutuhan gizi harian ini telah tercatat dalam pedoman Angka Kecukupan Gizi atau biasa disebut dengan AKG. AKG dapat dijadikan patokan untuk mengetahui jumlah zat gizi yang harus dipenuhi seseorang dalam sehari secara praktis.[6]

Dampak kurang gizi

Kurang gizi adalah kondisi tubuh ketika seseorang tidak dapat memenuhi asupan gizi hariannya secara seimbang dalam taraf yang tidak normal.[10] Umumnya, diidentikan dengan penyakit busung lapar.[11] Kekurangan gizi dapat berdampak akut dan kronis. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik.[12] Orang yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya sehingga menjadi pendek.[13] Kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, dalam konteks masyarakat peningkatan itu harus terjadi seiring dengan upaya peningkatan ekonomi. Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya.[14]

Kekurangan gizi biasanya terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari pengamatan biasa. Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.[15] Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola  asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.[16] Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan tentang hal gizi dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Kekurangan gizi secara perlahan akan berdampak terhadap tingginya kematian anak, kematian ibu dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara.

Kondisi tersebut akan menurunkan tingkat kesadaran individu terhadap gizi dan menjatuhkan angka dari kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Lingkungan menjadi tidak sehat, karena masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan suatu negara. Peningkatan status gizi dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat meningkatkan asupan kebutuhan gizi masyarakat.[14]

Perhitungan kebutuhan gizi

Referensi

  1. ^ Kent Jones, Douglas W. (13 Desember 2021). "human nutrition | Importance, Essential Nutrients, Food Groups, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-31. 
  2. ^ a b Progress for Children: A Report Card on Nutrition (No. 4), UNICEF, May 2006, ISBN 978-92-806-3988-9. http://www.unicef.org/nutrition/index_33685.html
  3. ^ World Health Organization. (2013). Essential Nutrition Actions: improving maternal, newborn, infant and young child health and nutrition. Washington, DC: WHO. http://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/essential_nutrition_actions/en/index.html
  4. ^ Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2019). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. hlm. 20-22
  5. ^ Wijayanti, Novita (2017-11-01). Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Universitas Brawijaya Press. hlm. 2–3. ISBN 978-602-432-379-0. 
  6. ^ a b Superadmin. "Cara Mengatur Asupan Gizi Dengan Makanan Yang Sehat". Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-27. 
  7. ^ Indriani, Yaktiworo (2015-02-03). Gizi dan Pangan (dalam bahasa Inggris). AURA Printing. hlm. 50–51. ISBN 978-602-1297-83-4. 
  8. ^ Suryana, Achmad (2008-12-01). "Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia". JURNAL PANGAN (dalam bahasa Inggris). 17 (3): 3–12. doi:10.33964/jp.v17i3.262. ISSN 2527-6239. 
  9. ^ Nardina, Evita Aurilia; Astuti, Etni Dwi; Hutomo, Cahyaning Setyo; Winarsih, Winarsih; Prihartini, Sabrina Dwi; Azizah, Ninik; Sumiyati, Sumiyati; Mahmud, Abbas; Sari, Cyntia Ratna (2021-11-09). Gizi Reproduksi. Yayasan Kita Menulis. hlm. 51–52. ISBN 978-623-342-284-0. 
  10. ^ Moehji, Sjahmien (2019-12-02). "Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk" (dalam bahasa Indonesia). 
  11. ^ Latham, Michael C.; Nations, Food and Agriculture Organization of the United (1997). Human Nutrition in the Developing World (dalam bahasa Inggris). Food & Agriculture Org. ISBN 978-92-5-103818-5. 
  12. ^ Azwar, A. (2004). Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang. Disampaikan Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Hotel Sahid Jaya.
  13. ^ Hueda, María Chávarri (2017-08-02). Functional Food: Improve Health through Adequate Food (dalam bahasa Inggris). BoD – Books on Demand. hlm. 165. ISBN 978-953-51-3439-8. 
  14. ^ a b Ulijaszek, Stanley J.; Mann, Neil; Elton, Sarah (2012-10-18). Evolving Human Nutrition: Implications for Public Health (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 286–287. ISBN 978-0-521-86916-4. 
  15. ^ Setyawati, Irma (2017-11-24). "DAMPAK PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA". dx.doi.org. Diakses tanggal 2022-01-27. 
  16. ^ Wildman, Robert E. C.; Medeiros, Denis M. (1999-08-23). Advanced Human Nutrition (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 146. ISBN 978-0-8493-8566-7. 

Pranala luar